Denpasar (Antara Bali) - Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, menampilkan sejumlah tari yang diiringi dengan alunan intrumen gamelan untuk melengkapi kegiatan ritual yang digelar masyarakat desa adat Serongga, Kabupaten Gianyar.
Kegiatan pengabdian masyarakat itu dipimpin Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S, MA, dengan didampingi Dekan FSP ISI Denpasar I Ketut Garwa, S.Sn M.Sn dan Pembantu Rektor IV bidang kerja sama I Wayan Suweca, S.Skar, M.Mus, kata Humas ISI Denpasar Dewi Yulianti di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut bertepatan saat berlangsungnya puncak kegiatan ritual "Karya Mamungkah, Mupuk Pedagingan, Ngenteg Linggih, Dirgayusa Bumi, Padudusan Agung lan Ngusaba Dalem" di Pura Dalem, Desa Pekraman Serongga, Sabtu (13/8).
Jenis tari-tarian yang dipersembahkan meliputi tari rejang, baris gede, topeng, serta wayang kulit yang mendapat perhatian besar dari masyarakat setempat.
Kegiatan "ngayah" saat masyarakat menggelar ritual itu merupakan salah satu model pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi yang diterapkan lembaga pendidikan tinggi seni di Pulau Dewata.
Tokoh masyarakat desa adat Serongga, Gianyar, Ida Bgs Nym Bajera, didampingi panitia kegiatan tersebut Ida Bgs Agung Manuaba dan Jero Mangku Kadek Mertanadi menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas pagelaran penampilan ISI Denpasar untuk melengkapi kegiatan ritual tersebut.
"Pola ngayah" menurut Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S yang diterapkan selama ini dalam bidang pengabdian masyarakat menjadi inspirasi bagi Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional menggagas komunitas "ngayah" sebagai bentuk pengabdian lembaga pendidikan tinggi kepada masyarakat.
"Ngayah" merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat, pendidikan dan penelitian. "Ngayah" adalah upaya membantu secara ikhlas untuk kelancaran kegiatan ritual di pura yang digelar masyarakat desa adat di Bali sekaligus melakukan penelitian.
Oleh sebab itu ISI Denpasar melaksanakan kegiatan "ngayah" secara berkesinambungan, mampu memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, baik masyarakat maupun lembaga pendidikan tinggi seni, ujar Prof Rai.
ISI Denpasar selama ini menerima permohonan dari sejumlah tokoh desa adat di Bali agar ikut berperanserta dalam menyukseskan kegiatan ritual berskala besar yang akan digelar masyarakat setempat.
Enam bulan sebelum kegiatan ritual digelar, mereka sudah memohon agar tim kesenian ISI Denpasar bisa tampil sebagai salah satu persyaratan kelengkapan kegiatan ritual yang digelar tersebut.
Pihaknya menyambut baik kepercayaan dari tokoh masyarakat desa adat di Bali terhadap keberadaan lembaga pendidikan tinggi seni satu-satunya di Pulau Dewata.
Oleh sebab itu permohonan dari puluhan desa adat di Bali untuk "ngayah" bersama tim kesenian sedapat mungkin bisa dipenuhi, ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Kegiatan pengabdian masyarakat itu dipimpin Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S, MA, dengan didampingi Dekan FSP ISI Denpasar I Ketut Garwa, S.Sn M.Sn dan Pembantu Rektor IV bidang kerja sama I Wayan Suweca, S.Skar, M.Mus, kata Humas ISI Denpasar Dewi Yulianti di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut bertepatan saat berlangsungnya puncak kegiatan ritual "Karya Mamungkah, Mupuk Pedagingan, Ngenteg Linggih, Dirgayusa Bumi, Padudusan Agung lan Ngusaba Dalem" di Pura Dalem, Desa Pekraman Serongga, Sabtu (13/8).
Jenis tari-tarian yang dipersembahkan meliputi tari rejang, baris gede, topeng, serta wayang kulit yang mendapat perhatian besar dari masyarakat setempat.
Kegiatan "ngayah" saat masyarakat menggelar ritual itu merupakan salah satu model pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi yang diterapkan lembaga pendidikan tinggi seni di Pulau Dewata.
Tokoh masyarakat desa adat Serongga, Gianyar, Ida Bgs Nym Bajera, didampingi panitia kegiatan tersebut Ida Bgs Agung Manuaba dan Jero Mangku Kadek Mertanadi menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas pagelaran penampilan ISI Denpasar untuk melengkapi kegiatan ritual tersebut.
"Pola ngayah" menurut Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S yang diterapkan selama ini dalam bidang pengabdian masyarakat menjadi inspirasi bagi Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DP2M) Ditjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional menggagas komunitas "ngayah" sebagai bentuk pengabdian lembaga pendidikan tinggi kepada masyarakat.
"Ngayah" merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat, pendidikan dan penelitian. "Ngayah" adalah upaya membantu secara ikhlas untuk kelancaran kegiatan ritual di pura yang digelar masyarakat desa adat di Bali sekaligus melakukan penelitian.
Oleh sebab itu ISI Denpasar melaksanakan kegiatan "ngayah" secara berkesinambungan, mampu memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, baik masyarakat maupun lembaga pendidikan tinggi seni, ujar Prof Rai.
ISI Denpasar selama ini menerima permohonan dari sejumlah tokoh desa adat di Bali agar ikut berperanserta dalam menyukseskan kegiatan ritual berskala besar yang akan digelar masyarakat setempat.
Enam bulan sebelum kegiatan ritual digelar, mereka sudah memohon agar tim kesenian ISI Denpasar bisa tampil sebagai salah satu persyaratan kelengkapan kegiatan ritual yang digelar tersebut.
Pihaknya menyambut baik kepercayaan dari tokoh masyarakat desa adat di Bali terhadap keberadaan lembaga pendidikan tinggi seni satu-satunya di Pulau Dewata.
Oleh sebab itu permohonan dari puluhan desa adat di Bali untuk "ngayah" bersama tim kesenian sedapat mungkin bisa dipenuhi, ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011