Denpasar (Antara Bali) - Bali memperoleh devisa dari ekspor barang kerajinan berbahan baku rotan sebesar 1,82 juta dolar AS selama catur wulan I-2011, atau meningkat 1,03 persen dibandingkan catur wulan yang sama 2010 sebesar 1,80 dolar AS.

"Namun, dari segi volume pengiriman barang dagangan tersebut meningkat 30,57 persen, dari 449.836 psc pada catur wulan I-2010 menjadi 587.363 psc pada catur wulan I-2011," kata  Kepala Biro Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Bali I Ketut Teneng, di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan perajin dan seniman Bali mengolah rotan menjadi kursi, lemari, perabot rumah tangga dan tempat tidur dengan disain yang unik dan menarik sehingga sangat diminati konsumen mancanegara.

Selain itu, juga sebagai bahan baku pembuatan berbagai jenis cindera mata, sehingga hasil pengapalan dari bahan baku rotan cukup penting artinya dalam memacu perolehan ekspor non migas Bali.

Kerajinan dari bahan baku rotan merupakan salah satu dari 17 jenis kerajinan Bali yang berhasil menembus pasaran ekspor mampu memberikan kontribusi sebesar  1,09 persen dari total ekspor non migas Bali mencapai  168,13 juta dolar AS selama caturwulan I-2011.

Ketut Teneng menjelaskan realisasi ekspor matadagangan tersebut selama lima tahun periode 2005-2010 meningkat rata-rata 7,93 persen, sehingga memberikan kontribusi yang cukup penting terhadap ekspor Bali secara keseluruhan.

Peningkatan yang cukup signifikan itu berkat rancang bangun (disain) berbagai jenis cindera mata dari bahan baku rotan hasil kreativitas perajin cukup diminati konsumen mancanegara.

Ketut Teneng menambahkan, perolehan devisa dari bahan rutan itu sebesar 5,33 juta dolar AS selama 2010, menurun 8,9 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 5,88 juta dolar AS.

Namun, kata dia, pada 2006 mampu meraup devisa sebesar  4,19 juta dolar AS, meningkat 20,8 persen menjadi 4,95 juta dolar AS pada tahun 2007.

Kondisi tersebut meningkat lagi menjadi 6,19 juta dolar AS atau 22,09 persen pada tahun 2008 dan meningkat signifikan pada tahun 2009.

Bali sendiri tidak memiliki kebun atau hutan  yang khusus memproduksi rutan, Namun bahan baku untuk pembuatan berbagai jenis matadagangan dan aneka jenis cindera mata itu didatangkan dari Sulawesi, Kalimantan maupun Papua, tuturnya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011