Singaraja (Antaranews Bali) - Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Bali, membudidayakan talas kuning sebagai bahan pangan non-beras yang dimulai dengan "demplot" (demontration plot) atau lahan percontohan di Subak Babakan, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng Ir. Nyoman Genep, di Singaraja, Minggu, mengatakan pembudidayan talas kuning akan dijadikan salah satu komoditas bahan pangan pokok di Kabupaten Buleleng sehingga dapat menguatkan dan mengurangi kerawanan pangan.
"Talas kuning memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai sumber pangan lokal. Ukurannya yang besar dengan kadar protein yang tinggi serta warna kuning yang menarik adalah kelebihan yang dimiliki talas kuning dan menjadi ciri khas talas ini," katanya.
Demplot atau lahan percontohan di Subak Babakan, kata Genep, luasnya sekitar 1 hektare. Demplot sudah dimulai sejak beberapa bulan lalu dan talas kuning itu sudah memasuki masa panen (8/11). "Dari lahan 1 hektare, kami berhasil mengumpulkan 20 kuintal talas kuning," katanya.
Menurut Genep, demplot ini dilakukan untuk merangsang minat petani untuk membudidayakan talas kuning. Nantinya petani bisa melihat dan membuktikan hasil panen dan pemasaran dari talas kuning tersebut.
"Kemarin (8//11), saya lihat petani menjual sepuluh ribu perkilo, sedangkan ukurannya cukup besar. Satu batang umbi bisa mencapai berat 1 kilo lebih," tuturnya.
Genep menjelaskan demplot ini akan terus dilaksanakan untuk menarik minat petani. Setelah petani berminat, Dinas Pertanian akan memberikan bibit kepada masyarakat.
"Talas kuning tersebut bisa dijadikan beberapa olahan, seperti bisa dijadikan bahan makanan kering dan basah sehingga pasarannya tidak ada kendala," katanya.
Menurut Genep, petani talas di Kabupaten Buleleng sudah hampir punah. Ini menyebabkan ketersediaan pangan non-beras di Kabupaten Buleleng jadi berkurang. Menurutnya, talas juga merupakan kebutuhan pokok selain beras.
"Setelah berhasil, nantinya talas ini akan diolah oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) sehingga bisa menjadi nilai tambah dalam pemasaran," katanya.
Genep menambahkan, talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung atau setelah fermentasi.
"Tanaman ini mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang agak berair sampai lahan kering. Dengan demikian, talas ini diyakini sangat cocok dengan kondisi geografis di Buleleng," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng Ir. Nyoman Genep, di Singaraja, Minggu, mengatakan pembudidayan talas kuning akan dijadikan salah satu komoditas bahan pangan pokok di Kabupaten Buleleng sehingga dapat menguatkan dan mengurangi kerawanan pangan.
"Talas kuning memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai sumber pangan lokal. Ukurannya yang besar dengan kadar protein yang tinggi serta warna kuning yang menarik adalah kelebihan yang dimiliki talas kuning dan menjadi ciri khas talas ini," katanya.
Demplot atau lahan percontohan di Subak Babakan, kata Genep, luasnya sekitar 1 hektare. Demplot sudah dimulai sejak beberapa bulan lalu dan talas kuning itu sudah memasuki masa panen (8/11). "Dari lahan 1 hektare, kami berhasil mengumpulkan 20 kuintal talas kuning," katanya.
Menurut Genep, demplot ini dilakukan untuk merangsang minat petani untuk membudidayakan talas kuning. Nantinya petani bisa melihat dan membuktikan hasil panen dan pemasaran dari talas kuning tersebut.
"Kemarin (8//11), saya lihat petani menjual sepuluh ribu perkilo, sedangkan ukurannya cukup besar. Satu batang umbi bisa mencapai berat 1 kilo lebih," tuturnya.
Genep menjelaskan demplot ini akan terus dilaksanakan untuk menarik minat petani. Setelah petani berminat, Dinas Pertanian akan memberikan bibit kepada masyarakat.
"Talas kuning tersebut bisa dijadikan beberapa olahan, seperti bisa dijadikan bahan makanan kering dan basah sehingga pasarannya tidak ada kendala," katanya.
Menurut Genep, petani talas di Kabupaten Buleleng sudah hampir punah. Ini menyebabkan ketersediaan pangan non-beras di Kabupaten Buleleng jadi berkurang. Menurutnya, talas juga merupakan kebutuhan pokok selain beras.
"Setelah berhasil, nantinya talas ini akan diolah oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) sehingga bisa menjadi nilai tambah dalam pemasaran," katanya.
Genep menambahkan, talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung atau setelah fermentasi.
"Tanaman ini mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang agak berair sampai lahan kering. Dengan demikian, talas ini diyakini sangat cocok dengan kondisi geografis di Buleleng," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018