Ketua Satgas Penanggulangan COVID-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan Rumah Sakit Kesehatan Daerah Militer (Kesdam) IX/Udayana sedang dipersiapkan sebagai tempat pelaksanaan "rapid test" dan "screening test" COVID-19 terhadap orang dalam pemantauan.
"Kami siapkan itu sehingga bisa mengurangi kepanikan dan kegalauan dari masyarakat," kata Dewa Indra saat memberi keterangan melalui 'video streaming' di Denpasar, Minggu.
Oleh karena saat ini sedang dalam proses penyiapan, pihaknya berharap dalam beberapa hari ke depan "rapid test" bisa segera dilaksanakan di RS Kesdam IX/Udayana.
Baca juga: Kabaharkam: 52 RS Polri siap tangani pasien COVID-19
Tak hanya menyiapkan RS untuk "rapid test", Pemerintah Provinsi Bali pun sedang menyiapkan agar laboratorium di RSUP Sanglah bisa melakukan tes terhadap sampel swab bagi para pasien dalam pengawasan.
"Saat ini sedang dipersiapkan alatnya, bahan-bahan kimianya. Mudah-mudahan dalam waktu secepat mungkin laboratorium ini bisa berfungsi dengan baik, sehingga dengan demikian, kita tidak harus menunggu lama hasil uji laboratorium yang sebelumnya kami kirim ke Jakarta dan Surabaya," ujar pria yang juga Sekretaris Daerah Provinsi Bali itu.
Baca juga: Pemerintah siapkan dua jenis obat COVID-19
Dewa Indra mengemukakan, sampai saat ini masih ada 23 pasien dalam pengawasan (PDP) yang ditunggu hasil pemeriksaan swab-nya dari laboratorium Balitbangkes Kementerian Kesehatan.
Secara kumulatif, jumlah PDP COVID-19 di Bali sebanyak 96 orang, sebanyak 70 pasien hasil pemeriksaan labnya negatif, tiga orang positif (dua WNA dan satu WNI) dan 23 orang masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium Balitbangkes.
"Yang belum keluar 23 orang. Oleh karena itu masih dirawat di RS sambil menunggu hasil uji labnya. Jika hasil uji labnya sudah keluar dan dinyatakan negatif, kondisi pasien dalam keadaan sehat, tentu dipersilahkan pulang," katanya.
Baca juga: Di Buleleng, 78 pekerja kapal pesiar periksakan diri cegah COVID-19
Jika kondisinya belum begitu sehat dan hasilnya sudah dinyatakan negatif tentu dirawat dengan cara berbeda, yakni dirawat di ruang rapat biasa.
"Dalam upaya terus mengurangi interaksi dalam jarak dekat, kami instruksikan seluruh RS di Bali untuk menghentikan jam kunjungan atau jam besuk dan membatasi penunggu pasien, satu orang untuk setiap pasien. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah orang di RS, sehingga semakin sedikit ada yang kontak. Ini bagian dari pencegahan penyebaran COVID-19," ujar Dewa Indra.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Kami siapkan itu sehingga bisa mengurangi kepanikan dan kegalauan dari masyarakat," kata Dewa Indra saat memberi keterangan melalui 'video streaming' di Denpasar, Minggu.
Oleh karena saat ini sedang dalam proses penyiapan, pihaknya berharap dalam beberapa hari ke depan "rapid test" bisa segera dilaksanakan di RS Kesdam IX/Udayana.
Baca juga: Kabaharkam: 52 RS Polri siap tangani pasien COVID-19
Tak hanya menyiapkan RS untuk "rapid test", Pemerintah Provinsi Bali pun sedang menyiapkan agar laboratorium di RSUP Sanglah bisa melakukan tes terhadap sampel swab bagi para pasien dalam pengawasan.
"Saat ini sedang dipersiapkan alatnya, bahan-bahan kimianya. Mudah-mudahan dalam waktu secepat mungkin laboratorium ini bisa berfungsi dengan baik, sehingga dengan demikian, kita tidak harus menunggu lama hasil uji laboratorium yang sebelumnya kami kirim ke Jakarta dan Surabaya," ujar pria yang juga Sekretaris Daerah Provinsi Bali itu.
Baca juga: Pemerintah siapkan dua jenis obat COVID-19
Dewa Indra mengemukakan, sampai saat ini masih ada 23 pasien dalam pengawasan (PDP) yang ditunggu hasil pemeriksaan swab-nya dari laboratorium Balitbangkes Kementerian Kesehatan.
Secara kumulatif, jumlah PDP COVID-19 di Bali sebanyak 96 orang, sebanyak 70 pasien hasil pemeriksaan labnya negatif, tiga orang positif (dua WNA dan satu WNI) dan 23 orang masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium Balitbangkes.
"Yang belum keluar 23 orang. Oleh karena itu masih dirawat di RS sambil menunggu hasil uji labnya. Jika hasil uji labnya sudah keluar dan dinyatakan negatif, kondisi pasien dalam keadaan sehat, tentu dipersilahkan pulang," katanya.
Baca juga: Di Buleleng, 78 pekerja kapal pesiar periksakan diri cegah COVID-19
Jika kondisinya belum begitu sehat dan hasilnya sudah dinyatakan negatif tentu dirawat dengan cara berbeda, yakni dirawat di ruang rapat biasa.
"Dalam upaya terus mengurangi interaksi dalam jarak dekat, kami instruksikan seluruh RS di Bali untuk menghentikan jam kunjungan atau jam besuk dan membatasi penunggu pasien, satu orang untuk setiap pasien. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah orang di RS, sehingga semakin sedikit ada yang kontak. Ini bagian dari pencegahan penyebaran COVID-19," ujar Dewa Indra.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020