Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sidarto Danusubroto mengatakan, produk minuman fermentasi Nusantara harus dipromosikan agar mampu memiliki nilai jual dan mendukung sektor pariwisata Indonesia.
"Minuman fermentasi Nusantara harus terus dipromosikan agar dikenal dan kalau bisa, produknya diekspor juga, karena keberadaan minuman ini turut mempengaruhi pariwisata,” ujar Sidarto di Jakarta, Kamis.
Sebelumnya, Universitas Podomoro menyelenggarakan acara Pesona Minuman Fermentasi Nusantara, yang mana membahas sejumlah minuman fermentasi dari sejumlah daerah.
Dia menambahkan saat ini perkembangan minuman fermentasi dinilai semakin populer. Hal ini dikarenakan minuman fermentasi tidak hanya dinikmati pada acara budaya dan adat istiadat, namun juga telah merambah ke berbagai acara lain.
Mantan Menteri Perindustrian (Menperin), Saleh Husin, mengungkapkan, minuman fermentasi harus dikembangkan sebagai salah satu budaya dan ciri khas bagi Indonesia.
"Oleh karena itu, diperlukan riset sehingga menghasilkan minuman yang berkualitas," ucap Saleh Husin.
Sementara itu, perwakilan Komunitas Jalansutra Harry Nazarudin mengatakan, menurut sejarahnya, minuman dan teknologi fermentasi di Indonesia berasal dari dua arah.
Pertama, migrasi manusia ke Indonesia yang membawa ragi dan bibit pohon aren. Kedua, berasal dari alam Indonesia dimana teknologi fermentasi merupakan hal yang khas seperti yang terjadi pada tape ketan.
Hal itu menunjukkan minuman fermentasi merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dan juga sangat berpotensi menjadi ikon Indonesia yang berdaya tarik internasional.
Beberapa minuman fermentasi ternyata mampu bertahan dan bahkan sudah dikomersialisasikan, contohnya Sopi dari NTT.
Dekan Fakultas Sosial Universitas Podomoro, Dea Prasetyawati, menambahkan pihaknya juga menyelenggarakan kompetisi pembuatan cocktail dari minuman fermentasi sebagai bahan campuran.
Hal itu bertujuan melestarikan warisan budaya Indonesia. Cara lainnya melalui komitmen untuk memasukkan minuman fermentasi sebagai bagian dari kurikulum kuliah bisnis perhotelan.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Minuman fermentasi Nusantara harus terus dipromosikan agar dikenal dan kalau bisa, produknya diekspor juga, karena keberadaan minuman ini turut mempengaruhi pariwisata,” ujar Sidarto di Jakarta, Kamis.
Sebelumnya, Universitas Podomoro menyelenggarakan acara Pesona Minuman Fermentasi Nusantara, yang mana membahas sejumlah minuman fermentasi dari sejumlah daerah.
Dia menambahkan saat ini perkembangan minuman fermentasi dinilai semakin populer. Hal ini dikarenakan minuman fermentasi tidak hanya dinikmati pada acara budaya dan adat istiadat, namun juga telah merambah ke berbagai acara lain.
Mantan Menteri Perindustrian (Menperin), Saleh Husin, mengungkapkan, minuman fermentasi harus dikembangkan sebagai salah satu budaya dan ciri khas bagi Indonesia.
"Oleh karena itu, diperlukan riset sehingga menghasilkan minuman yang berkualitas," ucap Saleh Husin.
Sementara itu, perwakilan Komunitas Jalansutra Harry Nazarudin mengatakan, menurut sejarahnya, minuman dan teknologi fermentasi di Indonesia berasal dari dua arah.
Pertama, migrasi manusia ke Indonesia yang membawa ragi dan bibit pohon aren. Kedua, berasal dari alam Indonesia dimana teknologi fermentasi merupakan hal yang khas seperti yang terjadi pada tape ketan.
Hal itu menunjukkan minuman fermentasi merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dan juga sangat berpotensi menjadi ikon Indonesia yang berdaya tarik internasional.
Beberapa minuman fermentasi ternyata mampu bertahan dan bahkan sudah dikomersialisasikan, contohnya Sopi dari NTT.
Dekan Fakultas Sosial Universitas Podomoro, Dea Prasetyawati, menambahkan pihaknya juga menyelenggarakan kompetisi pembuatan cocktail dari minuman fermentasi sebagai bahan campuran.
Hal itu bertujuan melestarikan warisan budaya Indonesia. Cara lainnya melalui komitmen untuk memasukkan minuman fermentasi sebagai bagian dari kurikulum kuliah bisnis perhotelan.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019