Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Bali, Ketut Lihadnyana melakukan pemantauan harga di Pasar Banyuasri, Kelurahan Banyuasri, Kecamatan Buleleng, untuk mengetahui harga kebutuhan pokok yang beredar saat ini.
"Kami ingin mencari formulasi untuk meredam tingkat inflasi yang terjadi di wilayah Kabupaten Buleleng," kata Lihadnyana di sela-sela kunjungan di Pasar Banyuasri, Buleleng, Bali, Senin.
Saat ini, tercatat tingkat inflasi di Provinsi Bali sudah melebihi inflasi nasional. Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar menjadi dua daerah yang diperhitungkan tingkat inflasinya.
"Maka, saya ke pasar dulu di hari pertama kerja. Setelah itu, saya akan pikirkan, olah dan koordinasikan bagaimana upaya mengendalikan tingkat inflasi yang ada," jelasnya.
Ia mengemukakan, salah satu yang mempengaruhi tingkat inflasi adalah produksi, seperti produksi cabai dan bawang yang rutin harganya naik di bulan-bulan ini. Produksi komoditas tersebut turun karena musim hujan.
Baca juga: Pemkab Buleleng adakan lomba untuk generasi muda buat wayang
"Jika musim hujan datang, petani takut tanam cabai. Sedangkan, kebutuhan dua komoditas tersebut meningkat, karena adanya kebutuhan seperti untuk upacara keagamaan. Otomatis barang terbatas, permintaan meningkat. Artinya harga juga meningkat," ujar Lihadnyana.
Berdasarkan pemantauan, Lihadnyana mengatakan harga beberapa komoditas naik. Komoditas tersebut antara lain cabai dan telur. Meskipun beberapa waktu yang lalu harga dua komoditas tersebut sempat turun. Komoditas ini turut memicu tingkat inflasi jika harganya naik, termasuk harga beras.
"Karena kalau inflasi meningkat, daya beli menurun. Misalnya, saya beli Rp10 ribu dapat 10 kilogram. Tapi sekarang dengan Rp10 ribu hanya dapat 6 kilogram. Ini justru mendorong kemiskinan juga. Saya lama menangani inflasi. Harus dikendalikan," kata Lihadnyana.
Pj. Bupati yang juga Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Provinsi Bali ini menambahkan bahwa pengendalian inflasi tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan memerlukan kerja bersama dari seluruh pihak.
"Manajemen rantai pasok dari komoditas juga harus benar. Di hulu harus dilakukan penanganan juga. Bagaimana manajemen produksinya? Saya akan panggil Kadis Pertanian terkait ini. Kalau bawang kan bulan lalu panen, makanya agak turun sedikit. Kalau sudah habis nanti akan naik lagi. Seperti itu," kata Lihadnyana.
Baca juga: Penjabat Bupati Buleleng prioritaskan akses jalan bagi petani
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Kami ingin mencari formulasi untuk meredam tingkat inflasi yang terjadi di wilayah Kabupaten Buleleng," kata Lihadnyana di sela-sela kunjungan di Pasar Banyuasri, Buleleng, Bali, Senin.
Saat ini, tercatat tingkat inflasi di Provinsi Bali sudah melebihi inflasi nasional. Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar menjadi dua daerah yang diperhitungkan tingkat inflasinya.
"Maka, saya ke pasar dulu di hari pertama kerja. Setelah itu, saya akan pikirkan, olah dan koordinasikan bagaimana upaya mengendalikan tingkat inflasi yang ada," jelasnya.
Ia mengemukakan, salah satu yang mempengaruhi tingkat inflasi adalah produksi, seperti produksi cabai dan bawang yang rutin harganya naik di bulan-bulan ini. Produksi komoditas tersebut turun karena musim hujan.
Baca juga: Pemkab Buleleng adakan lomba untuk generasi muda buat wayang
"Jika musim hujan datang, petani takut tanam cabai. Sedangkan, kebutuhan dua komoditas tersebut meningkat, karena adanya kebutuhan seperti untuk upacara keagamaan. Otomatis barang terbatas, permintaan meningkat. Artinya harga juga meningkat," ujar Lihadnyana.
Berdasarkan pemantauan, Lihadnyana mengatakan harga beberapa komoditas naik. Komoditas tersebut antara lain cabai dan telur. Meskipun beberapa waktu yang lalu harga dua komoditas tersebut sempat turun. Komoditas ini turut memicu tingkat inflasi jika harganya naik, termasuk harga beras.
"Karena kalau inflasi meningkat, daya beli menurun. Misalnya, saya beli Rp10 ribu dapat 10 kilogram. Tapi sekarang dengan Rp10 ribu hanya dapat 6 kilogram. Ini justru mendorong kemiskinan juga. Saya lama menangani inflasi. Harus dikendalikan," kata Lihadnyana.
Pj. Bupati yang juga Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Provinsi Bali ini menambahkan bahwa pengendalian inflasi tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan memerlukan kerja bersama dari seluruh pihak.
"Manajemen rantai pasok dari komoditas juga harus benar. Di hulu harus dilakukan penanganan juga. Bagaimana manajemen produksinya? Saya akan panggil Kadis Pertanian terkait ini. Kalau bawang kan bulan lalu panen, makanya agak turun sedikit. Kalau sudah habis nanti akan naik lagi. Seperti itu," kata Lihadnyana.
Baca juga: Penjabat Bupati Buleleng prioritaskan akses jalan bagi petani
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022