Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar melanjutkan operasi pasar di Pasar Badung, Bali, yang telah dilaksanakan sejak pekan lalu, namun kini diubah menggunakan sistem subsidi kepada para pedagang.
"Operasi pasar dulu kami arahkan ke konsumen langsung, tapi ada keluhan di pedagang karena menyaingi mereka. Untuk itu kami ubah polanya, kami bekerja sama dengan pedagang, jadi operasi pasar itu kami lakukan dengan pola subsidi," kata Direktur Utama Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar Ida Bagus Kompyang Wiranata di Denpasar, Senin.
Wiranata mengatakan bahwa pola ini diharapkan dapat memberi rasa keadilan bagi para pedagang yang berjualan di dalam Pasar Badung, yang dipilih secara bergilir lima dari 20 pedagang bahan pokok atau bahan dapur untuk disubsidi sebesar Rp1.000 per kilogram.
"Kami tetapkan dari hasil survei pagi hari berapa harga pasaran, nanti kami subsidi lagi Rp1.000. Harapannya ini bisa menekan laju inflasi kenaikan harga apalagi di saat BBM sedang menjadi isu yang menyebabkan kenaikan harga," kata dia.
Komoditas yang menjadi fokus utama TPID Kota Denpasar adalah bawang merah, cabai rawit, cabai merah besar, dan telur, sehingga empat bahan dapur tersebut di lima lapak jualan mendapat subsidi.
"Inflasinya paling tinggi di empat bahan dapur ini. Bergilir operasi pasarnya, kami subsidi supaya menurun, seperti bawang merah dari Rp25 ribu naik menjadi Rp28 ribu, dan akhirnya kami subsidi," ujar Wiranata.
Harga dari pedagang setelah mendapat subsidi adalah Rp27 ribu per kilogram untuk bawang merah, Rp44 ribu per kilogram cabai rawit dan cabai besar, dan Rp51 ribu untuk telur per krat.
Wiranata mengatakan, berkat perubahan metode operasi pasar dengan melibatkan langsung pedagang di dalam Pasar Badung, keresahan pedagang mulai mereda.
"Pedagang sekarang mereda dengan kami jual barang dia, sebelumnya kan kami bersaing, yang penting rasa keadilan itu bisa kami terapkan," ujar Dirut Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar itu.
Sementara itu, Nyoman Surya (30), pedagang bahan pokok di Pasar Badung yang tidak mendapat subsidi mengaku tak begitu mempermasalahkan hal tersebut, karena hasil penjualan yang didapat masih stabil, seperti 10 kilogram cabai dan 15 kilogram bawang per hari.
"Saya berani bersaing walaupun lebih mahal Rp1.000. Ini tidak berpengaruh terhadap jumlah pembeli saya, yang penting berani main kualitas. Ini karena sudah ada pelanggan tetap dan kerja ekstra karena saya dari pagi sekali sudah buka," kata Surya kepada media.
Terkait operasi pasar yang dilaksanakan Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar, Wiranata mengatakan akan terus menggelarnya hingga Desember mendatang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Operasi pasar dulu kami arahkan ke konsumen langsung, tapi ada keluhan di pedagang karena menyaingi mereka. Untuk itu kami ubah polanya, kami bekerja sama dengan pedagang, jadi operasi pasar itu kami lakukan dengan pola subsidi," kata Direktur Utama Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar Ida Bagus Kompyang Wiranata di Denpasar, Senin.
Wiranata mengatakan bahwa pola ini diharapkan dapat memberi rasa keadilan bagi para pedagang yang berjualan di dalam Pasar Badung, yang dipilih secara bergilir lima dari 20 pedagang bahan pokok atau bahan dapur untuk disubsidi sebesar Rp1.000 per kilogram.
"Kami tetapkan dari hasil survei pagi hari berapa harga pasaran, nanti kami subsidi lagi Rp1.000. Harapannya ini bisa menekan laju inflasi kenaikan harga apalagi di saat BBM sedang menjadi isu yang menyebabkan kenaikan harga," kata dia.
Komoditas yang menjadi fokus utama TPID Kota Denpasar adalah bawang merah, cabai rawit, cabai merah besar, dan telur, sehingga empat bahan dapur tersebut di lima lapak jualan mendapat subsidi.
"Inflasinya paling tinggi di empat bahan dapur ini. Bergilir operasi pasarnya, kami subsidi supaya menurun, seperti bawang merah dari Rp25 ribu naik menjadi Rp28 ribu, dan akhirnya kami subsidi," ujar Wiranata.
Harga dari pedagang setelah mendapat subsidi adalah Rp27 ribu per kilogram untuk bawang merah, Rp44 ribu per kilogram cabai rawit dan cabai besar, dan Rp51 ribu untuk telur per krat.
Wiranata mengatakan, berkat perubahan metode operasi pasar dengan melibatkan langsung pedagang di dalam Pasar Badung, keresahan pedagang mulai mereda.
"Pedagang sekarang mereda dengan kami jual barang dia, sebelumnya kan kami bersaing, yang penting rasa keadilan itu bisa kami terapkan," ujar Dirut Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar itu.
Sementara itu, Nyoman Surya (30), pedagang bahan pokok di Pasar Badung yang tidak mendapat subsidi mengaku tak begitu mempermasalahkan hal tersebut, karena hasil penjualan yang didapat masih stabil, seperti 10 kilogram cabai dan 15 kilogram bawang per hari.
"Saya berani bersaing walaupun lebih mahal Rp1.000. Ini tidak berpengaruh terhadap jumlah pembeli saya, yang penting berani main kualitas. Ini karena sudah ada pelanggan tetap dan kerja ekstra karena saya dari pagi sekali sudah buka," kata Surya kepada media.
Terkait operasi pasar yang dilaksanakan Perumda Pasar Sewaka Dharma Kota Denpasar, Wiranata mengatakan akan terus menggelarnya hingga Desember mendatang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022