Pemerintah Kabupaten Buleleng siap mengadakan "Festival Buleleng" (Buleleng Festival/Bulfest) ke-7 di seputaran Tugu Singa Ambara Raja, Jalan Ngurah Rai Singaraja, Buleleng, Bali pada 6-10 Agustus 2019.
"Secara umum, persiapan sudah dilakukan secara matang, sehingga Bulfest sudah siap dibuka pada tanggal 6 Agustus. Dukungan dari masyarakat sangat baik sejak Bulfest digelarnya pada tahun 2013. Bukan hanya dari masyarakat Buleleng saja, bahkan ada dari provinsi lain mengajukan diri untuk ikut terlibat di dalamnya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Gede Komang di Singaraja, Senin.
Pada pembukaan Bulfest, 6 Agustus mendatang, sejumlah pejabat pemerintah daerah dari luar Bali dan tamu mancanegara yang siap hadir, antara lain anggota DPRD Kota Pangkalpinang 30 orang, Wakil Wali Kota Palembang, dan pejabat dari Dinas Kebudayaan Kota Surakarta, Jawa Tengah.
"Yang menarik, kehadiran anggota DPRD Kota Pangkalpinang di atas adalah dalam rangka mempelajari pelaksanaan festival seni di Buleleng," katanya.
Tamu mancanegara akan hadir sedikitnya 200 orang berasal dari berbagai negara. Mereka merupakan peserta seminar internasional di Undiksha Singaraja. Mereka secara khusus meminta pelaksanaan seminar bersamaan dengan pelaksanaan Bullfest, sehingga bisa menyaksikan gelaran festival yang dirintis pada 2013 itu.
Selain seni pertunjukan, pihaknya menyelenggarakan seminar terkait dengan seni dan budaya Buleleng yang akan membahas dua tarian tradisional, yaitu Tari Kebyar Legong dan Legong Tombol, bersama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Seminar itu dilakukan mengingat saat pementasan tari di Buleleng, jarang dijelaskan filosofinya, kapan tarian tersebut diciptakan, serta siapa penciptanya.
"Seminar ini mendapatkan dukungan penuh dari Bapak Bupati, semoga berjalan dengan lancar," katanya.
Gede Komang menjelakan Bulfest tahun ini akan dijadikan ajang mengembalikan kejayaan gong pacek yang merupakan warisan kesenian dari Buleleng, bukan gong dengan bilah yang digantung seperti yang biasa digunakan di daerah lain di Bali.
"Sejak saat ini kami memang harus berusaha mengembalikan kebangkitan gong pacek, sebagai warisan leluhur kita di Buleleng. Jadi, saya tidak mau para seniman di Buleleng meniru-niru gong yang ada di daerah lain," kata dia.
Selain wajib menggunakan gong pacek sebagai perangkat kesenian khas Buleleng, Bulfest ke-7 juga menampilkan kolaborasi kesenian tradisional Gong Kebyar Dauh Enjung-Dangin Enjung yang ditampilkan dengan konsep "mebarung". Gong Kebyar Dauh Enjung-Dangin Enjung akan mengiringi tarian khas dari dua sisi daerah budaya tersebut.
Baca juga: "Bali Internasional Choir Festival" dukung sektor pariwisata
Dalam Dangin Enjung terdapat nama besar pengawi kesenian, antara lain Gde Manik dan Pan Wandres. Adapun kesenian hasil garapan Dangin Enjung, antara lain Tari Terunajaya, Tari Legong Kekebyaran, dan Tari Cenderawasih, sedangkan nama besar di Dauh Enjung ada Ketut Mardana dan I Putu Sumiasa dengan garapan seni, antara lain Tari Wiranjaya, Tari Merpati, dan Tari Nelayan khas Buleleng.
"Jadi, kami ingin mengembalikan (kesenian, red.) yang asli. Bapak Bupati juga mempunyai harapan yang sama, sehingga antara kesenian tradisional dengan modern (musik, band, red.) bisa tampil seimbang dalam Bulfest," kata mantan Kadis Sosial Pemkab Buleleng itu.
Pada pembukaan Bulfest ke-7 akan ditampilkan tarian massal, yaitu Tari Panyembrama, sebagai tari penyambutan. Sebanyak 500 penari kalangan remaja putri berasal dari berbagai desa di Buleleng akan menarikan tarian itu. Tari Panyembrama dipilih karena sudah menjadi tarian tradisional universal khas Bali, dan secara khusus untuk menyambut tamu.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan penyelenggaraan Bulfest setiap tahunnya harus ada perbaikan dan perkembangan dari sebelumnya.
"Jika dibedakan dengan tahun-tahun sebelumnya, konsep Bulfest ke-7 ini secara menyeluruh masih sama, tetapi ada beberapa pementasan yang membedakan, yakni adanya partisipasi dari provinsi lain, salah satunya dari Medan," katanya.
