Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Provinsi Bali mengadakan pemeriksaan kesehatan gratis menyasar ibu hamil dan anak-anak untuk menekan kasus tengkes (stunting) di daerah setempat.
"Kami berharap melalui kegiatan ini dapat mendukung upaya pemerintah untuk menekan kasus stunting," kata Koordinator Kegiatan Bakti Sosial Kanwil Kemenkumham Bali Sugeng Hardono di Denpasar, Selasa.
Kegiatan sosial yang diadakan serangkaian Hari Dharma Karyadhika ke-78 selama sehari di Balai Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali.
Tenaga medis setempat melakukan pemeriksaan di antaranya sesuai panduan intervensi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kepada anak-anak dan ibu hamil untuk mencegah kasus tengkes di desa tersebut.
Selain memeriksa kesehatan, bakti sosial itu juga membagikan 162 paket sembako kepada anak-anak dan warga desa setempat.
Ia berharap upaya tersebut dapat menjadi pengingat untuk bersama menekan kasus tengkes sesuai dengan target nasional pada 2024 sebesar 14 persen.
"Ini sebagai langkah dan kontribusi kami untuk pengentasan stunting di Bali khususnya di Desa Ban, Karangasem," ucapnya.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan 2022 menunjukkan kasus tengkes di Indonesia mencapai 5,25 juta pada 2021 atau 24,4 persen.
Kemudian pada 2022, jumlah kasus tengkes di Tanah Air menurun menjadi 4,55 juta atau 21,6 persen.
Artinya, untuk mencapai target nasional 14 persen pada 2024, perlu penurunan kasus tengkes sebesar 3,8 persen per tahun.
Sementara itu, dari realisasi tersebut, Provinsi Bali tercatat sebagai daerah yang memiliki kasus tengkes paling rendah di Indonesia pada 2022 mencapai delapan persen atau turun dibandingkan pada 2021 mencapai 10,9 persen.
Meski secara rata-rata paling rendah di Indonesia, namun apabila dirinci berdasarkan daerah, lima besar prevalensi balita tengkes paling tinggi di Pulau Dewata berdasarkan data SSGI 2022 tercatat ada di Kabupaten Jembrana mencapai 14,2 persen.
Kemudian, Kabupaten Buleleng sebesar 11 persen, Kabupaten Karangasem sebesar 9,2 persen, Kabupaten Bangli sebesar 9,1 persen dan Kabupaten Tabanan 8,2 persen.
Berdasarkan kelompok umur tengkes di Bali dari nol bulan hingga 59 bulan, paling banyak terjadi pada usia 24-35 bulan mencapai 11,76 persen, disusul usia 12-23 bulan mencapai 8,42 persen dan usia 26-47 bulan mencapai 8,27 persen.
Kemenkes menetapkan 11 intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6-23 bulan.
Intervensi itu di antaranya pemeriksaan anemia, konsumsi tablet tambah darah untuk remaja putri, pemeriksaan kehamilan, konsumsi tambah darah untuk ibu hamil, pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil, dan pemantauan pertumbuhan balita.
Selain itu, pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi, hingga edukasi kepada remaja, ibu hamil dan keluarga.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Kami berharap melalui kegiatan ini dapat mendukung upaya pemerintah untuk menekan kasus stunting," kata Koordinator Kegiatan Bakti Sosial Kanwil Kemenkumham Bali Sugeng Hardono di Denpasar, Selasa.
Kegiatan sosial yang diadakan serangkaian Hari Dharma Karyadhika ke-78 selama sehari di Balai Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali.
Tenaga medis setempat melakukan pemeriksaan di antaranya sesuai panduan intervensi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kepada anak-anak dan ibu hamil untuk mencegah kasus tengkes di desa tersebut.
Selain memeriksa kesehatan, bakti sosial itu juga membagikan 162 paket sembako kepada anak-anak dan warga desa setempat.
Ia berharap upaya tersebut dapat menjadi pengingat untuk bersama menekan kasus tengkes sesuai dengan target nasional pada 2024 sebesar 14 persen.
"Ini sebagai langkah dan kontribusi kami untuk pengentasan stunting di Bali khususnya di Desa Ban, Karangasem," ucapnya.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan 2022 menunjukkan kasus tengkes di Indonesia mencapai 5,25 juta pada 2021 atau 24,4 persen.
Kemudian pada 2022, jumlah kasus tengkes di Tanah Air menurun menjadi 4,55 juta atau 21,6 persen.
Artinya, untuk mencapai target nasional 14 persen pada 2024, perlu penurunan kasus tengkes sebesar 3,8 persen per tahun.
Sementara itu, dari realisasi tersebut, Provinsi Bali tercatat sebagai daerah yang memiliki kasus tengkes paling rendah di Indonesia pada 2022 mencapai delapan persen atau turun dibandingkan pada 2021 mencapai 10,9 persen.
Meski secara rata-rata paling rendah di Indonesia, namun apabila dirinci berdasarkan daerah, lima besar prevalensi balita tengkes paling tinggi di Pulau Dewata berdasarkan data SSGI 2022 tercatat ada di Kabupaten Jembrana mencapai 14,2 persen.
Kemudian, Kabupaten Buleleng sebesar 11 persen, Kabupaten Karangasem sebesar 9,2 persen, Kabupaten Bangli sebesar 9,1 persen dan Kabupaten Tabanan 8,2 persen.
Berdasarkan kelompok umur tengkes di Bali dari nol bulan hingga 59 bulan, paling banyak terjadi pada usia 24-35 bulan mencapai 11,76 persen, disusul usia 12-23 bulan mencapai 8,42 persen dan usia 26-47 bulan mencapai 8,27 persen.
Kemenkes menetapkan 11 intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6-23 bulan.
Intervensi itu di antaranya pemeriksaan anemia, konsumsi tablet tambah darah untuk remaja putri, pemeriksaan kehamilan, konsumsi tambah darah untuk ibu hamil, pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil, dan pemantauan pertumbuhan balita.
Selain itu, pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi, hingga edukasi kepada remaja, ibu hamil dan keluarga.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023