Presiden Joko Widodo menilai inisiator, pendiri, dan penggerak jamiah Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdul Wahab Chasbullah merupakan ulama besar yang memiliki wawasan luas, pandangan yang jauh ke depan, dan cita-cita mulia dan mengajarkan cinta Tanah Air.

Hal itu dikemukakan oleh Presiden Joko Widodo dalam sambutan kegiatan Haul Emas Virtual 50 Tahun KH Abdul Wahab Chasbullah yang dilakukan secara virtual di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa malam.

"Beliau dikenal sebagai sosok ulama pejuang yang ajarkan cinta Tanah Air, 'Hubbul wathan minal iman', menggelorakan semangat kebangsaan, selalu berjuang untuk tegakkan NKRI," kata Presiden dalam rilis yang diterima dari panitia haul, Rabu.

Baca juga: Sekjen PBNU dan Anwar Ibrahim hadiri "halal bi halal virtual" di Kuala Lumpur

Presiden juga mengatakan teladan KH Abd Wahab Chasbullah tersebut akan terus abadi dan menjadi inspirasi bagi semua, terutama dalam menghadapi kondisi bangsa saat ini.

KH Abdul Wahab Chasbullah dikenal sebagai ulama besar, inisiator dan penggerak organisasi Islam Nahdlatul Ulama. KH Wahab juga memiliki wawasan yang luas, pandangan yang modern dan jauh ke depan dengan cita-cita yang besar.

Presiden juga meyakini bahwa dengan doa para kiai, habaib, serta alim ulama dan ikhtiar seluruh masyarakat akan mampu melewati ujian ini.

"Kita akan mampu melewati ujian, cobaan yang sulit ini dengan kemenangan," kata Presiden optimistis.

Dalam haul ke-50 KH Abd Wahab Chasbullah yang digelar secara virtual tersebut juga dihadiri 0Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj secara virtual. Hadir juga secara langsung Gubernur Jatim Khofifah, serta pendakwah asal Yogyakarta H Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) dan tamu undangan lainnya.

Baca juga: Said Aqil: NU terus bersama rakyat kecil dan miskin

Gus Miftah dalam kesempatan tersebut juga mengajak warga NU untuk meneladani pendiri NU dan pejuang NKRI KH Abd Wahab Chasbullah.

"Untuk meneladani hikmah beliau yang luar biasa kepada NU, kita jangan meninggalkan tradisi lama yang masih baik di lingkungan NU, di antaranya madrasah diniyah (madin), ngaji Quran dengan turutan, ziarah kubur, tahlil, dan sebagainya, kita harus malu kepada beliau, karena kita bukan siapa-siapa dan tidak ada apa-apanya," kata Gus Miftah.

Gus Miftah yang juga pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta menilai warga NU sekarang sudah mengubah tradisi para ulama, semisal madrasah diniyah (madin) jadi TPQ/TPA, mengganti turutan dengan iqro, ziarah kubur diganti dengan wisata religi, tahlil diganti kalimah thoyyibah.

"Saya datang haul untuk ngalap barokah, kalau kita mau ngalap barokah ya jaga tradisi yang baik, seperti Imam Maliki yang ngalap barokah pada Imam Syafii, padahal itu muridnya. Untuk itu, kita pakai madin, kalau TPQ atau TPA milik orang lain. Juga Iqro. Ziarah atau tahlil itu khas, kalau wisata atau kalimah thoyyibah bisa macam-macam, bukan khas," katanya.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj secara virtual mengatakan bahwa KH Wahab sosok yang sangat dihormati.

"Mbah Wahab Chasbullah itu merupakan tokoh yang dihormati semasa hidup hingga wafatnya, karena memiliki visi dan misi untuk kebangsaan yang diemban dengan amanah, bukan sekadar hidup, namun ada tujuan insaniah yang dipertanggungjawabkan kepada-Nya," kata KH Said.

Baca juga: Terorisme dan Ideologi "Takfiri/Jihadi" di Indonesia

Sementara itu, Ketua PWNU Jatim KH Marzuqi Mustamar menyatakan KH Abd Wahab Chasbullah itu merupakan tokoh yang pasang badan untuk kemerdekaan dan kejayaan NKRI.

"Beliau rela dibuli dan bahkan dikafir-kafirkan, asalkan NKRI tetap harga mati, tidak diganti negara radikal, sekuler, liberal, negara agama, atau negara atheis," katanya.

Menurut KH Marzuqi, kegigihan KH Abd Wahab Chasbullah membela NKRI itu karena sistem NKRI untuk negara majemuk itu sudah sesuai dengan sunnah Rasulullah, sebab Kota Madinah juga menaungi semua suku dan agama, bahkan Nabi sempat menyatakan siapa yang mengganggu non-Muslim "dzimmi" itu berarti menyakiti dirinya.

"Ibarat buka toko atau warung yang diberi nama toko artomoro, warung lumintu, dan nama macam-macam, namun hal penting bukan nama, melainkan pemiliknya amanah, timbangan jujur, harga berkualitas, janji tepat, zakat, shalat ya itu warung Islam, meski tanpa nama warung Islam. Itu sama dengan NKRI yang bukan dengan menyebut Islam," kata dia.

Kegiatan Haul Emas Virtual 50 Tahun KH Abd Wahab Chasbullah tersebut juga disiarkan langsung dari Masjid Jami Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (22/6) malam dan disiarkan juga oleh 250 channel YouTube dengan total subcribe mencapai 4 juta dan MAXstream Telkomsel, yang menyebar di berbagai provinsi dan luar negeri. Dalam haul virtual tersebut juga ditandai dengan peluncuran Asosiasi YouTuber Santri Indonesia (AYSI). 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021