Baca juga: Festival "Jagannatha Ratha Yatra Nusantara" mendoakan kejayaan NKRI
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Secara umum, persiapan sudah dilakukan secara matang, sehingga Bulfest sudah siap dibuka pada tanggal 6 Agustus. Dukungan dari masyarakat sangat baik sejak Bulfest digelarnya pada tahun 2013. Bukan hanya dari masyarakat Buleleng saja, bahkan ada dari provinsi lain mengajukan diri untuk ikut terlibat di dalamnya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Gede Komang di Singaraja, Senin.
Pada pembukaan Bulfest, 6 Agustus mendatang, sejumlah pejabat pemerintah daerah dari luar Bali dan tamu mancanegara yang siap hadir, antara lain anggota DPRD Kota Pangkalpinang 30 orang, Wakil Wali Kota Palembang, dan pejabat dari Dinas Kebudayaan Kota Surakarta, Jawa Tengah.
"Yang menarik, kehadiran anggota DPRD Kota Pangkalpinang di atas adalah dalam rangka mempelajari pelaksanaan festival seni di Buleleng," katanya.
Tamu mancanegara akan hadir sedikitnya 200 orang berasal dari berbagai negara. Mereka merupakan peserta seminar internasional di Undiksha Singaraja. Mereka secara khusus meminta pelaksanaan seminar bersamaan dengan pelaksanaan Bullfest, sehingga bisa menyaksikan gelaran festival yang dirintis pada 2013 itu.
Selain seni pertunjukan, pihaknya menyelenggarakan seminar terkait dengan seni dan budaya Buleleng yang akan membahas dua tarian tradisional, yaitu Tari Kebyar Legong dan Legong Tombol, bersama dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Seminar itu dilakukan mengingat saat pementasan tari di Buleleng, jarang dijelaskan filosofinya, kapan tarian tersebut diciptakan, serta siapa penciptanya.
"Seminar ini mendapatkan dukungan penuh dari Bapak Bupati, semoga berjalan dengan lancar," katanya.
Gede Komang menjelakan Bulfest tahun ini akan dijadikan ajang mengembalikan kejayaan gong pacek yang merupakan warisan kesenian dari Buleleng, bukan gong dengan bilah yang digantung seperti yang biasa digunakan di daerah lain di Bali.
"Sejak saat ini kami memang harus berusaha mengembalikan kebangkitan gong pacek, sebagai warisan leluhur kita di Buleleng. Jadi, saya tidak mau para seniman di Buleleng meniru-niru gong yang ada di daerah lain," kata dia.
Selain wajib menggunakan gong pacek sebagai perangkat kesenian khas Buleleng, Bulfest ke-7 juga menampilkan kolaborasi kesenian tradisional Gong Kebyar Dauh Enjung-Dangin Enjung yang ditampilkan dengan konsep "mebarung". Gong Kebyar Dauh Enjung-Dangin Enjung akan mengiringi tarian khas dari dua sisi daerah budaya tersebut.
Baca juga: "Bali Internasional Choir Festival" dukung sektor pariwisata
Dalam Dangin Enjung terdapat nama besar pengawi kesenian, antara lain Gde Manik dan Pan Wandres. Adapun kesenian hasil garapan Dangin Enjung, antara lain Tari Terunajaya, Tari Legong Kekebyaran, dan Tari Cenderawasih, sedangkan nama besar di Dauh Enjung ada Ketut Mardana dan I Putu Sumiasa dengan garapan seni, antara lain Tari Wiranjaya, Tari Merpati, dan Tari Nelayan khas Buleleng.
"Jadi, kami ingin mengembalikan (kesenian, red.) yang asli. Bapak Bupati juga mempunyai harapan yang sama, sehingga antara kesenian tradisional dengan modern (musik, band, red.) bisa tampil seimbang dalam Bulfest," kata mantan Kadis Sosial Pemkab Buleleng itu.
Pada pembukaan Bulfest ke-7 akan ditampilkan tarian massal, yaitu Tari Panyembrama, sebagai tari penyambutan. Sebanyak 500 penari kalangan remaja putri berasal dari berbagai desa di Buleleng akan menarikan tarian itu. Tari Panyembrama dipilih karena sudah menjadi tarian tradisional universal khas Bali, dan secara khusus untuk menyambut tamu.
Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan penyelenggaraan Bulfest setiap tahunnya harus ada perbaikan dan perkembangan dari sebelumnya.
"Jika dibedakan dengan tahun-tahun sebelumnya, konsep Bulfest ke-7 ini secara menyeluruh masih sama, tetapi ada beberapa pementasan yang membedakan, yakni adanya partisipasi dari provinsi lain, salah satunya dari Medan," katanya.
Baca juga: Festival "Jagannatha Ratha Yatra Nusantara" mendoakan kejayaan NKRI
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019