Ribuan umat Hindu dari seluruh daerah di Nusantara dan juga dari mancanegara mengikuti rangkaian Festival Kereta "Sri Jagannatha Ratha Yatra Nusantara 2019" untuk mengingat dan menyebarkan karunia Tuhan (Sri Jagannatha), sekaligus berdoa demi kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kami ingin bisa terus-menerus berkontribusi kepada bangsa, negara dan agama. Dengan mendekatkan diri pada Sri Jagannatha atau Tuhan Penguasa Alam Semesta (Sri Krishna) melalui festival ini, sehingga kita menjalankan dharma agama (kewajiban beragama) dan dharma negara bisa seiring," kata Ketua Umum International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) Indonesia I Wayan Subagio, dalam acara festival tersebut, di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, di Denpasar, Minggu.
Festival yang dilaksanakan untuk ke-17 kalinya di Pulau Dewata itu, menurut Subagio, merupakan momen spiritual yang penting untuk lebih dekat dan mengingat kebesaran Tuhan.
"Dalam pustaka suci Veda, kita diwajibkan untuk selalu ingat pada Beliau, caranya dengan memperbanyak melakukan ritual, kegiatan keagamaan, maka kita semakin dekat dengan Beliau. Imbas yang kita dapatkan, bersihnya hati dari pencemaran kehidupan material, bebas dari nafsu dan keinginan yang tidak positif yang dipengaruhi Rajasika dan Tamasika. Dengan demikian membuat kita menjadi pribadi yang mandiri, suci, terhindarkan dan jauh dari adharma (perbuatan tidak baik," ucapnya.
Jika umat manusia sudah mencapai kesempurnaan itu, lanjut Subagio, maka kontribusi pada negara juga akan berjalan lebih baik.
Sementara itu, Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Prof I Ketut Widnya mengatakan dengan festival spiritual yang dilaksanakan oleh Perkumpulan ISKCON Indonesia itu diharapkan umat dapat melaksanakan dan mempraktikkan ajaran agama dengan lebih baik.
"Sebagaimana visi dari Kementerian Agama agar umat bisa mempraktikkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dan memperkecil kesenjangan dalam beragama," ujarnya pada acara yang dihadiri oleh "sulinggih" atau pendeta Hindu dan tokoh-tokoh agama Hindu itu
Pemerintah, lanjut Widnya, berkepentingan dengan kegiatan-kegiatan spiritual untuk memperkuat harmoni sosial dan memberikan vibrasi kedamaian khususnya pada masyarakat Bal, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
"Tema yang diangkat kali ini juga relevan dengan kehidupan kebangsaan saat ini, yang baru menyelesaikan tahapan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden. Dengan kegiatan ini, semoga negara kita tetap diberikan keberkahan dan demi kejayaan NKRI," katanya.
Hal senada disampaikan Asisten Bidang Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Bali Ida Bagus Kade Subhiksu. Mewakili Gubernur Bali, dia menilai festival tersebut memiliki tujuan yang mulia untuk membangun harmoni sosial. "Mari jadikan keanekaragaman sebagai modal untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan," ucapnya.
Sedangkan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya mengharapkan Bali dapat menjadi contoh keberagaman, persatuan dan kesatuan berdasarkan kearifan lokal.
"Mari kita jaga Bali, mari saling menghargai sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari, saling memberi dan menerima," katanya.
Wisnu Bawa Tenaya juga mengajak para "sulinggih" atau pemuka agama untuk senantiasa menyebarkan ajaran-ajaran suci agama dan bergandengan tangan untuk meningkatkan kualitas SDM Hindu.
Ketua Dharma Adhyaksa PHDI Pusat Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba mengatakan sesuai dengan filosofi "vasudewa kutumbakam" yang artinya kita semua bersaudara, mengajak umat Hindu jangan sampai menyusahkan sesama.
"Jangan sampai ada saudara-saudara kita bermasalah tidak dapat kuburan. Istilahnya jangan sampai hidup susah matipun susah. Seharusnya mari hidup senang, matipun bahagia," ajaknya.
Dalam festival ini, tiga kereta arca kencana Sri Jagannatha atau Sri Krishna bersama kakaknya Sri Balarama, beserta adiknya Sri Subadra Devi diarak serta ditarik oleh para penari, pemangku dan para bakta dari ISKCON Indonesia mengelilingi Lapangan Puputan Margarana, Denpasar.
Sebelumnya peserta festival larut dalam suatu prosesi spiritual, memanjatkan doa, menyanyikan nama suci Tuhan secara bersama-sama, untuk menyucikan hati, mendekatkan diri dan memohon karunia-Nya. Selain itu juga digelar berbagai pameran buku, stan kuliner dan beberapa kegiatan hiburan lainnya melibatkan beberapa pengurus pasraman di Bali.
Festival Ratha Yatra sesungguhnya telah berlangsung sejak ribuan tahun silam sebagai suatu tradisi Hindu yang termashyur di Jagannaha Puri, India Selatan. Atas usaha dan keinginan kuat Srila Prabhupada, Acharya pendiri ISKCON yang menyebarkan pengetahuan rohani dan budaya Veda ke Dunia Barat, maka Festival Ratha Yatra ini telah diselenggarakan di berbagai kota besar di seluruh dunia.
