Denpasar (Antaranews Bali) - Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara Denpasar menyelenggarakan pameran "startup" atau usaha rintisan bertema "Primakara Startup Expo' 18 : Create Living Innovation" di Plaza Renon, Denpasar, Bali.
Ketua Yayasan Primakara Denpasar I Made Artana di Denpasar, Minggu, mengatakan dalam kegiatan pameran tersebut diikuti 23 startup dari berbagai latar belakang bidang usaha. Tujuan dari pameran di luar kampus itu sekaligus untuk memperkenalkan STMIK Primakara kepada publik (masyarakat).
"Pameran inovasi startup yang berlangsung selama dua hari mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung Plaza Renon. Mereka tampak 'kepo' bertanya-tanya maupun mencoba produk dan layanan berbasis teknologi informasi digital dari para startup yang inovatif ini," kata Artana didampingi Ketua STMIK Primakara I Gusti Bagus Made Wiradharma.
Ia mengatakan Primakara Startup Expo tersebut juga merupakan bagian dari proses perkuliahan di kampus dari mahasiswa yang mengambil mata kuliah "project technopreneurship". Mereka diwajibkan membuat satu startup atau aplikasi berbasis digital. Outputnya minimal mereka menghasilkan MPV (Minimum Viable Product) atau produk dengan fitur minimal yang sudah bisa diakses dan digunakan oleh "user" atau pengguna untuk menyelesaikan masalah mereka.
Artana menjelaskan startup yang dipamerkan ini dikurasi atau dinilai oleh praktisi atau technopreneur. Dua orang juri dihadirkan yakni Ketut Sulistyawati yang seorang pakar teknologi atau ahli UX (User Experience) dari Somia Consulting dan Co-founder & Chief Technology Officer (CTO) Gringgo (aplikasi pengelolaan sampah) Febriadi Pratama.
Menurut dia, Primakara Startup Expo ini telah menginjak tahun ketiga. Namun penyelenggaraan kali ini terasa spesial sebab untuk pertama kalinya digelar di luar kampus.
Tujuannya, kata dia, agar gaung kegiatan ini bisa lebih luas ke publik. Selain itu, ajang tersebut juga menjadi sarana edukasi kepada publik. Sebab masih banyak masyarakat yang tidak paham tentang startup.
"Masyarakat masih awam soal startup. Banyak yang bingung cari tahu kemana. Jadi disini kami juga memberikan edukasi," kata Artana yang pernah meraih Technopreneur Award dari Majalah M&I.
Kegiatan tersebut tentunya juga menjadi ajang promosi produk dan layanan para startup yang memberikan solusi berbasis digital. Di sisi lain juga ada kebanggaan dari para peserta sebab startupnya bisa lebih dikenal lebih luas di luar kampus.
"Dengan pameran di luar kampus, kami harapkan mahasiswa juga lebih greget dan serius mempersiapkan startupnya," ujar pria peraih CYEA (Creative Young Entrepreneur Award) dari Junior Chamber International (JCI) itu.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang strategis untuk semakin memperkenalkan dan menggaungkan branding STMIK Primakara sebagai technopreneur campus yang mencetak startup dan wirausaha muda di bidang teknologi Bali.
"Kami sangat berkomitmen serius mencetak technopreneur atau pelaku usaha teknologi dari kampus. Jumlah technopreneur yang dihasilkan STMIK Primakara juga menjadi salah satu indikator KPI (Key Performance Index) kami," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Ketua Yayasan Primakara Denpasar I Made Artana di Denpasar, Minggu, mengatakan dalam kegiatan pameran tersebut diikuti 23 startup dari berbagai latar belakang bidang usaha. Tujuan dari pameran di luar kampus itu sekaligus untuk memperkenalkan STMIK Primakara kepada publik (masyarakat).
"Pameran inovasi startup yang berlangsung selama dua hari mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung Plaza Renon. Mereka tampak 'kepo' bertanya-tanya maupun mencoba produk dan layanan berbasis teknologi informasi digital dari para startup yang inovatif ini," kata Artana didampingi Ketua STMIK Primakara I Gusti Bagus Made Wiradharma.
Ia mengatakan Primakara Startup Expo tersebut juga merupakan bagian dari proses perkuliahan di kampus dari mahasiswa yang mengambil mata kuliah "project technopreneurship". Mereka diwajibkan membuat satu startup atau aplikasi berbasis digital. Outputnya minimal mereka menghasilkan MPV (Minimum Viable Product) atau produk dengan fitur minimal yang sudah bisa diakses dan digunakan oleh "user" atau pengguna untuk menyelesaikan masalah mereka.
Artana menjelaskan startup yang dipamerkan ini dikurasi atau dinilai oleh praktisi atau technopreneur. Dua orang juri dihadirkan yakni Ketut Sulistyawati yang seorang pakar teknologi atau ahli UX (User Experience) dari Somia Consulting dan Co-founder & Chief Technology Officer (CTO) Gringgo (aplikasi pengelolaan sampah) Febriadi Pratama.
Menurut dia, Primakara Startup Expo ini telah menginjak tahun ketiga. Namun penyelenggaraan kali ini terasa spesial sebab untuk pertama kalinya digelar di luar kampus.
Tujuannya, kata dia, agar gaung kegiatan ini bisa lebih luas ke publik. Selain itu, ajang tersebut juga menjadi sarana edukasi kepada publik. Sebab masih banyak masyarakat yang tidak paham tentang startup.
"Masyarakat masih awam soal startup. Banyak yang bingung cari tahu kemana. Jadi disini kami juga memberikan edukasi," kata Artana yang pernah meraih Technopreneur Award dari Majalah M&I.
Kegiatan tersebut tentunya juga menjadi ajang promosi produk dan layanan para startup yang memberikan solusi berbasis digital. Di sisi lain juga ada kebanggaan dari para peserta sebab startupnya bisa lebih dikenal lebih luas di luar kampus.
"Dengan pameran di luar kampus, kami harapkan mahasiswa juga lebih greget dan serius mempersiapkan startupnya," ujar pria peraih CYEA (Creative Young Entrepreneur Award) dari Junior Chamber International (JCI) itu.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi ajang strategis untuk semakin memperkenalkan dan menggaungkan branding STMIK Primakara sebagai technopreneur campus yang mencetak startup dan wirausaha muda di bidang teknologi Bali.
"Kami sangat berkomitmen serius mencetak technopreneur atau pelaku usaha teknologi dari kampus. Jumlah technopreneur yang dihasilkan STMIK Primakara juga menjadi salah satu indikator KPI (Key Performance Index) kami," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018