Bandarlampung (Antara Bali) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mengingatkan, agar pemberitaan dan peliputan yang masif atas tragedi pesawat Sukhoi di Gunung Salak oleh media massa dan para jurnalisnya, tetap mengedepankan kepatuhan pada kode etik jurnalistik.
"AJI Indonesia mengimbau rekan-rekan jurnalis peliput dan kantor media yang menayangkan pemberitaan itu, agar senantiasa berpedoman kepada kode etik jurnalistik, pedoman pemberitaan media online, dan standar perilaku penyiaran yang berlaku," kata Ketua Umum AJI Indonesia Eko Maryadi dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Bandarlampung, Minggu.
Dalam siaran pers yang juga ditandatangani Kepala Divisi Etik Profesi Dandy Koswara itu, AJI juga menyampaikan belasungkawa sedalamnya atas musibah jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Sukabumi, Rabu, 9 Mei 2012, yang kemungkinan menewaskan seluruh penumpangnya, termasuk lima orang jurnalis.
Menurut Eko, AJI menyayangkan model peliputan sensasional yang mengekploitasi korban, seperti menayangkan secara berulang kondisi korban dan keluarga dengan mengeksploitasi kesedihan, menampilkan foto korban secara berlebihan, histeria keluarga korban, membuat berita spekulatif-konspiratif yang ditengarai telah dilakukan beberapa media massa atas musibah tersebut.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"AJI Indonesia mengimbau rekan-rekan jurnalis peliput dan kantor media yang menayangkan pemberitaan itu, agar senantiasa berpedoman kepada kode etik jurnalistik, pedoman pemberitaan media online, dan standar perilaku penyiaran yang berlaku," kata Ketua Umum AJI Indonesia Eko Maryadi dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Bandarlampung, Minggu.
Dalam siaran pers yang juga ditandatangani Kepala Divisi Etik Profesi Dandy Koswara itu, AJI juga menyampaikan belasungkawa sedalamnya atas musibah jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Sukabumi, Rabu, 9 Mei 2012, yang kemungkinan menewaskan seluruh penumpangnya, termasuk lima orang jurnalis.
Menurut Eko, AJI menyayangkan model peliputan sensasional yang mengekploitasi korban, seperti menayangkan secara berulang kondisi korban dan keluarga dengan mengeksploitasi kesedihan, menampilkan foto korban secara berlebihan, histeria keluarga korban, membuat berita spekulatif-konspiratif yang ditengarai telah dilakukan beberapa media massa atas musibah tersebut.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012