Banda Aceh (Antara Bali) - Kalangan ulama Aceh mendukung gerakan moral masyarakat dengan upaya menghilangkan lokasi wisata rawan terjadinya praktik maksiat di provinsi yang sedang menjalankan Syariat Islam secara kaffah (menyeluruh) itu.
"Kami memberikan apresiasi kepada masyarakat Lhoknga dan Ulee Lhue yang menertibkan pondok-pondok pedagang disinyalir rawan terjadinya kemaksiatan," kata Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Ali di Banda Aceh, Selasa.
Hal tersebut disampaikan menanggapi aksi masyarakat menertibkan dan membongkar paksa pondok-pondok pedagang makanan dan minuman di kawasan objek wisata pantai Lhoknga (Aceh Besar) dan Ulee Lhue (Kota Banda Aceh), Minggu (13/5).
Pondok dan kafe di pantai Lhoknga itu dibongkar dan dibakar oleh ratusan masyarakat dan pemuda Kemukiman Lhoknga karena selama ini disinyalir sebagai lokasi rawan maksiat sebab dijadikan tempat "Indehoi" para muda-mudi pengunjung objek wisata tersebut.
Aceh berpenduduk mayoritas muslim itu merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menjalankan peraturan Syariat Islam kaffah.(IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Kami memberikan apresiasi kepada masyarakat Lhoknga dan Ulee Lhue yang menertibkan pondok-pondok pedagang disinyalir rawan terjadinya kemaksiatan," kata Sekjen Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk Faisal Ali di Banda Aceh, Selasa.
Hal tersebut disampaikan menanggapi aksi masyarakat menertibkan dan membongkar paksa pondok-pondok pedagang makanan dan minuman di kawasan objek wisata pantai Lhoknga (Aceh Besar) dan Ulee Lhue (Kota Banda Aceh), Minggu (13/5).
Pondok dan kafe di pantai Lhoknga itu dibongkar dan dibakar oleh ratusan masyarakat dan pemuda Kemukiman Lhoknga karena selama ini disinyalir sebagai lokasi rawan maksiat sebab dijadikan tempat "Indehoi" para muda-mudi pengunjung objek wisata tersebut.
Aceh berpenduduk mayoritas muslim itu merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang menjalankan peraturan Syariat Islam kaffah.(IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012