Institut Seni Indonesia Denpasar mewadahi puluhan akademisi dari berbagai kampus di delapan kota di Nusantara mendiskusikan pengembangan kreativitas seni, kriya, dan desain dalam era Revolusi Industri 4.0 melalui Seminar Nasional Sandyakala 2019.
"Kami berharap dari Seminar Nasional Sandyakala 2019 ini dapat menghasilkan pemikiran yang disatukan dan didiskusikan, yang kemudian bermanfaat tidak saja untuk dunia akademik, tetapi juga untuk masyarakat," kata I Nyoman Larry Julianto, Ketua Panitia Seminar Nasional Sandyakala 2019 dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar, di Denpasar, Kamis.
Larry yang juga dosen FSRD ISI Denpasar itu mengemukakan sebelumnya ada 64 pemakalah dari 10 kota besar di Indonesia yang ingin mempresentasikan makalahnya dalam seminar nasional di kampus seni negeri satu-satunya di wilayah Bali-Nusa Tenggara itu.
Namun, setelah melalui proses "review" yang dilakukan oleh tiga reviewer eksternal (dari Institut Teknologi Bandung, ISI Yogyakarta, dan Universitas Udayana) dan delapan reviewer internal dari ISI Denpasar, maka diputuskan 43 pemakalah yang berasal dari delapan kota yang berbeda untuk mempresentasikan makalah dari hasil penelitiannya.
Adapun 43 pemakalah itu berasal dari Kota Denpasar, Singaraja, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Gorontalo. Para akademisi tersebut mewakili 17 instansi pendidikan yakni Universitas Paramadina, Institut Kesenian Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Telkom.
Kemudian dari Universitas Kristen Maranatha, ISI Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, ISI Denpasar, Sekolah Tinggi Desain Bali, Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua, Universitas Pendidikan Ganesha, dan Universitas Gorontalo.
"Proses review makalah dilaksanakan dengan 'blind review' atau dengan kata lain, reviewer tidak mengetahui identitas dari pemakalah, dan pemakalah pun tidak mengetahui makalahnya diperiksa oleh siapa," ujar akademisi dari Sembung, Mengwi, Kabupaten Badung itu.
Baca juga: ISI Denpasar ingatkan "4C" hadapi Revolusi Industri 4.0
Seminar nasional tersebut dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama adalah penyampaian materi dan diskusi oleh tiga narasumber yakni Dr Imam Santosa MSn (Institut Teknologi Bandung), Dr Prayanto Widyo Harsanto MSn (ISI Yogyakarta), dan Drs I Ketut Murdana MSn (ISI Denpasar).
Sesi kedua berupa presentasi paralel dari para pemakalah yang dibagi dalam lima kelas. Kemudian sesi terakhir diisi dengan pengumuman artikel (makalah) terbaik dan penyaji presentasi terbaik.
Adapun makalah terbaik merupakan karya Nyoman Lia Susanthi dan Ni Ketut Suryatini (ISI Denpasar) dan Ayoeningsih Dyah W (Universitas Paramadina). Sedangkan sebagai presenter atau pemakalah terbaik adalah Citra Smara Dewi (Universitas Indonesia), Nuning Yanti Damayanti (ITB) dan Iqbal Prabawa Wiguna (Universitas Telkom).
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan ISI Denpasar Dr Drs I Gusti Ngurah Seramasara MHum saat membuka seminar mengatakan pengaruh Revolusi Industri 4.0 telah terjadi secara masif dalam setiap jengkal kehidupan, yang terimplementasi melalui interaksi sosial dan komunikasi, transaksi ekonomi, model produksi, wacana budaya dan paradigma seni yang baru.
Baca juga: ISI Denpasar pamerkan hasil karya terbaik mahasiswa
Revolusi Industri 4.0 diharapkan dapat menghasilkan transformasi yang pesat dan menyeluruh, yang didukung oleh implementasi teknologi utama yaitu internet of thing, artificial intelectual, robotic dan teknologi sensor.
"Pada saat ini, perkembangan digitalisasi seni merupakan arus besar yang mengglobal dan membuka dunia seni berbasis teknologi informasi digital, termasuk di dalamnya cyber art, information art, dan multimedia art," ucapnya pada acara yang diikuti sekitar 200 peserta itu.
