Umat Islam yang tinggal di kawasan Kepaon, Denpasar, Bali, Rabu petang, melaksanakan Tradisi Megibung di Masjid Al-Muhajirin untuk mempererat persaudaraan umat.

Tradisi Megibung yang dilaksanakan setelah 10 hari menjalankan ibadah puasa itu diikuti ratusan Muslim dari berbagai usia, termasuk anak-anak. Tradisi Megibung (makan bersama dalam satu piring) itu diadakan di masjid.

Buka bersama itu dilakukan dengan menu yang sudah disediakan oleh warga seperti takjil berupa es sirup, kue basah, dan nasi lengkap dengan lauk. Warga tampak bersama-sama menyantap hidangan menu berbuka puasa.

Padani, tokoh masyarakat, menjelaskan Tradisi Megibung ini bertujuan mempererat tali silaturahim dan juga sebagai rasa syukur bahwa sudah mengkhatamkan Al Qur'an dari hari pertama sampai 10 hari atau khatam dalam 10 hari.

"Jadi, tradisi makan bersama sesuai dengan budaya Bali itu dilaksanakan tiga kali setiap 10 hari dari hari ke-10, hari ke-20 dan hari ke-30 puasa. Tradisi itu sudah dilakukan di sini sejak ratusan tahun lalu," katanya.

Robi, siswa SD, mengaku, selalu mengikuti Tradisi Megibung ini setiap bulan puasa tiba. "Seru ikut Tradisi Megibung ini tiap tahunnya, terasa enak makan sama teman-teman sewaktu berbuka puasa. Ini saya lakukan tiap tahunnya," katanya.

Hal yang sama juga dilakukan Jamaah Musholla Al Hidayah Gatsu (Gatot Subroto) VI, Banjar Teruna Sari, Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali, namun mereka tidak makan bersama dalam satu piring, melainkan kebersamaan itu diwujudkan dengan penyiapan menu makanan yang dilakukan bersama-sama. Intinya, megibung bertujuan untuk kebersamaan.

Setelah Sholat Tarawih, puluhan warga berkumpul di rumah H Mashur untuk makan bersama dengan menu makanan yang disiapkan secara bersama-sama pula. Ada yang membawa nasi, ada yang membawa bebek goreng, ada yang membawa tempe/tahu, ada yang membawa es, ada yang membawa kerupuk, dan sebagainya.

"Kami tidak ada tujuan apa-apa, selain untuk mempererat persaudaraan. Yang penting itu bukan makan-nya, tapi bisa kumpul bersama dan makan bersama itu membuktikan kerukunan dan kebersamaan diantara umat Islam di sekitar musholla sini," kata H Mashur yang rumahnya tidak jauh dari Musholla Al Hidayah Gatsu itu.

Acara yang diawali dengan doa yang dipimpin H Taufik, lalu jamaah makan secara swalayan hingga usai, lalu sebagian melanjutkan Tadarus Al Qur'an di musholla. "Doa yang penting adalah doa untuk kesehatan kita semua, fisik atau spiritual," katanya.

Selama Ramadhan, Musholla Al Hidayah Gatsu, Denpasar, melaksanakan tadarus Al Qur'an setelah Sholat Tarawih, namun menjelang Sholat Maghrib juga ada buka bersama dengan takjil yang dikirim oleh umat Islam di sekitar musholla kepada pengurus.*

Baca juga: Komunitas Muslim Pegayaman Lestarikan "Ngejot"
Baca juga: Kampung Islam Kepaon Lestarikan Tradisi "Megibung"
Baca juga: Muslim Bali Warisi Megibung dan Ngejot
Baca juga: Muslim perantau di Denpasar gelar tradisi "megengan" jelang Ramadhan
Baca juga: Tradisi minoritas Muslim Bali lepas jamaah Umrah

Video oleh Pande Yudha

Pewarta: Pande Yudha

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019