Denpasar (Antaranews Bali) - Para penyuluh bahasa Bali yang tersebar di sejumlah desa di Pulau Dewata telah berhasil memetakan 12.496 lontar yang merupakan dokumen tertulis dalam bahasa Bali, dalam waktu dua tahun selama mereka bertugas di masyarakat.

"Dari perkiraan kami, sebelumnya hanya 8.000 lontar, kini di lapangan justru lebih dari 10.000-an, bahkan ada ditemukan lontar yang berkaitan dengan bencana letusan Gunung Agung," kata Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali Nyoman Suka Ardiyasa, di Denpasar, Rabu.

Menurut Suka, daerah yang mendominasi keberadaan lontar-lontar di Bali secara keseluruhan berada di dua kabupaten, yakni Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Gianyar.

Meskipun demikian, pihaknya mengaku masih mengalami kendala terkait dengan adanya kesan "tenget" atau keramat tehadap lontar yang ada di masyarakat.

"Kesan tenget yang saat ini masih menjadi kendala, karena itulah kita sering melaksanakan sosialisasi, setelah itu justru banyak ditemukan lontar yang hanya sekadar catatan biasa atau pipil tanah saja," ujarnya pada acara Pemaparan Hasil Kinerja Penyuluh Bahasa Bali tahun 2017 itu.

Selain memetakan lontar, penyuluh yang direkrut Pemprov Bali itu juga telah membentuk kelompok belajar yang berjumlah 1.939 dengan jumlah peserta yang mencapai 56.683 orang.

Selain itu juga dipetakan papan nama yang mencapai 10.441 plang, pemetaan dalang yang hingga kini terdata sedikitnya ada 320 dalang di Bali, dan pemetaan cerita rakyat di seluruh Bali yang jumlahnya mencapai 531 cerita.

Suka menambahkan, dari 716 penyuluh yang dibutuhkan di seluruh Bali, hanya tersisa 568 orang, sehingga ada beberapa desa yang tidak memiliki penyuluh Bahasa Bali. Padahal, program penyuluh bahasa Bali ini direncanakan ada di setiap desa.

"Mundurnya jumlah penyuluh karena berbagai alasan, satu karena penyuluh tidak boleh kontrak ganda, misalnya menjadi guru, ada juga yang menjadi staf desa karena dinilai kompeten dan sering berkecimpung di desa," ujarnya.

Terkait dengan program kerja 2018, pihaknya memilih untuk menunggu arahan dari dinas yang menaunginya nanti. Hal ini lantaran beredar kabar bahwa 2018 penyuluh bahasa Bali tidak lagi menjadi kewenangan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, melainkan diserahkan kepada DInas Pendidikan Provinsi Bali.

"Ya kami tunggu tugas pokok dan fungsi kami dulu, baru bisa menyusun program kerja, karena dikabarkan akan pindah ke Dinas Pendidikan," ucapnya.

Tim ahli Penyuluh Bahasa Bali, Prof D. I Nengah Duija mengatakan saat ini kinerja penyuluh bahasa Bali sudah sangat baik. Hal ini terbukti dari kinerjanya yang mampu melakukan pemetaan terhadap beberapa warisan kebuadayaan Bali yang sebelumnya tidak tedata.

"Kinerja penyuluh sangat maksimal, itu dibuktikan dengan banyaknya lontar-lontar dan jenis kebudayaan lainya yang mampu dipetakan," katanya.

Sementara itu, Kadisbud Bali Dewa Putu Beratha sangat berterima kasih terhadap penyuluh yang berperan aktif dalam pelestarian bahasa Bali.

"Insan muda penyuluh bahasa Bali ini dapat dikatakan sebagai pejuang dalam menularkan dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya kebudayaan yang salah satunya adalah bahasa Bali," katanya. (*)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017