Sabtu (16/2/2019) subuh itu, Musholla Al-Hidayah Gatsu (Gatot Subroto) VI, Banjar Teruna Sari, Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara, Kota Denpasar, Bali, terlihat lebih semarak.

Tidak seperti biasanya, jamaah Shalat Subuh di musholla kecil di dekat Lapangan Lumintang itu mencapai puluhan orang, sekitar 30-40 orang.
    
Suasana semarak itu terlihat dari semangat jamaah melakukan sholat subuh yang tidak lagi datang dari kawasan Gatsu VI-F, tapi juga Gatsu VI-L, atau bahkan jamaah juga datang dari Gatsu IV dan Gatsu V yang menuju musholla dengan mengendarai sepeda motor.
    
Selepas shalat, anggota jamaah subuh itu tidak langsung pulang, namun duduk berjajar di teras musholla, lalu anggota jamaah lainnya membagikan nasi bungkus dan air mineral, tapi ada sebagian anggota jamaah lain tampak menyeduh kopi untuk dibagi-bagikan kepada anggota jamaah lain.
    
Namun, jamaah hanya menunggu proses pembagian tuntas, lalu pembina yayasan dari musholla itu memimpin doa bersama untuk mendoakan kesehatan jamaah masjid dan keluarganya, baik yang sempat datang maupun yang sakit dan terbaring di rumah.
    
Setelah itu, jamaah pun menyantap hidangan nasi bungkus dan segelas kopi seduh . "Nasi-nya enak, sambalnya pedas dan mantap," ujar anggota jamaah musholla itu, Sanusi.
    
"Benar, enak, tapi sambalnya terlalu pedas," timpal anggota jamaah lain, Andik, yang baru dua kali mengikuti kegiatan yang disebut dengan 'Sabtu Ceria' Musholla Al-Hidayah Gatsu-Denpasar itu.
    
Di sela-sela menyantap hidangan itu, jamaah yang hadir bercerita tentang keseharian yang dialami anggota jamaah yang hadir. Tidak jarang, sebagian jamaah menanyakan kabar atau kondisi jamaah yang tidak hadir kepada teman sesama anggota jamaah.
    
Selain nasi dan kopi, ada juga kue yang tersedia. Bahkan, Sabtu (16/2) atau pelaksanaan yang keempat kalinya itu ada anggota jamaah Hj Lucy Utami yang menyumbangkan dua kardus Al Qur'an.
    
Karena itu, menjelang acara makan bersama itu dimulai, Sekretaris Yayasan Al-Hidayah Gatsu, Purwadi, menyerahkan sumbangan dua kardus Al-Qur'an itu kepada pembina yayasan, H Daldiri.
    
Ya, kegiatan makan bersama setelah Shalat Subuh berjamaah di musholla itu memang tergolong baru, yakni dilaksanakan pada setiap hari Sabtu dan kegiatan "Sabtu Ceria" yang pertama kalinya dilaksanakan pada 26 Januari 2019.
    
Namun, masyarakat sekitar cukup antusias untuk mengikuti kegiatan itu, bahkan setiap Sabtu justru semakin bertambah jumlahnya, sehingga musholla yang setiap sore digunakan untuk Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) atau tempat mengaji untuk anak-anak itu pun semakin semarak kegiatannya.

Baca juga: Tradisi minoritas Muslim Bali lepas jamaah Umrah
Baca juga: Muslim perantau di Denpasar gelar tradisi "megengan" jelang Ramadhan

Cara Ajakan Berjamaah
 Awalnya, "Sabtu Ceria" itu hanyalah ngopi bersama dengan 4-5 orang anggota jamaah setelah Shalat Subuh di warung kopi (belakang musholla) tidak jauh dari musholla yang dibangun pada tahun 2010 itu.
    
"Lama kelamaan, jamaah yang ikut ngopi semakin banyak, sehingga muncul gagasan untuk merencanakan kegiatan yang lebih positif," kata penggagas 'Sabtu Ceria' H Mashur.
   
Setelah itu, ia pun mengajak anggota jamaah musholla yang lain yakni Umar, Udin, Susilo, dan H Hasan untuk merencanakan kegiatan yang akhirnya dinamakan "Sabtu Ceria" itu.
    
"Teman-teman mengusulkan untuk memindahkan lokasi ngopi bersama dari warung kopi ke teras musholla, lalu saya pun meminta izin kepada Pak Pur (Purwadi) selaku sekretaris Yayasan Al-Hidayah Gatsu, yang diteruskan kepada pengurus yayasan yang lain," katanya.
    
Akhirnya, pengurus setuju hingga terlaksanalah kegiatan "Sabtu Ceria" pada setiap Hari Sabtu setelah Shalat Subuh.
    
Ia mengaku teman-temannya sempat menanyakan kesinambungan itu terkait biaya, namun hal itu pun disetujui yayasan untuk menawarkan kepada anggota jamaah yang hadir untuk memberikan sumbangan sukarela guna pelaksanaan acara itu.
    
"Biayanya sebenarnya tidak banyak, karena kami hanya membutuhkan biaya untuk nasi bungkus, sedangkan kopi, kue, dan camilan lain selalu ada yang menyumbang. Untuk nasi bungkus juga hanya Rp5.000 per bungkus, jadi kalau 30 orang membutuhkan kurang dari Rp200.000," katanya.
    
Gayung bersambut, anggota jamaah pun berebut untuk menyumbang biaya melalui dirinya, ada yang menyanggupi untuk menyumbang Rp50.000 pada setiap hari Sabtu, namun tidak sedikit pula yang menyumbang lebih dari itu, meski secara bergantian, termasuk teman-teman penggagas.
    
Namun, kegiatan itu tidak hanya sukses dalam pelaksanaan, namun tujuan kegiatan itu pun tercapai yakni ajakan kepada masyarakat sekitar musholla untuk melaksanakan shalat berjamaah, khususnya Shalat Subuh, yang mana ada "bonus" makan bersama untuk setiap hari Sabtu.
    
"Alhamdulillah, masyarakat sekitar musholla yang melaksanakan shalat berjamaah, khususnya Shalat Subuh, semakin bertambah setiap hari. Kalau sebelumnya hanya 3-4 orang atau bahkan pernah tidak ada kegiatan shalat berjamaah, tapi sekarang sudah mencapai 30-40 orang," katanya.
    
Ya, "Sabtu Ceria" merupakan cara unik dari musholla kecil di Kota Denpasar itu untuk mengajak masyarakat melaksanakan shalat berjamaah ditengah-tengah mayoritas masyarakat Bali yang beragama Hindu, tentu caranya disesuaikan dengan kebiasaan yang ada. (*)

Baca juga: Alumni Pesantren Sidogiri Bina 26 TPQ Se-Bali
Baca juga: TPQ Al-Hidayah Tingkatkan Kerukunan Antarumat Beragama
Baca juga: Muslim Bali laksanakan Tradisi Megibung pererat persaudaraan (video)
Catatan    : H Mashur wafat pada 10-7-2019 dan pengganti koordinator "Sabtu Ceria" yang ditunjuk dalam acara "Sabtu Ceria" (13/7/2019) adalah Susilo.

Pewarta: Edy M Yakub

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019