Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini bersama Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dan Presiden Partai Keadilan Rakyat Datuk Seri Anwar Ibrahim menghadiri acara halal bi halal virtual bersama yang ditayangkan melalui zoom dan platform sosial media oleh Pimpinan Cabang Istimewa PMII Malaysia dan Gusdurian Malaysia, di Kuala Lumpur, Minggu malam.

Selain menampilkan ketiga tokoh acara juga menghadirkan Ustad Fuad Hadziq (Wakil Tanfidziyah PCINU Malaysia), Dr Akhmad Taufiq (Ketua PB IKA PMII 2021 - 2025) dan Ustadz Faiz Hafizuddin Wakil Ketua NU Malaysia (Na'am)

Ketua Pengurus Cabang Istimewa PMII Malaysia Mahfud Budiono dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada para pembicara, termasuk Anwar Ibrahim sebagai figur yang terus berjuang tanpa menyerah yang menginspirasi para mahasiswa.

"Kami sebagai mahasiswa dan pekerja banyak menghadapi hambatan selama Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) dan akan menghadapi 'total lockdown' mulai 1 Juni hingga 14 Juni. Semoga semua mematuhi SOP," katanya.

Halal bihalal, ujar dia, untuk mempererat silaturahmi antar umat Islam sehingga diharapkan tidak mengurangi nilainya walaupun dilakukan secara virtual.

Baca juga: Said Aqil: NU terus bersama rakyat kecil dan miskin

Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Anwar Ibrahim yang menyempatkan ziarah ke makam Gus Dur di Pesantren Tebuireng.

"Ini halal bi halal istimewa karena kedekatan dua negara. Semoga jadi perekat diantara dua negara. Halal bihalal adalah tradisi masyarakat muslim sudah sejak dulu," katanya.

Sedangkan Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini mengatakan dirinya sempat mendampingi Ketua Umum KH Said Agil Siraj saat Datuk Seri Anwar Ibrahim memberikan dukungan ke kantor PBNU di Jakarta.

"Idul Fitri artinnya kembali ke fitrah kita sebagai manusia yang suci yaitu manusia yang berangkat dari angka nol kembali, manusia yang tidak berdosa, karena kita harapkan sebulan penuh berpuasa, kita melaksanakan zakat, kita taqarub kepada Allah SWT. Semoga ibadah kita selama Ramadhan menghapus segala kekhilafan kita," katanya.

Alumni Universitas Darul Ulum Jombang ini mengungkapkan tiga tantangan yang dihadapi umat saat ini yakni derasnya arus radikalisme dan terorisme, pandemik COVID-19 dan era transformasi digital.

"Ideologi trans nasionalisme sudah masuk ke Indonesia yang ingin mengganti Pancasila dengan khilafah, pusat perbelanjaan Giant baru tutup dan ada 7.000 karyawan terkena PHK. Semoga ada solusi agar mereka tidak menganggur. Era transformasi digital telah menggeser dari 'physical space' ke 'cyber space'. Ekonomi sudah ke digital, menurut teman saya perbankan 90 persen sudah melalui online bank," katanya.

Helmy mengajak dalam menghadapi tiga isu besar ini agar semua merapatkan barisan.

Baca juga: PBNU dan Duta Besar RRT perkuat kerja sama

Sementara itu pemimpin oposisi Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim mengatakan dirinya merasa bertuah mendapatkan pemaparan Yenny Wahid dan Helmy Faishal Zaini.

"Selain COVID-19 dengan adanya serangan kekerasan Israel ke Palestina menggambarkan hal yang mengecewakan karena nampak kekuatan umat begitu tragis, tetapi ini masih berbeda dengan kesadaran umat yang masih bertahan dan golongan elit," katanya.

Anwar mengatakan hal itu mengingatkan ucapan Gus Dur bahwa golongan elit tidak selalu mendukung aspirasi rakyat.

"Elit pandangannya terhadap kemiskinan dan kesenjangan terlalu eksklusuif. Pemikiran kita menghadapi normal baru masih menggunakan pemikiran yang jumud dan lama tidak menggunakan pemikiran baru," katanya.

Ma'had Aly Sunan Bejagung
Sementara itu, Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar meresmikan Ma'had Aly Sunan Bejagung, di Kabupaten Tuban, Jatim, dan berharap mahasantri yang dilahirkan institusi itu mampu menjadi generasi cerdas dan benar.

"Cerdas itu penting. Tapi, benar lebih penting. Cerdas saja, saat ini tidak cukup. Sudah terlalu banyak contoh, banyak orang cerdas yang dalam kenyataannya justru keblinger," kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, dalam siaran pers-nya yang diterima di Surabaya (30/5/2021).

Ia mengatakan, dengan menjadi generasi yang cerdas dan benar, lulusan Ma'had Aly diharapkan menjadi solusi bagi umat, saat Indonesia mengalami bonus demografi dalam beberapa tahun ke depan.

"Semoga Ma'had Aly ini mampu memberikan manfaat yang besar bagi umat, dan menjadi solusi bagi umat saat mereka mengalami kebingungan dalam hidup," kata Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Surabaya ini berharap.

Baca juga: Terorisme dan Ideologi "Takfiri/Jihadi" di Indonesia

Ma'had Aly Sunan Bejagung Tuban resmi berdiri dengan program takhassus tasawuf dan tarekat.

Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Bejagung KH Abdul Matin Jawahir mengatakan izin pendirian telah diterbitkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1622 Tahun 2021 pada tanggal 24 Maret 2021.

"Kami sampaikan terima kasih atas dukungan seluruh jajaran Kementerian Agama RI, yang telah memberikan bimbingan dan dukungan sejak proses awal pengajuan izin hingga terbitnya izin pendirian Ma'had Aly ini," ujar Kiai Matin.

"Alhamdulillah, untuk angkatan pertama telah terdaftar 40 mahasantri. InsyaAllah awal Juni nanti mereka akan menjalani orientasi mahasantri," imbuh Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur ini.

Selain Rais Aam PBNU, peresmian berdirinya Ma'had Aly Sunan Bejagung juga dihadiri oleh Menteri Desa dan PDTT Abdul Halim Iskandar, Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur KH Agoes Ali Masyhuri, Plt Kepala Kanwil Kemenag Jawa Timur Nurul Huda.

Selain itu, hadir pula Rektor Universitas Islam Malang Masykuri Bakri, Bupati Tuban Fatchul Huda, dan jajaran Forkopimda Tuban, kemudian Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI Muhammad Ali Ramdhani.

Pewarta: Agus Setiawan

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021