Denpasar (Antara Bali) - Tiga komoditi hasil pertanian Bali mampu menembus pasaran ekspor hingga menghasilkan devisa sebesar 558.601 dolar AS selama caturwulan pertama tahun 2011.

Ketiga komoditi itu meliputi berbagai jenis buah-buah, kopi dan vanili, kata Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, ekspor buah-buahan sebanyak 130,5 ton  bernilai 48.713 dolar AS selama caturwulan I-2011, menurun dibanding caturwulan sebelumnya yang tercatat 511,8 ton seharga 281.770 dolar AS.

Dua komoditi lainnya menyangkut hasil perkebunan meliputi  kopi dan vanili yang mampu mengumpulkan devisa sebesar 509.888 dolar AS, meningkat 20,60 persen dibanding caturwulan tahun sebelumnya.

Pada caturwulan I-2010 kedua komoditi hasil perkebunan Bali itu hanya mampu menyumbangkan devisa sebesar 422.783 dolar AS.

Ketut Teneng menambahkan, kontribusi  hasil pertanian terhadap perolehan ekspor Bali secara keseluruhan masih relatif kecil, hanya 1,30 persen dari total ekspor Bali sebesar 168,13 juta dolar AS.

Bali mengapalkan matadagangan kopi sebanyak 3,265 ton senilai 5.0929 dolar AS selama empat bulan I-2011, menurun 8,02 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 6,494 ton seharga 55.369 ton.

Sedangkan matadagangan vanili 30,8 ton senilai  458.959 dolar AS, meningkat 24,92 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 23,292 ton seharga  367,413 dolar AS.

Ketut Teneng menjelaskan. kedua komoditi perkebunan Bali selama 2010  meraup devisa sebesar  887.631 dolar AS menurun 7,71 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 961.739 dolar AS.

Matadagangan kopi yang diproduksi secara ramah lingkungan itu mampu menembus pasaran ekspor dengan menghasilkan devisa sebesar  126,534 dolar AS selama 2010, menurun 19, 58 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 157,937 dolar AS.

Ketut Teneng mengatakan, matadagangan vanili mampu menghasilkan  760.353 dolar AS selama 2010, juga menurun 5,47 persen dari tahun sebelumnya tercatat 804.341 dolar AS.

"Menurunnya perolehan nilai ekspor dari matadangan kopi, vanili dan buah-buahan erat kaitannya dengan persediaan matadagangan  yang sangat dipengaruhi faktor iklim, disamping sifat tanaman itu mengalami panen raya setiap dua tahun sekali," ujar Ketut Teneng.

Kopi dalam bentuk biji beras maupun setelah diolah berhasil menembus pasaran Jepang, Perancis dan beberapa negara di kawasan Eropa.

Bali setiap tahunnya mampu menghasilkan kopi sebanyak 13.800 ton. Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Perkebunan setempat memprogramkan pengembangan tanaman kopi seluas 1.020 hektar dalam tahun 2011, dengan dukungan dana dari pemerintah pusat dan  APBD Bali.

Pengembangan tanaman perkebunan bernilai ekonomis tinggi itu menjangkau lima kabupaten dari delapan kabupaten dan satu kota di daerah ini.

Pengembangan tanaman kopi tersebut memprioritaskan daerah resapan dengan harapan mampu memberikan fungsi ganda, selain nilai ekonomis juga berfungsi hidrologis, mengatur tata air dalam tanah serta mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor.

Tanaman kopi yang berfungsi sebagai penguatan daerah resapan hingga kini mencapai 2.124 hektare dari tanaman kopi seluruhnya  30.029 hektare terdiri atas kopi arabika 8.197 hektare dan kopi robusta 23.832 hektare.

Pengembangan tanaman kopi untuk penguatan daerah resapan juga dipadukan dengan tanaman kayu yang cepat besar untuk kepentingan bahan bangunan, sekaligus berfungsi hidrologis.

Tiga komoditi hasil pertanian Bali mampu menembus pasaran ekspor hingga menghasilkan devisa sebesar 558.601 dolar AS selama caturwulan I-2011 itu terjadi penurunan 26,1 persen  bila dibanding caturwulan yang sama tahun 2010 yang mencapai 704.553 dolar AS.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011