Gianyar (Antaranews Bali) - Badan usaha milik desa (BUMDes) di Desa Sidan yang membangun pasar mampu menurunkan angka kemiskinan sehingga ditetapkan sebagai wakil Kabupaten Gianyar pada lomba desa berprestasi menekan kemiskinan tahun 2018.
"Perlombaan ini bukan untuk mencari juara, melainkan sebagai sebuah motivasi memicu pemerintah desa untuk membuat program-program inovasi yang pro masyarakat miskin," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Gianyar, I Ketut Suweta, di Gianyar, Jumat.
"Dana desa yang dikucurkan ke masing-masing desa tidak mubasir, karena indikator penilaian lomba ini adalah menurunnya angka kemiskinan," kata Ketut Suweta, setelah menetapkan Desa Sidan sebagai wakil kabupaten Gianyar.
"Selain dinilai, kami harapkan lebih banyak ke pembinaan. Kegiatan ini sangat penting, karena sesuai dengan Nawacita ketiga yakni membangun Indonesia dari pinggir (desa)," tambah dia.
Dari data yang diperoleh di Dinas Kesehatan, secara umum angka kemiskinan di Kabupaten Gianyar sejak tahun 2015 hingga 2017 mengalami penurunan tiap tahunnya. Di 2015 tercatat warga miskin di Kabupaten Gianyar sebanyak 4.599 jiwa, angka ini menurun tahun 2016 menjadi 4.457 jiwa dan di 2017 menjadi 4.366 jiwa.
"Penurunan ini merupakan kerja keras dan kerja sama semua pihak dalam upaya mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Gianyar," terang Suweta.
Kepala Desa Sidan, I Made Sukra Suyasa mengatakan, upaya penanggulangan kemiskinan di Desa Sidan yang sebagian besar penduduknya merupakan petani dan buruh mulai dilakukan sejak 2012 lalu. Hal ini sejalan dengan program yang diluncurkan oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten.
Berbagai upaya dilakukan mulai mengoptimalkan potensi desa, hingga pemanfaatan sumber daya manusianya. Di antaranya, pembangunan pasar desa, warung desa, salon desa hingga penyaluran air bersih ke warga. Ke semua usaha ini dikelola oleh BUMDes.
"Pembetukan BUMDes dengan berbagai unit usaha yang dikembangkan, secara tak langsung membuka lapangan pekerjaan bagi warga yang menganggur. Hal ini tentu akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan warga," terang Sukra Suyasa.
Sukra Suyasa menambahkan, pada pasar desa juga dikelola pasar yadnya yang menyediakan segala kebutuhan upakara bagi warga. Dimana barang dagang (sarana upakara) dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di Desa Sidan. "Ini juga sebagai penghasilan tambahan bagi ibu-ibu rumah tangga," cetus Sukra Suyasa.
Sementara itu, Ketua Tim Penilai diwakili Kepala Bidang Pemberdayaan Kawasan Perdesaan, Dinas PMD Provinsi Bali, I Made Wiryata mengatakan, Lomba Desa Berprestasi Menurunkan Kemiskinan ini muncul karena banyaknya program yang diluncurkan oleh pemerintah, namun tak berdampak signifikan pada penurunan kemiskinan.
"Lomba ini sebagai salah satu upaya, memotivasi agar pemerintah kabupaten, kecamatan dan desa lebih fokus pada upaya penanggulangan kemiskinan," katanya.
Lomba ini dibagi menjadi tiga indikator penilain yakni, laporan hasil pelaksanaan (40 persen), verifikasi ke lapangan oleh Tim Penilai (30 persen), serta pemaparan oleh Kepala Desa terkait program, inovasi dan hasilnya (30 persen).
