Denpasar (Antara Bali) - Komiditas beras merah asal asal Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, diminati masyarakat Filipina.
"Beras merah mulai menjadi komoditas ekspor dan secara berkala telah dilakukan pengiriman ke Filipina," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Made Putra Suryawan di Denpasar, Senin.
Dia mengatakan, jumlah beras merah yang diekspor ke negara Filiina itu belum terlalu besar, yakni sekitar 3-4 ton setiap kali musim panen.
Luas lahan pertanian beras merah tersebut, katanya, sekitar 24 hektare yang diarahkan untuk terus ditingkatkan kapasitas produksinya di masa mendatang.
"Selain beras asal Jatiluwih, kami juga sedang mengupayakan dari wilayah lainnya untuk bisa menjadi komiditas ekspor," ujarnya.
Suryawan menjelaskan, pihaknya tengah berupaya menjalin kerja sama dengan salah satu eksportir beras asal Jawa Barat, untuk mengirimkan hasil tanaman pangan dari wilayah Payangan, Kabupaten Gianyar ke Belgia.
Sehingga nantinya petani dari daerah itu, bisa menjadi salah satu pemasok komiditas yang akan dieksporkan tersebut.
Untuk wilayah tersebut, tambah dia, luas arealnya sekitar 86 hektare dengan kapasitas produksi yang lebih besar, yakni 6-8 ton sekali panen.
"Sedangkan hasil bumi lainnya, seperti sayuran dan salak masih menjadi komiditas untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri saja," katanya.
Menurut dia, rata-rata kapasitas produksi beras di daerah tujuan wisata internasional itu 5,85 ton setiap musim panen.
Jumlah itu lebih tinggi dari rata-rata kapitas produksi beras secara nasional atau di seluruh Tanah Air, yakni 5,1 ton.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Beras merah mulai menjadi komoditas ekspor dan secara berkala telah dilakukan pengiriman ke Filipina," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Made Putra Suryawan di Denpasar, Senin.
Dia mengatakan, jumlah beras merah yang diekspor ke negara Filiina itu belum terlalu besar, yakni sekitar 3-4 ton setiap kali musim panen.
Luas lahan pertanian beras merah tersebut, katanya, sekitar 24 hektare yang diarahkan untuk terus ditingkatkan kapasitas produksinya di masa mendatang.
"Selain beras asal Jatiluwih, kami juga sedang mengupayakan dari wilayah lainnya untuk bisa menjadi komiditas ekspor," ujarnya.
Suryawan menjelaskan, pihaknya tengah berupaya menjalin kerja sama dengan salah satu eksportir beras asal Jawa Barat, untuk mengirimkan hasil tanaman pangan dari wilayah Payangan, Kabupaten Gianyar ke Belgia.
Sehingga nantinya petani dari daerah itu, bisa menjadi salah satu pemasok komiditas yang akan dieksporkan tersebut.
Untuk wilayah tersebut, tambah dia, luas arealnya sekitar 86 hektare dengan kapasitas produksi yang lebih besar, yakni 6-8 ton sekali panen.
"Sedangkan hasil bumi lainnya, seperti sayuran dan salak masih menjadi komiditas untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri saja," katanya.
Menurut dia, rata-rata kapasitas produksi beras di daerah tujuan wisata internasional itu 5,85 ton setiap musim panen.
Jumlah itu lebih tinggi dari rata-rata kapitas produksi beras secara nasional atau di seluruh Tanah Air, yakni 5,1 ton.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011