Catatan Redaksi

Prof Gede Sri Darma, D.B.A, prototype generasi muda pejuang yang jujur, intelektual dan option kepada pembangunan masyarakat  Bali. Tiga sifat dasar paling dominan dari  Sri Darma tersebut menyatu dalam karakter dirinya, sebagai kekuatan progresif  menyiapkan anak anak Bali  dengan visi 'Move to Global Digital' dengan mendobrak tradisi akademis yang tidak produktif. Sri Darma adalah  rector termuda di Indonesia yang pikiran pikiran-pikirannya selalu mencerahkan anak bangsa , sehingga layak menjadi pemimpin Bali masa depan.

Persoalan tersebut relatif lebih mudah diatasi karena pada akhirnya relatif semua orang ingin dan berusaha memilikinya dengan berbagai cara. Penyebabnya tentu karena begitu banyak aplikasi, subkelas perangkat lunak komputer yang bisa di-install, dipasangkan programnya ke dalam smartphone, sehingga memudahkan para penggunanya memenuhi kebutuhan sehari-hari, antara lain aplikasi perbankan mobile, transportasi, dan sebagainya.

Singkatnya, jika sudah memaksimalkan fungsi berbagai aplikasi dan fitur di smartphone, maka seseorang dapat menggunakannya untuk mengembangkan kreativitas lebih jauh.

Sekalipun sudah mengetahui fungsi smartphone sedemikian rupa, namun masih ada satu dua dosen maupun pegawai Undiknas yang belum memilikinya, dengan berbagai alasan. Orang-orang yang seperti itu dengan sendirinya tidak akan mengetahui semua informasi yang beredar di mailing list. Karena tidak mendapat info, misalnya bisa saja mereka tidak kebagian jatah daging babi untuk menyambut kedatangan Hari Raya Nyepi. Hal ini bukan merupakan sebuah ilustrasi, melainkan pernah terjadi dan menimpa seorang dosen.

Dia bertanya kepada koleganya yang kebagian jatah.
"Kenapa saya tidak kebagian jatah Nyepi ya?
"Kan sudah ada pengumumannya, Pak!!"
"Lho, dimana, kenapa saya tidak mendapatkan SMS?"
"Lha, Bapak ketinggalan zaman nich. Pengumuman sekarang sudah tidak melalui SMS atau ditempel di papan pengumuman, tapi lewat mailing list."
"Bagaimana caranya makai mailing list?"

Dosen yang ditanya itu lantas memberitahukan cara membuat alamat email. Serta cara menggunakan mailing list untuk bisa berkomunikasi dan mengetahui informasi terkini di Undiknas.

Berita mengenai peristiwa itu akhirnya sampai ke telinga Sri Darma. Dia jadi senang karenanya, sebab itu setidaknya berarti secara perlahan-lahan, semua jajaran staf pengajar di Undiknas mulai menyadari betapa pentingnya IT dalam menunjang proses perkuliahan.

Sampai akhirnya, semua dosen terbiasa bermain dengan mailing list. Sri Darma memandang peristiwa tersebut sebagai sebuah keberhasilan.

Keberhasilan itu tentunya tidak lepas dari pendidikan teknik elektro yang pernah digeluti Sri Darma semasa S-1. Ditambah pula dengan pendidikan sistem informasi manajemen yang dipelajarinya ketika kuliah S2 di MM UGM.

Prinsip utama dari sistem informasi yang dipelajarinya itu adalah bagaimana mengerjakan segala sesuatu terutama yang terkait dengan manajemen dibarengi dengan teknologi.

Undiknas pun akhirnya bisa berjalan selaras dengan laju perkembangan informasi dan teknologi. Suatu hal yang relatif belum terpikirkan apalagi dilaksanakan oleh perguruan tinggi lain pada umumnya di Bali. Informasi itu diperoleh Sri Darma ketika dia ditugaskan menjadi asesor- seseorang yang mempunyai kualifikasi serta kompetensi untuk melaksanakan asesmen akreditasi pendidikan non formal- ke beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

"Masih muncul keegoisan pada masing-masing jurusan dalam satu perguruan tinggi. Kerap muncul pernyataan, kenapa saya harus mengetahui apa yang terjadi di Fakultas Hukum, karena saya kan dosen Fakultas Ekonomi. Ya seperti inilah kondisi yang saya temui di perguruan tinggi lainnya."

Sementara di Undiknas, fenomena seperti itu tidak terlihat lagi, sebab boleh dikatakan dosen-dosen dari semua fakultas sudah bisa selaras dalam penggunaan IT, khususnya mailing list. Karena itu tahun 2009 Undiknas mulai mengusung slogan Move to Global and Digital. Itu artinya semua orang di Undiknas harus menguasai informasi teknologi global dan digital. Mereka harus membiasakan  memakai alat-alat digital untuk memperoleh informasi.

Kebiasaan itu harus tetap dipertahankan di tengah-tengah arus globalisasi yang semakin kuat merasuki negara-negara berkembang, supaya eksistensi Undiknas bisa tetap dipertahankan. Kebertahanan itu sangat diperlukan karena di masa depan para pesaing Undiknas bukan lagi kampus-kampus yang ada di Bali ataupun wilayah Indonesia lainnya, melainkan luar negeri yang sekarang sudah berancang-ancang melakukan ekspansi ke Bali.

"Kalau masih berpikir pesaing-pesaing Undiknas adalah kampus-kampus tetangga yang ada di Bali, maka akan sulit melompat lebih tinggi. Karena itu wawasannya harus global. Apalagi Bali masih memiliki magnet kuat sebagai daerah tujuan pariwisata. Tidak menutup kemungkinan akan banyak perguruan tinggi dari luar, entah dari Thailand, Singapura, ataupun negara-negara lainnya yang ingin merger dengan perguruan tinggi yang ada di Bali. Karena itu saya ingin Undiknas bisa jadi pilihan pertama untuk itu. Dengan alasan, SDM Undiknas sudah siap dan pemakaian teknologi dalam proses perkuliahan serta administrasi kampus sudah berjalan baik. Karena itu, Undiknas sangat mengedepankan wawasan yang global dipadukan dengan perkembangan IT."

Jadi penggunaan IT di Undiknas bukanlah sekedar gagasan agar terlihat keren, melainkan bagian dari perjuangan untuk bisa eksis di masa depan ketika dunia global dan digital menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kampus. Perjuangan itu hanya bisa dilakukan melalui penguasaan IT dan Undiknas sudah melakukannya mulai sekarang. Hasilnya juga sudah dapat dilihat, Undiknas akhirnya berhasil mencapai akreditasi A pada periode kedua Sri Darma sebagai Rektor Undiknas, terutama Prodi S-1 Manajemen dan MM. (*)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017