Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati yang akrab dipanggil Cok Ace menyerahkan penetapan karya budaya kerajinan perak celuk sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia kepada pimpinan adat Desa Celuk, Kabupaten Gianyar.

"Penetapan ini merupakan suatu langkah nyata kita dalam melindungi seni dan hasil kerajinan khas Bali dan ke depannya terus dilakukan upaya-upaya yang lebih serius lagi agar lebih banyak warisan budaya takbenda yang didaftarkan, sehingga tidak diklaim oleh pihak atau negara lain," kata Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu, di Gianyar, Kamis.

Piagam penetapan tersebut diserahkan oleh Wagub Bali Cok Ace kepada Bendesa (ketua) Desa Adat Celuk I Kadek Anom Astabrata seusai melaksanakan persembahyangan bersama dalam upacara Tawur Agung serangkaian Karya Padudusan Agung, Ngenteg Linggih , Mepedagingan, Tawur Agung LAN Ngusaba Dalem di Pura Dalem Des Adat Celuk, Sukawati, Gianyar.

Dalam sambutan Wagub Bali Cok Ace yang didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan "Kun" Adnyana menyampaikan bahwa beberapa waktu lalu tepatnya pada 8 Oktober 2019 Menteri Pendidikan dan Kebudayan telah menggelar acara Malam Apresiasi dan Penetapan Warisan Budaya Takbenda 2019 di Istora Senayan Jakarta.

Baca juga: Wagub berkomitmen lestarikan arsitektur Bali

Dalam acara tersebut Kerajinan Perak Celuk telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2019.

"Ke depan kita harus berupaya lebih serius lagi dalam melindungi warisan-warisan budaya dari para leluhur kita sehingga dapat kita wariskan dari generasi ke generasi," ujarnya.

Cok Ace juga berharap dengan penetapan kerajinan perak celuk sebagai Warisan Budaya Takbenda, kerajinan perak akan terus berkembang dengan kreativitas-kreativitasnya sehingga akan memberi kesejahteraan bagi masyarakat Celuk khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya.

Terkait pelaksanan Tawur Agung ini, dia menyampaikan apresiasinya atas pelaksanan "yadnya" atau ritual persembahan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat Desa Adat Celuk.

"Pelaksanan yadnya merupakan wujud syukur dan bakti kita kepada Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan) atas semua anugerah yang telah dilimpahkan dan kita nikmati. Untuk itu, mari selalu meningkatkan bakti dan selalu mengucap syukur atas segala limpahan kesejahteraan yang telah diterima," ucapnya.

Baca juga: Wagub pastikan Bali aktif dukung pembangunan laut berkelanjutan

Upacara Tawur Agung dan Mapadanan yang merupakan rangkaian dari "Karya Padudusan Agung, Ngenteg Linggih, Mepedagingan, Tawur Agung lan Ngusaba Dalem" di Pura Dalem Desa Adat Celuk ini "dipuput" atau dipimpin enam sulinggih (pendeta Hindu-red). Puncak karya sendiri akan berlangsung pada 22 Oktober mendatang.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019