Denpasar (Antaranews Bali) - Dinas Kesehatan Provinsi Bali menargetkan rumah sakit dengan layanan kanker terpadu dan modern milik pemprov setempat dapat dimulai pembangunannya pada April 2018.
"Mudah-mudahan awal Februari mulai ditenderkan, dalam tiga bulan sudah bisa pemenang, sehingga April bisa dibangun karena anggarannya sudah siap," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, pembangunan RS yang berlokasi satu areal dengan Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) itu tergantung selesainya tender. Saat ini masih sedang dilakukan proses penyiapan administrasi tender, sementara untuk penunjukan pejabat pengadaannya sudah dirampungkan.
Suarjaya mengemukakan, Pemprov Bali mengalokasikan anggaran sebesar Rp55 miliar untuk pembangunan fisik rumah sakit, sedangkan alat kesehatannya dialokasikan sekitar Rp80 miliar.
Sementara untuk penyediaan alat kesehatan, pihaknya masih sedang membanding-bandingkan keunggulan dan kekurangan dari alat kesehatan yang ditawarkan penyedia dari Amerika Serikat dan Inggris.
Pihaknya berkomitmen untuk SDM yang akan bekerja di RS kanker tersebut semuanya tenaga lokal Indonesia. Jikapun nanti ada tenaga asing, bukan untuk bekerja, melainkan akan memberikan masukan dan pendampingan.
RS yang berlokasi di kawasan wisata Sanur itu digadang-gadang dapat memberikan layanan radiodiagnostik, radioterapi, dan kedokteran nuklir. "Oleh karena itu, kami juga minta pendampingan dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)," kata Suarjaya. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Mudah-mudahan awal Februari mulai ditenderkan, dalam tiga bulan sudah bisa pemenang, sehingga April bisa dibangun karena anggarannya sudah siap," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, pembangunan RS yang berlokasi satu areal dengan Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) itu tergantung selesainya tender. Saat ini masih sedang dilakukan proses penyiapan administrasi tender, sementara untuk penunjukan pejabat pengadaannya sudah dirampungkan.
Suarjaya mengemukakan, Pemprov Bali mengalokasikan anggaran sebesar Rp55 miliar untuk pembangunan fisik rumah sakit, sedangkan alat kesehatannya dialokasikan sekitar Rp80 miliar.
Sementara untuk penyediaan alat kesehatan, pihaknya masih sedang membanding-bandingkan keunggulan dan kekurangan dari alat kesehatan yang ditawarkan penyedia dari Amerika Serikat dan Inggris.
Pihaknya berkomitmen untuk SDM yang akan bekerja di RS kanker tersebut semuanya tenaga lokal Indonesia. Jikapun nanti ada tenaga asing, bukan untuk bekerja, melainkan akan memberikan masukan dan pendampingan.
RS yang berlokasi di kawasan wisata Sanur itu digadang-gadang dapat memberikan layanan radiodiagnostik, radioterapi, dan kedokteran nuklir. "Oleh karena itu, kami juga minta pendampingan dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)," kata Suarjaya. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018