"Melalui lomba ini, diharapkan fokus program ditujukan pada percepatan penanggulangan kemiskinan. Bukan hanya sekedar mencari juara, tapi lebih pada memotivasi pemerintah desa untuk berinovasi melahirkan program inovasi dalam percepatan penanggulangan kemiskinan. Apalagi Gianyar sebagai daerah wisata, seharusnya kemiskinan itu tidak ada," tambah Wiryata. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Perlombaan ini bukan untuk mencari juara, melainkan sebagai sebuah motivasi memicu pemerintah desa untuk membuat program-program inovasi yang pro masyarakat miskin," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Gianyar, I Ketut Suweta, di Gianyar, Jumat.
"Dana desa yang dikucurkan ke masing-masing desa tidak mubasir, karena indikator penilaian lomba ini adalah menurunnya angka kemiskinan," kata Ketut Suweta, setelah menetapkan Desa Sidan sebagai wakil kabupaten Gianyar.
"Selain dinilai, kami harapkan lebih banyak ke pembinaan. Kegiatan ini sangat penting, karena sesuai dengan Nawacita ketiga yakni membangun Indonesia dari pinggir (desa)," tambah dia.
Dari data yang diperoleh di Dinas Kesehatan, secara umum angka kemiskinan di Kabupaten Gianyar sejak tahun 2015 hingga 2017 mengalami penurunan tiap tahunnya. Di 2015 tercatat warga miskin di Kabupaten Gianyar sebanyak 4.599 jiwa, angka ini menurun tahun 2016 menjadi 4.457 jiwa dan di 2017 menjadi 4.366 jiwa.
"Penurunan ini merupakan kerja keras dan kerja sama semua pihak dalam upaya mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Gianyar," terang Suweta.
Kepala Desa Sidan, I Made Sukra Suyasa mengatakan, upaya penanggulangan kemiskinan di Desa Sidan yang sebagian besar penduduknya merupakan petani dan buruh mulai dilakukan sejak 2012 lalu. Hal ini sejalan dengan program yang diluncurkan oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten.
Berbagai upaya dilakukan mulai mengoptimalkan potensi desa, hingga pemanfaatan sumber daya manusianya. Di antaranya, pembangunan pasar desa, warung desa, salon desa hingga penyaluran air bersih ke warga. Ke semua usaha ini dikelola oleh BUMDes.
"Pembetukan BUMDes dengan berbagai unit usaha yang dikembangkan, secara tak langsung membuka lapangan pekerjaan bagi warga yang menganggur. Hal ini tentu akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan warga," terang Sukra Suyasa.
Sukra Suyasa menambahkan, pada pasar desa juga dikelola pasar yadnya yang menyediakan segala kebutuhan upakara bagi warga. Dimana barang dagang (sarana upakara) dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di Desa Sidan. "Ini juga sebagai penghasilan tambahan bagi ibu-ibu rumah tangga," cetus Sukra Suyasa.
Sementara itu, Ketua Tim Penilai diwakili Kepala Bidang Pemberdayaan Kawasan Perdesaan, Dinas PMD Provinsi Bali, I Made Wiryata mengatakan, Lomba Desa Berprestasi Menurunkan Kemiskinan ini muncul karena banyaknya program yang diluncurkan oleh pemerintah, namun tak berdampak signifikan pada penurunan kemiskinan.
"Lomba ini sebagai salah satu upaya, memotivasi agar pemerintah kabupaten, kecamatan dan desa lebih fokus pada upaya penanggulangan kemiskinan," katanya.
Lomba ini dibagi menjadi tiga indikator penilain yakni, laporan hasil pelaksanaan (40 persen), verifikasi ke lapangan oleh Tim Penilai (30 persen), serta pemaparan oleh Kepala Desa terkait program, inovasi dan hasilnya (30 persen).
"Melalui lomba ini, diharapkan fokus program ditujukan pada percepatan penanggulangan kemiskinan. Bukan hanya sekedar mencari juara, tapi lebih pada memotivasi pemerintah desa untuk berinovasi melahirkan program inovasi dalam percepatan penanggulangan kemiskinan. Apalagi Gianyar sebagai daerah wisata, seharusnya kemiskinan itu tidak ada," tambah Wiryata. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018