Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto menyatakan ikan kerapu mempunyai nilai ekonomi luar biasa yang terlihat antara lain dari aktifnya ekspor komoditas tersebut melalui Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
"Neraca perdagangan mutlak harus positif, sehingga cadangan devisa dari sub sektor ini juga bisa meningkat. Kalau lihat data, neraca kita positif, namun tentu kita ingin naikan secara signifikan. Ini target kita," kata Slamet Soebjakto dalam rilis di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, ikan kerapu punya nilai ekonomi yang luar biasa besar dan tentu aktivitas ekspor yang dilakukan di Kepulauan Anambas juga bisa diikuti di sentral-sentral produksi lainnya.
Berdasarkan data KKP, pada awal September 2020 ini, ada sebanyak 15 ton kerapu hidup asal Kepulauan Anambas dengan nilai mencapai Rp945 juta dikirim ke Hongkong melalui jalur angkut laut.
Baca juga: Bali Ekspor Kerapu Senilai 9,35 Juta Dolar
Slamet menegaskan, KKP terus mendorong aktivitas ekspor produk perikanan budidaya, termasuk ikan kerapu hidup.
Ia juga menambahkan, Kepulauan Anambas punya potensi sumber daya ikan yang melimpah, serta punya aspek geostrategis yakni letak geografisnya yang menguntungkan secara ekonomi.
"Anambas ini unik, dan bisa menjadi pintu keluar untuk aktivitas perdagangan ekspor perikanan, khususnya ke Hongkong, karena letaknya yang tidak terlampau jauh, sehingga logistic cost bisa ditekan. Saya kira, ini konsen kita, bagaimana sumber daya perikanan budidaya bisa kita manfaatkan secara optimal dan berkelanjutan", pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan, Pertanian dan Pangan Kabupaten Kepulauan Anambas, Effi Sjuhairi berharap Pemerintah Pusat dapat terus mendukung pembangunan perikanan di Kepulauan Anambas, baik program perikanan tangkap maupun budidaya.
Effi Sjuhairi memastikan, mesti frekuensi ekspor agak terganggu, namun pemerintah daerah tetap melakukan ekspor kerapu dan aktivitas budidaya terus berjalan.
"Perlu diketahui, semua pembudidaya di Kepulauan Anambas adalah pembudidaya skala kecil, dan yang menjadi mitra mereka adalah pengumpul atau pelaku ekspor yang juga sebagai pembudidaya," katanya.
Effi juga membeberkan bahwa selama kurun waktu Januari 2020 hingga awal September 2020, ekspor kerapu hidup asal Anambas mencapai 76,80 ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp5,28 miliar.
Baca juga: Bali Ekspor Ikan Kerapu Senilai 10,007 Juta Dolar
Sebagai informasi, potensi pengembangan perikanan budidaya laut Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 20.998 hektare (ha) yang terdiri dari potensi pengembangan budidaya di kawasan pesisir 1.993 ha dan budidaya di kawasan laut lepas 19.005 ha.
Pada tahun 2019, tercatat produksi perikanan budidaya mencapai 293,49 ton dengan nilai produksi mencapai Rp21,61 miliar.
Sebelumnya, Slamet Soebjakto juga menyatakan perikanan budidaya harus menjadi ujung tombak produksi sektor kelautan dan perikanan Nusantara.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Neraca perdagangan mutlak harus positif, sehingga cadangan devisa dari sub sektor ini juga bisa meningkat. Kalau lihat data, neraca kita positif, namun tentu kita ingin naikan secara signifikan. Ini target kita," kata Slamet Soebjakto dalam rilis di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, ikan kerapu punya nilai ekonomi yang luar biasa besar dan tentu aktivitas ekspor yang dilakukan di Kepulauan Anambas juga bisa diikuti di sentral-sentral produksi lainnya.
Berdasarkan data KKP, pada awal September 2020 ini, ada sebanyak 15 ton kerapu hidup asal Kepulauan Anambas dengan nilai mencapai Rp945 juta dikirim ke Hongkong melalui jalur angkut laut.
Baca juga: Bali Ekspor Kerapu Senilai 9,35 Juta Dolar
Slamet menegaskan, KKP terus mendorong aktivitas ekspor produk perikanan budidaya, termasuk ikan kerapu hidup.
Ia juga menambahkan, Kepulauan Anambas punya potensi sumber daya ikan yang melimpah, serta punya aspek geostrategis yakni letak geografisnya yang menguntungkan secara ekonomi.
"Anambas ini unik, dan bisa menjadi pintu keluar untuk aktivitas perdagangan ekspor perikanan, khususnya ke Hongkong, karena letaknya yang tidak terlampau jauh, sehingga logistic cost bisa ditekan. Saya kira, ini konsen kita, bagaimana sumber daya perikanan budidaya bisa kita manfaatkan secara optimal dan berkelanjutan", pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan, Pertanian dan Pangan Kabupaten Kepulauan Anambas, Effi Sjuhairi berharap Pemerintah Pusat dapat terus mendukung pembangunan perikanan di Kepulauan Anambas, baik program perikanan tangkap maupun budidaya.
Effi Sjuhairi memastikan, mesti frekuensi ekspor agak terganggu, namun pemerintah daerah tetap melakukan ekspor kerapu dan aktivitas budidaya terus berjalan.
"Perlu diketahui, semua pembudidaya di Kepulauan Anambas adalah pembudidaya skala kecil, dan yang menjadi mitra mereka adalah pengumpul atau pelaku ekspor yang juga sebagai pembudidaya," katanya.
Effi juga membeberkan bahwa selama kurun waktu Januari 2020 hingga awal September 2020, ekspor kerapu hidup asal Anambas mencapai 76,80 ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp5,28 miliar.
Baca juga: Bali Ekspor Ikan Kerapu Senilai 10,007 Juta Dolar
Sebagai informasi, potensi pengembangan perikanan budidaya laut Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 20.998 hektare (ha) yang terdiri dari potensi pengembangan budidaya di kawasan pesisir 1.993 ha dan budidaya di kawasan laut lepas 19.005 ha.
Pada tahun 2019, tercatat produksi perikanan budidaya mencapai 293,49 ton dengan nilai produksi mencapai Rp21,61 miliar.
Sebelumnya, Slamet Soebjakto juga menyatakan perikanan budidaya harus menjadi ujung tombak produksi sektor kelautan dan perikanan Nusantara.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020