Muslim perantau di Kota Denpasar, Bali, menggelar tradisi "megengan" (menahan diri) menjelang Ramadhan, seperti yang dilakukan jamaah Musholla Al-Hidayah Gatsu, Denpasar, dengan "kirim doa" dan bersedekah makanan dan minuman.
"Karena kampung halaman kami jauh dan kita tidak bisa berziarah ke makam orang tua menjelang Ramadhan, maka kami kirimkan doa dari sini," kata Pembina Yayasan Al-Hidayah Gatsu, H Daldiri, saat memimpin "megengan" di musholla setempat, Rabu malam.
Menurut dia, tradisi "megengan" dengan "kirim doa" di musholla yang dibinanya itu dilakukan setiap tahun untuk menunjukkan bakti (berbakti) kepada orang tua, meskipun orang tua itu telah lama meninggal dunia.
"Inti dari tradisi yang kita warisi dari leluhur kita di Jawa itu memang mendoakan orang tua dan leluhur yang sudah lama meninggal dunia, sekaligus bersedekah," katanya di hadapan ratusan jamaah musholla di kawasan 'kampung Jawa' itu.
Dalam acara "megengan" (kirim doa) yang berlangsung setelah Shalat Maghrib hingga pukul 20.30 Wita itu, Muslim perantau memberikan sedekah nasi kotak untuk "megengan" kepada panitia sejak sore, lalu panitia menyodorkan kertas untuk diisi dengan nama-nama leluhur yang akan dikirimi doa.
Setelah terkumpul, ratusan nama leluhur yang dikirimi doa itu dibagi rata kepada beberapa pengurus untuk dibaca secara bersama-sama, karena jika dibaca oleh satu orang akan memerlukan waktu yang lama, apalagi setiap jamaah musholla itu menyetorkan 3-5 nama leluhurnya.
Hanya sekitar 10-15 menit, ratusan nama leluhur itu pun selesai dibacakan, lalu H Daldiri dan 3-4 pengurus musholla pun memimpin pembacaan yasin dan tahlil yang diikuti seluruh jamaah yang hadir, baik laki-laki maupun perempuan.
Setelah pembacaan yasin dan tahlil yang diakhiri dengan doa, maka acara selesai dan nasi kotak yang ada pun dibagikan kepada jamaah yang hadir untuk dibawa pulang.
Baca juga: "Sabtu Ceria" semarakkan Musholla Al-Hidayah Gatsu-Denpasar
Baca juga: Tradisi minoritas Muslim Bali lepas jamaah Umrah
Baca juga: Alumni Pesantren Sidogiri Bina 26 TPQ Se-Bali
Sebelumnya (28/4), Yayasan Al-Hidayah Gatsu juga menyambut Ramadhan dengan "Haflatul Ikhtibar ke-3" yang merupakan wisuda untuk santri putra-putri yang mengaji di Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) dan Madrasah Diniyah (MD) di musholla yang tidak jauh dari Lapangan Lumintang dan Taman Kota itu.
"Wisuda yang diikuti ratusan santri TPQ/MD Al-Hidayah Gatsu itu diawali dengan pawai mengelilingi kawasan Gatsu, lalu acara dimeriahkan dengan penampilan 'khotmil Qur'an' santri putra-putri TPQ/MD sebagai 'laporan terbuka' tentang hasil pendidikan kepada orang tua, dan juga ada pembagian hadiah," kata ketua panitia, H Nawawi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Karena kampung halaman kami jauh dan kita tidak bisa berziarah ke makam orang tua menjelang Ramadhan, maka kami kirimkan doa dari sini," kata Pembina Yayasan Al-Hidayah Gatsu, H Daldiri, saat memimpin "megengan" di musholla setempat, Rabu malam.
Menurut dia, tradisi "megengan" dengan "kirim doa" di musholla yang dibinanya itu dilakukan setiap tahun untuk menunjukkan bakti (berbakti) kepada orang tua, meskipun orang tua itu telah lama meninggal dunia.
"Inti dari tradisi yang kita warisi dari leluhur kita di Jawa itu memang mendoakan orang tua dan leluhur yang sudah lama meninggal dunia, sekaligus bersedekah," katanya di hadapan ratusan jamaah musholla di kawasan 'kampung Jawa' itu.
Dalam acara "megengan" (kirim doa) yang berlangsung setelah Shalat Maghrib hingga pukul 20.30 Wita itu, Muslim perantau memberikan sedekah nasi kotak untuk "megengan" kepada panitia sejak sore, lalu panitia menyodorkan kertas untuk diisi dengan nama-nama leluhur yang akan dikirimi doa.
Setelah terkumpul, ratusan nama leluhur yang dikirimi doa itu dibagi rata kepada beberapa pengurus untuk dibaca secara bersama-sama, karena jika dibaca oleh satu orang akan memerlukan waktu yang lama, apalagi setiap jamaah musholla itu menyetorkan 3-5 nama leluhurnya.
Hanya sekitar 10-15 menit, ratusan nama leluhur itu pun selesai dibacakan, lalu H Daldiri dan 3-4 pengurus musholla pun memimpin pembacaan yasin dan tahlil yang diikuti seluruh jamaah yang hadir, baik laki-laki maupun perempuan.
Setelah pembacaan yasin dan tahlil yang diakhiri dengan doa, maka acara selesai dan nasi kotak yang ada pun dibagikan kepada jamaah yang hadir untuk dibawa pulang.
Baca juga: "Sabtu Ceria" semarakkan Musholla Al-Hidayah Gatsu-Denpasar
Baca juga: Tradisi minoritas Muslim Bali lepas jamaah Umrah
Baca juga: Alumni Pesantren Sidogiri Bina 26 TPQ Se-Bali
Sebelumnya (28/4), Yayasan Al-Hidayah Gatsu juga menyambut Ramadhan dengan "Haflatul Ikhtibar ke-3" yang merupakan wisuda untuk santri putra-putri yang mengaji di Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) dan Madrasah Diniyah (MD) di musholla yang tidak jauh dari Lapangan Lumintang dan Taman Kota itu.
"Wisuda yang diikuti ratusan santri TPQ/MD Al-Hidayah Gatsu itu diawali dengan pawai mengelilingi kawasan Gatsu, lalu acara dimeriahkan dengan penampilan 'khotmil Qur'an' santri putra-putri TPQ/MD sebagai 'laporan terbuka' tentang hasil pendidikan kepada orang tua, dan juga ada pembagian hadiah," kata ketua panitia, H Nawawi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019