Sebagai suatu tonggak sejarah Srila Prabhupada menyelenggarakan Ratha Yatra pertama di luar India pada 9 Juli 1967 di kota San Franscisco, Amerika Serikat. Sejak saat itu, perayaan Ratha Yatra menjadi festival besar di San Francisco dan kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Kami ingin bisa terus-menerus berkontribusi kepada bangsa, negara dan agama. Dengan mendekatkan diri pada Sri Jagannatha atau Tuhan Penguasa Alam Semesta (Sri Krishna) melalui festival ini, sehingga kita menjalankan dharma agama (kewajiban beragama) dan dharma negara bisa seiring," kata Ketua Umum International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) Indonesia I Wayan Subagio, dalam acara festival tersebut, di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, di Denpasar, Minggu.
Festival yang dilaksanakan untuk ke-17 kalinya di Pulau Dewata itu, menurut Subagio, merupakan momen spiritual yang penting untuk lebih dekat dan mengingat kebesaran Tuhan.
"Dalam pustaka suci Veda, kita diwajibkan untuk selalu ingat pada Beliau, caranya dengan memperbanyak melakukan ritual, kegiatan keagamaan, maka kita semakin dekat dengan Beliau. Imbas yang kita dapatkan, bersihnya hati dari pencemaran kehidupan material, bebas dari nafsu dan keinginan yang tidak positif yang dipengaruhi Rajasika dan Tamasika. Dengan demikian membuat kita menjadi pribadi yang mandiri, suci, terhindarkan dan jauh dari adharma (perbuatan tidak baik," ucapnya.
Jika umat manusia sudah mencapai kesempurnaan itu, lanjut Subagio, maka kontribusi pada negara juga akan berjalan lebih baik.
Sementara itu, Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama Prof I Ketut Widnya mengatakan dengan festival spiritual yang dilaksanakan oleh Perkumpulan ISKCON Indonesia itu diharapkan umat dapat melaksanakan dan mempraktikkan ajaran agama dengan lebih baik.
"Sebagaimana visi dari Kementerian Agama agar umat bisa mempraktikkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dan memperkecil kesenjangan dalam beragama," ujarnya pada acara yang dihadiri oleh "sulinggih" atau pendeta Hindu dan tokoh-tokoh agama Hindu itu
Pemerintah, lanjut Widnya, berkepentingan dengan kegiatan-kegiatan spiritual untuk memperkuat harmoni sosial dan memberikan vibrasi kedamaian khususnya pada masyarakat Bal, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
"Tema yang diangkat kali ini juga relevan dengan kehidupan kebangsaan saat ini, yang baru menyelesaikan tahapan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden. Dengan kegiatan ini, semoga negara kita tetap diberikan keberkahan dan demi kejayaan NKRI," katanya.
Hal senada disampaikan Asisten Bidang Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Bali Ida Bagus Kade Subhiksu. Mewakili Gubernur Bali, dia menilai festival tersebut memiliki tujuan yang mulia untuk membangun harmoni sosial. "Mari jadikan keanekaragaman sebagai modal untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan," ucapnya.
Sedangkan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya mengharapkan Bali dapat menjadi contoh keberagaman, persatuan dan kesatuan berdasarkan kearifan lokal.
"Mari kita jaga Bali, mari saling menghargai sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari, saling memberi dan menerima," katanya.
Wisnu Bawa Tenaya juga mengajak para "sulinggih" atau pemuka agama untuk senantiasa menyebarkan ajaran-ajaran suci agama dan bergandengan tangan untuk meningkatkan kualitas SDM Hindu.
Ketua Dharma Adhyaksa PHDI Pusat Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba mengatakan sesuai dengan filosofi "vasudewa kutumbakam" yang artinya kita semua bersaudara, mengajak umat Hindu jangan sampai menyusahkan sesama.
"Jangan sampai ada saudara-saudara kita bermasalah tidak dapat kuburan. Istilahnya jangan sampai hidup susah matipun susah. Seharusnya mari hidup senang, matipun bahagia," ajaknya.
Dalam festival ini, tiga kereta arca kencana Sri Jagannatha atau Sri Krishna bersama kakaknya Sri Balarama, beserta adiknya Sri Subadra Devi diarak serta ditarik oleh para penari, pemangku dan para bakta dari ISKCON Indonesia mengelilingi Lapangan Puputan Margarana, Denpasar.
Sebelumnya peserta festival larut dalam suatu prosesi spiritual, memanjatkan doa, menyanyikan nama suci Tuhan secara bersama-sama, untuk menyucikan hati, mendekatkan diri dan memohon karunia-Nya. Selain itu juga digelar berbagai pameran buku, stan kuliner dan beberapa kegiatan hiburan lainnya melibatkan beberapa pengurus pasraman di Bali.
Festival Ratha Yatra sesungguhnya telah berlangsung sejak ribuan tahun silam sebagai suatu tradisi Hindu yang termashyur di Jagannaha Puri, India Selatan. Atas usaha dan keinginan kuat Srila Prabhupada, Acharya pendiri ISKCON yang menyebarkan pengetahuan rohani dan budaya Veda ke Dunia Barat, maka Festival Ratha Yatra ini telah diselenggarakan di berbagai kota besar di seluruh dunia.
Sebagai suatu tonggak sejarah Srila Prabhupada menyelenggarakan Ratha Yatra pertama di luar India pada 9 Juli 1967 di kota San Franscisco, Amerika Serikat. Sejak saat itu, perayaan Ratha Yatra menjadi festival besar di San Francisco dan kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019