Produsen pupuk urea terbesar di Indonesia PT Pupuk Kaltim kembali menggelar demonstration plot (demplot) untuk komoditas padi pada lahan seluas 0,5 hektare di Desa Peladung, Kabupaten Karangasem, Bali sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian masyarakat.
"Selain mendorong peningkatan produktivitas hasil pertanian masyarakat setempat, program demplot sekaligus menjadi upaya pembuktian keunggulan produk Pupuk Kaltim, khususnya pupuk non subsidi. Dengan demikian, petani yang sebelumnya tergantung dengan pupuk bersubsidi bisa mengetahui perbedaan hasil dan kualitas yang dicapai saat masa panen," kata Asisstant Account Executive (AAE) PT Pupuk Kaltim wilayah pemasaran Bali I Wayan Suarjana, disela-sela menggelar demplot itu, di Amlapura, Karangasem, Senin.
Demplot padi yang dilaksanakan pada lahan seluas 0,5 hektare itu bekerja sama dengan Kelompok Tani Subak Peladung, dengan masa tanam 90 hari.
"Dalam pengalaman demplot sebelumnya, telah berhasil meningkatkan produktivitas pertanian masyarakat Bali pada berbagai komoditas, melalui pola pemupukan berimbang menggunakan produk non subsidi dan hayati Pupuk Kaltim," kata Wayan Suarjana.
Demplot dilakukan dengan dua perlakuan, yakni pola pemupukan berimbang Pupuk Kaltim dengan perbandingan pola kebiasaan petani. "Demplot ini dilaksanakan agar petani di Desa Peladung bisa teredukasi tentang pola pemupukan berimbang menggunakan produk Pupuk Kaltim, karena di wilayah lain sudah merasakan manfaatnya," ucap Wayan Suarjana.
Baca juga: NPK Pelangi dari Pupuk Kaltim tingkatkan produktivitas kubis petani Bangli
Demplot kali ini menggunakan produk Urea Daun Buah, NPK Pelangi dan produk hayati Ecofert, dengan komposisi dan dosis yang disesuaikan jenis komoditas serta luasan lahan. Pendampingan dilakukan secara berkala, melibatkan Pemerintah Kabupaten Karangasem melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) setempat.
Wayan Suarjana mengemukakan, tahapan pendampingan dilakukan sejak awal pengolahan dan penyiapan lahan tanam, termasuk pemilihan bibit secara baik dan benar. Setelah penanaman, pendampingan dilanjutkan dengan pola pemupukan berimbang menggunakan produk Pupuk Kaltim, serta evaluasi berkala hingga masa panen.
"Jadi selama masa demplot, petani akan mendapatkan pendampingan dari Pupuk Kaltim bersama PPL, khususnya penerapan pola pemupukan berimbang, di samping pengolahan lahan dan pemilihan bibit," ucap Wayan.
Pihaknya berharap program ini bisa diterima petani di Desa Peladung untuk diterapkan secara berkesinambungan, mengingat pelaksanaan demplot di sejumlah wilayah Provinsi Bali terbukti berhasil meningkatkan kapasitas produksi pertanian pada berbagai komoditas yang mencapai 30 persen untuk sekali masa panen.
Baca juga: Pupuk Kaltim pastikan 31.216 ton stok pupuk urea siap untuk Bali
Bahkan jika dikonversi, penggunaan pupuk non subsidi untuk sekali masa tanam hingga panen, jauh lebih hemat dibanding pupuk bersubsidi dengan hasil yang jauh lebih tinggi.
"Demplot sebelumnya berhasil untuk komoditas padi dan kubis, akhirnya menjadi motivasi petani Peladung untuk peningkatan hasil panen. Semoga hasilnya sesuai dan kualitas produk Pupuk Kaltim tidak diragukan lagi oleh petani," ujar Wayan Suarjana
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Selain mendorong peningkatan produktivitas hasil pertanian masyarakat setempat, program demplot sekaligus menjadi upaya pembuktian keunggulan produk Pupuk Kaltim, khususnya pupuk non subsidi. Dengan demikian, petani yang sebelumnya tergantung dengan pupuk bersubsidi bisa mengetahui perbedaan hasil dan kualitas yang dicapai saat masa panen," kata Asisstant Account Executive (AAE) PT Pupuk Kaltim wilayah pemasaran Bali I Wayan Suarjana, disela-sela menggelar demplot itu, di Amlapura, Karangasem, Senin.
Demplot padi yang dilaksanakan pada lahan seluas 0,5 hektare itu bekerja sama dengan Kelompok Tani Subak Peladung, dengan masa tanam 90 hari.
"Dalam pengalaman demplot sebelumnya, telah berhasil meningkatkan produktivitas pertanian masyarakat Bali pada berbagai komoditas, melalui pola pemupukan berimbang menggunakan produk non subsidi dan hayati Pupuk Kaltim," kata Wayan Suarjana.
Demplot dilakukan dengan dua perlakuan, yakni pola pemupukan berimbang Pupuk Kaltim dengan perbandingan pola kebiasaan petani. "Demplot ini dilaksanakan agar petani di Desa Peladung bisa teredukasi tentang pola pemupukan berimbang menggunakan produk Pupuk Kaltim, karena di wilayah lain sudah merasakan manfaatnya," ucap Wayan Suarjana.
Baca juga: NPK Pelangi dari Pupuk Kaltim tingkatkan produktivitas kubis petani Bangli
Demplot kali ini menggunakan produk Urea Daun Buah, NPK Pelangi dan produk hayati Ecofert, dengan komposisi dan dosis yang disesuaikan jenis komoditas serta luasan lahan. Pendampingan dilakukan secara berkala, melibatkan Pemerintah Kabupaten Karangasem melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) setempat.
Wayan Suarjana mengemukakan, tahapan pendampingan dilakukan sejak awal pengolahan dan penyiapan lahan tanam, termasuk pemilihan bibit secara baik dan benar. Setelah penanaman, pendampingan dilanjutkan dengan pola pemupukan berimbang menggunakan produk Pupuk Kaltim, serta evaluasi berkala hingga masa panen.
"Jadi selama masa demplot, petani akan mendapatkan pendampingan dari Pupuk Kaltim bersama PPL, khususnya penerapan pola pemupukan berimbang, di samping pengolahan lahan dan pemilihan bibit," ucap Wayan.
Pihaknya berharap program ini bisa diterima petani di Desa Peladung untuk diterapkan secara berkesinambungan, mengingat pelaksanaan demplot di sejumlah wilayah Provinsi Bali terbukti berhasil meningkatkan kapasitas produksi pertanian pada berbagai komoditas yang mencapai 30 persen untuk sekali masa panen.
Baca juga: Pupuk Kaltim pastikan 31.216 ton stok pupuk urea siap untuk Bali
Bahkan jika dikonversi, penggunaan pupuk non subsidi untuk sekali masa tanam hingga panen, jauh lebih hemat dibanding pupuk bersubsidi dengan hasil yang jauh lebih tinggi.
"Demplot sebelumnya berhasil untuk komoditas padi dan kubis, akhirnya menjadi motivasi petani Peladung untuk peningkatan hasil panen. Semoga hasilnya sesuai dan kualitas produk Pupuk Kaltim tidak diragukan lagi oleh petani," ujar Wayan Suarjana
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020