Oleh karena itu, menurut dia, perguruan tinggi terutama ISI Denpasar harus menciptakan SDM yang aktif terhadap teknologi informasi, internet, big data, dan komputerisasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Kami berharap dari Seminar Nasional Sandyakala 2019 ini dapat menghasilkan pemikiran yang disatukan dan didiskusikan, yang kemudian bermanfaat tidak saja untuk dunia akademik, tetapi juga untuk masyarakat," kata I Nyoman Larry Julianto, Ketua Panitia Seminar Nasional Sandyakala 2019 dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar, di Denpasar, Kamis.
Larry yang juga dosen FSRD ISI Denpasar itu mengemukakan sebelumnya ada 64 pemakalah dari 10 kota besar di Indonesia yang ingin mempresentasikan makalahnya dalam seminar nasional di kampus seni negeri satu-satunya di wilayah Bali-Nusa Tenggara itu.
Namun, setelah melalui proses "review" yang dilakukan oleh tiga reviewer eksternal (dari Institut Teknologi Bandung, ISI Yogyakarta, dan Universitas Udayana) dan delapan reviewer internal dari ISI Denpasar, maka diputuskan 43 pemakalah yang berasal dari delapan kota yang berbeda untuk mempresentasikan makalah dari hasil penelitiannya.
Adapun 43 pemakalah itu berasal dari Kota Denpasar, Singaraja, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Gorontalo. Para akademisi tersebut mewakili 17 instansi pendidikan yakni Universitas Paramadina, Institut Kesenian Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Telkom.
Kemudian dari Universitas Kristen Maranatha, ISI Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, ISI Denpasar, Sekolah Tinggi Desain Bali, Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua, Universitas Pendidikan Ganesha, dan Universitas Gorontalo.
"Proses review makalah dilaksanakan dengan 'blind review' atau dengan kata lain, reviewer tidak mengetahui identitas dari pemakalah, dan pemakalah pun tidak mengetahui makalahnya diperiksa oleh siapa," ujar akademisi dari Sembung, Mengwi, Kabupaten Badung itu.
Baca juga: ISI Denpasar ingatkan "4C" hadapi Revolusi Industri 4.0
Seminar nasional tersebut dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama adalah penyampaian materi dan diskusi oleh tiga narasumber yakni Dr Imam Santosa MSn (Institut Teknologi Bandung), Dr Prayanto Widyo Harsanto MSn (ISI Yogyakarta), dan Drs I Ketut Murdana MSn (ISI Denpasar).
Sesi kedua berupa presentasi paralel dari para pemakalah yang dibagi dalam lima kelas. Kemudian sesi terakhir diisi dengan pengumuman artikel (makalah) terbaik dan penyaji presentasi terbaik.
Adapun makalah terbaik merupakan karya Nyoman Lia Susanthi dan Ni Ketut Suryatini (ISI Denpasar) dan Ayoeningsih Dyah W (Universitas Paramadina). Sedangkan sebagai presenter atau pemakalah terbaik adalah Citra Smara Dewi (Universitas Indonesia), Nuning Yanti Damayanti (ITB) dan Iqbal Prabawa Wiguna (Universitas Telkom).
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan ISI Denpasar Dr Drs I Gusti Ngurah Seramasara MHum saat membuka seminar mengatakan pengaruh Revolusi Industri 4.0 telah terjadi secara masif dalam setiap jengkal kehidupan, yang terimplementasi melalui interaksi sosial dan komunikasi, transaksi ekonomi, model produksi, wacana budaya dan paradigma seni yang baru.
Baca juga: ISI Denpasar pamerkan hasil karya terbaik mahasiswa
Revolusi Industri 4.0 diharapkan dapat menghasilkan transformasi yang pesat dan menyeluruh, yang didukung oleh implementasi teknologi utama yaitu internet of thing, artificial intelectual, robotic dan teknologi sensor.
"Pada saat ini, perkembangan digitalisasi seni merupakan arus besar yang mengglobal dan membuka dunia seni berbasis teknologi informasi digital, termasuk di dalamnya cyber art, information art, dan multimedia art," ucapnya pada acara yang diikuti sekitar 200 peserta itu.
Oleh karena itu, menurut dia, perguruan tinggi terutama ISI Denpasar harus menciptakan SDM yang aktif terhadap teknologi informasi, internet, big data, dan komputerisasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019