Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Bali Tjok Bagus Pemayun meminta agar pelaku usaha pariwisata memastikan terlebih dahulu kondisi cuaca di kawasan objek wisata sebelum melayani wisatawan.
Tjok Bagus menyampaikan permintaan itu, setelah kejadian wisatawan Jepang Kikuchi Satoshi (60) yang meninggal dunia saat bermain flying fish karena oleng pada ketinggian 40 meter di atas pantai kawasan Tanjung Benoa, Badung.
“Yang pertama para pelaku usaha pariwisata harus melihat cuacanya. Kalau lihat cuaca kurang bagus jangan dulu melakukan aktivitas yang kira-kira memerlukan kekhususan yang punya risiko tinggi,” kata Tjok Pemayun, di Denpasar, Selasa.
Meski belum dapat dipastikan penyebab kejadian tewasnya wisatawan Jepang selain karena murni kecelakaan, Tjok Bagus menyebut pelaku usaha pariwisata tetap harus memiliki standar operasional sesuai usaha yang dijalankan.
Baca juga: Polda Bali: Warga Jepang tewas saat main flyng fish di Tanjung Benoa
“Yang penting sudah sesuai belum dengan standar operasional prosedur yang dilakukan, usahanya ada izin tidak, ada sertifikasi tidak yang pendampingnya,” ujarnya lagi.
“Tentu pengusaha saya dorong untuk mengurus izinnya, juga harus ada standar semua mulai dari sumber daya manusianya terutama atraksi-atraksi yang seperti ini (flying fish) dan juga menyampaikan informasi ke wisatawan-wisatawan sebelum melakukan aktivitas itu kondisinya seperti apa,” kata Kepala Dispar Bali itu pula.
Mengambil contoh wisatawan Jepang yang tewas setelah terjatuh dari alat bermain flying fish, menurut Tjok Bagus, ini adalah hal baru, sehingga baru sekarang tim menyelidiki standar operasional prosedur pada usaha pariwisata untuk meminimalisir kejadian serupa.
“Makanya sejak awal Januari kami sudah mengingatkan para pengelola atraksi wisata, pengelola daya tarik wisata, untuk membenahi pelayanan publik dan fasilitasnya biar aman, nyaman, bersih, lalu standar operasional jelas, kemudian mitigasi bencananya seperti apa,” ujarnya lagi.
Baca juga: Polisi periksa enam saksi tewasnya warga Jepang saat main "flying fish"
Atraksi flying fish bukan hal baru menurutnya, di Pulau Dewata aktivitas wisata air ini memiliki segmen wisatawannya tersendiri, biasanya kawasan Tanjung Benoa paling dikenal memiliki wisata ini, dan pelaku usaha pariwisata akan berinovasi melalui atraksi-atraksi saat wisatawan menggunakan jasanya.
Sedangkan untuk izin dari usaha flying fish Water Coral Dive & Water Sport yang digunakan wisatawan Jepang itu, hingga saat ini masih didalami, selain oleh Dispar Bali termasuk oleh tim kepolisian yang sedang menyelidiki saksi-saksi.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia (Gahawisri) Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana menyampaikan dari laporan yang masuk kejadian kecelakaan di flying fish ini disebabkan oleh kondisi alam yaitu angin kencang.
Meski kondisi alam ini tak dapat dihindari, ia mengakui bahwa sebaiknya jenis usaha pariwisata yang membahayakan diseleksi kembali karena berpotensi merusak citra pariwisata Bali.
“Jadi lebih baik saya sudah mengusulkan pada teman-teman yang watersport flying fish itu, kita tiadakan saja sementara biar tidak terjadi insiden-insiden lagi,” kata dia lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
Tjok Bagus menyampaikan permintaan itu, setelah kejadian wisatawan Jepang Kikuchi Satoshi (60) yang meninggal dunia saat bermain flying fish karena oleng pada ketinggian 40 meter di atas pantai kawasan Tanjung Benoa, Badung.
“Yang pertama para pelaku usaha pariwisata harus melihat cuacanya. Kalau lihat cuaca kurang bagus jangan dulu melakukan aktivitas yang kira-kira memerlukan kekhususan yang punya risiko tinggi,” kata Tjok Pemayun, di Denpasar, Selasa.
Meski belum dapat dipastikan penyebab kejadian tewasnya wisatawan Jepang selain karena murni kecelakaan, Tjok Bagus menyebut pelaku usaha pariwisata tetap harus memiliki standar operasional sesuai usaha yang dijalankan.
Baca juga: Polda Bali: Warga Jepang tewas saat main flyng fish di Tanjung Benoa
“Yang penting sudah sesuai belum dengan standar operasional prosedur yang dilakukan, usahanya ada izin tidak, ada sertifikasi tidak yang pendampingnya,” ujarnya lagi.
“Tentu pengusaha saya dorong untuk mengurus izinnya, juga harus ada standar semua mulai dari sumber daya manusianya terutama atraksi-atraksi yang seperti ini (flying fish) dan juga menyampaikan informasi ke wisatawan-wisatawan sebelum melakukan aktivitas itu kondisinya seperti apa,” kata Kepala Dispar Bali itu pula.
Mengambil contoh wisatawan Jepang yang tewas setelah terjatuh dari alat bermain flying fish, menurut Tjok Bagus, ini adalah hal baru, sehingga baru sekarang tim menyelidiki standar operasional prosedur pada usaha pariwisata untuk meminimalisir kejadian serupa.
“Makanya sejak awal Januari kami sudah mengingatkan para pengelola atraksi wisata, pengelola daya tarik wisata, untuk membenahi pelayanan publik dan fasilitasnya biar aman, nyaman, bersih, lalu standar operasional jelas, kemudian mitigasi bencananya seperti apa,” ujarnya lagi.
Baca juga: Polisi periksa enam saksi tewasnya warga Jepang saat main "flying fish"
Atraksi flying fish bukan hal baru menurutnya, di Pulau Dewata aktivitas wisata air ini memiliki segmen wisatawannya tersendiri, biasanya kawasan Tanjung Benoa paling dikenal memiliki wisata ini, dan pelaku usaha pariwisata akan berinovasi melalui atraksi-atraksi saat wisatawan menggunakan jasanya.
Sedangkan untuk izin dari usaha flying fish Water Coral Dive & Water Sport yang digunakan wisatawan Jepang itu, hingga saat ini masih didalami, selain oleh Dispar Bali termasuk oleh tim kepolisian yang sedang menyelidiki saksi-saksi.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia (Gahawisri) Bali Ida Bagus Agung Partha Adnyana menyampaikan dari laporan yang masuk kejadian kecelakaan di flying fish ini disebabkan oleh kondisi alam yaitu angin kencang.
Meski kondisi alam ini tak dapat dihindari, ia mengakui bahwa sebaiknya jenis usaha pariwisata yang membahayakan diseleksi kembali karena berpotensi merusak citra pariwisata Bali.
“Jadi lebih baik saya sudah mengusulkan pada teman-teman yang watersport flying fish itu, kita tiadakan saja sementara biar tidak terjadi insiden-insiden lagi,” kata dia lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023