Negara (Antara Bali) - Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Kabupaten Jembrana menyemburkan gas, yang dinilai dinas terkait sebagai bagian dari percobaan untuk tahapan pemanfaatan gas metan dari sampah tersebut.

"Keluarnya gas metan dari sampah merupakan hal yang biasa akibat dari proses pembusukan. Kami akan melihat dulu potensinya, sebelum memanfaatkan untuk bahan bakar alternatif," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jembrana I Ketut Kariadi, di Negara, Senin.

Saat ini, pihaknya baru membangun instalasi untuk biomenbran, sebelum melangkah ke tahap berikutnya dalam hal pemanfaatan gas metan dari sampah seperti yang sudah dilakukan daerah lain.

Saat potensi gas metan di TPA sampah di Dusun Peh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara itu dianggap besar, maka Pemkab Jembrana akan bekerja sama dengan ahli untuk mengolah dan menyalurkan gas ke rumah-rumah warga sebagai bahan bakar alternatif.

"Kalau potensinya besar, gas yang keluar akibat pembusukan sampah itu bisa bermanfaat bagi warga sekitar. Kami menuju ke arah tersebut," katanya.

Ia juga mengungkapkan, kedatangan sampah ke TPA tersebut saat ini jauh berkurang, karena masyarakat mulai paham untuk memilah sampah.

Menurutnya, setiap hari sekitar 10 ton sampah dibuang ke TPA tersebut, jauh berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Sosialisasi yang kami lakukan dengan bantuan berbagai pihak tentang manfaat sampah saat dikelola dengan benar, sudah mulai menjadi kebiasaan masyarakat. Dengan pemilahan, selain mengurangi pembuangan sampah kesini, masyarakat juga mendapatkan tambahan penghasilan," katanya.

Pantauan di TPA sampah Dusun Peh, gas berbau menyengat menyembur keluar dari tanah yang sengaja ditimbunkan di atas sampah. Semburan gas ini disertai muncratan air, yang diduga berasal dari air hujan yang meresap ke penimbunan sampah tersebut.

Ayu, salah seorang pemulung yang setiap hari mencari sampah yang bisa dijual di lokasi tersebut mengatakan, keluarnya gas disertai muncratan air merupakan hal yang biasa di tempat tersebut. "Sudah biasa seperti itu, apalagi musim hujan pasti disertai air yang muncrat. Lokasi itu dilarang untuk dimasuki," katanya. (*)

Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018