Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya mengatakan sejumlah rumah sakit rujukan penanganan COVID-19 di Pulau Dewata akan dikembangkan kapasitas tempat tidur ruang isolasinya untuk mengatasi lonjakan jumlah pasien positif corona di daerah itu.

"Saat ini daya tampung atau kapasitas tempat tidur untuk ruang isolasi di 15 RS rujukan sebanyak 486 tempat tidur, masih dalam pengembangan untuk 17 tempat tidur sehingga nantinya menjadi 503 tempat tidur," kata Suarjaya, di Denpasar, Jumat.

Dia mengemukakan, ada tiga RS yang sedang dikembangkan untuk penambahan tempat tidur di ruang isolasinya, yakni RSUD Buleleng sebanyak delapan tempat tidur, RS Daerah Mangusada penambahan tiga tempat tidur, dan RSUD Karangasem enam tempat tidur.

Menurut dia, kapasitas tempat tidur saat ini untuk 15 RS rujukan penanganan COVID-19 di Provinsi Bali, yakni RSUP Sanglah (71), RSUD Sanjiwani Gianyar (18), RSUD Tabanan (13), RSUD Buleleng (4), RSUD Wangaya (51), RSUD Bali Mandara (40), RS PTN Unud (87), RS Daerah Mangusada (26), RSU Negara (18), RSUD Klungkung (60), RS Pratama Giri Emas (28), RSUD Bangli (12), RSUD Karangasem (17), RS Nyitdah (21) dan RS Siloam (20).

Baca juga: GTPP COVID-19 Bali: Kamis, 92 pasien positif corona sembuh

Berdasarkan data hingga Kamis (9/7), total jumlah pasien positif COVID-19 yang sedang menjalani perawatan sebanyak 300 orang dan pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 83 orang, sehingga masih tersedia 103 tempat tidur.

"Jadi sampai saat ini masih tersedia sejumlah tempat tidur di ruang isolasi karena kami juga memilah-milah perawatan mereka yang positif COVID-19. Yang gejalanya berat diarahkan dirawat di RSUP Sanglah dan yang dengan gejala ringan hingga sedang dirawat di RS rujukan lainnya," ucapnya.

Suarjaya mengatakan, pada bulan Juni, pasien positif COVID-19 yang dirawat di RS rata-rata sembuh dalam waktu 13 hari. Oleh karena pasien di RS itu bergejala, sehingga memang agak lama proses penyembuhannya.

Suarjaya menambahkan, bagi pasien positif COVID-19 yang tergolong sebagai orang tanpa gejala (OTG) dirawat di sejumlah tempat karantina, seperti di Bapelkesmas Denpasar, Wisma Bima, Badan Diklat di Pering, hingga tiga hotel yang juga dijadikan tempat karantina, yakni Hotel Ibis, Hotel Grand Mega dan Hotel Ramada.

"Kami terus mendorong angka kesembuhan yang OTG ini, kami harapkan tiap hari ada yang sembuh sehingga akan mengurangi kepadatan di tempat karantina," ucapnya.

Baca juga: Bali realisasikan pencairan insentif tenaga medis tangani COVID-19 Rp3,7 miliar

Di tempat karantina, lanjut Suarjaya, yang berstatus OTG ada yang sembuh dalam waktu tiga hari, lima hari hingga tujuh hari.

"Yang dirawat di tempat karantina memang lebih cepat sembuh karena mereka tanpa gejala, selain di sana diberikan makanan yang bergizi, vitamin, diberikan madu kele pada pagi dan sore hari, diajak berjemur, berolahraga, juga ada konsultan psikologi, dengan harapan imunitas mereka segera meningkat," katanya.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020