Denpasar (Antara Bali) - Dua kota di Provinsi Bali mengalami deflasi pada Oktober 2017, yakni Kota Denpasar sebesar 0,05 persen dan Singaraja 0,38 persen.
Deflasi Kota Denpasar 0,05 persen itu dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 125,58 dan inflasi tahun kelender sebesar 2,01 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar tiga persen, kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Deflasi ditunjukan menurunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,12 persen, kelompok sandang 0,31 persen serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,38 persen.
Komoditas yang tercatat memberikan andil deflasi pada bulan Oktober 2017 antara lain daging ayam tas, bayam, pisang, kacang panjang, bawang merah, bawang putih dan tarif angkutan udara.
Komoditas yang tercatat mengalami kenaikan harga dan menahan laju deflasi antara lain beras, rokok kretek filter, biaya pendidikan perguruan tinggi dan pasir.
Adi Nugroho menambahkan, dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat 38 kota mengalami deflasi dan 44 kota inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Palu, Sulawesi Tengah sebesar 1,31 persen dan terendah di Polopo, Sulawesi Selatan sebesar 0,01 persen.
Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Tual, Maluku sebesar 1,05 persen dan terendah tercatat di Surakarta, Jawa Tengah dan Cilegon, Banten masing-masing 0,01 persen.
Jika diurut dari deflasi tertinggi, maka Kota Denpasar tercatat menempati urutan ke-35 dari 38 kota yang mengalami deflasi, ujar Adi Nugroho.
Khusus Singaraja
Adi Nugroho menjelaskan, demikian pula Kota Singaraja, Bali utara pada Oktober 2017 mengalami deflasi sebesar sebesar 0,38 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 135,67. Tingkat inflasi tahun kelender sebesar 0,42 persen. Tingkat inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar 1,85 persen.
Deflasi ditunjukkan oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,96 persen. Komoditas yang tercatat memberikan andil deflasi pada Oktober 2017 antara lain cabai rawit, daging ayam ras, bawang merah, tempe, apel, tepung terigu, cumi-cumi, ketemun, tongkol pindang, tomat sayur, tongkol, minyak goreng, bayam dan sawi hijau.
Jika diurutkan dari deflasi tertinggi, maka Kota Singaraja menempati urutan ke-15 dari 38 kota yang mengalami deflasi di Indonesia, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Deflasi Kota Denpasar 0,05 persen itu dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 125,58 dan inflasi tahun kelender sebesar 2,01 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar tiga persen, kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Deflasi ditunjukan menurunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,12 persen, kelompok sandang 0,31 persen serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,38 persen.
Komoditas yang tercatat memberikan andil deflasi pada bulan Oktober 2017 antara lain daging ayam tas, bayam, pisang, kacang panjang, bawang merah, bawang putih dan tarif angkutan udara.
Komoditas yang tercatat mengalami kenaikan harga dan menahan laju deflasi antara lain beras, rokok kretek filter, biaya pendidikan perguruan tinggi dan pasir.
Adi Nugroho menambahkan, dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat 38 kota mengalami deflasi dan 44 kota inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Palu, Sulawesi Tengah sebesar 1,31 persen dan terendah di Polopo, Sulawesi Selatan sebesar 0,01 persen.
Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Tual, Maluku sebesar 1,05 persen dan terendah tercatat di Surakarta, Jawa Tengah dan Cilegon, Banten masing-masing 0,01 persen.
Jika diurut dari deflasi tertinggi, maka Kota Denpasar tercatat menempati urutan ke-35 dari 38 kota yang mengalami deflasi, ujar Adi Nugroho.
Khusus Singaraja
Adi Nugroho menjelaskan, demikian pula Kota Singaraja, Bali utara pada Oktober 2017 mengalami deflasi sebesar sebesar 0,38 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 135,67. Tingkat inflasi tahun kelender sebesar 0,42 persen. Tingkat inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar 1,85 persen.
Deflasi ditunjukkan oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,96 persen. Komoditas yang tercatat memberikan andil deflasi pada Oktober 2017 antara lain cabai rawit, daging ayam ras, bawang merah, tempe, apel, tepung terigu, cumi-cumi, ketemun, tongkol pindang, tomat sayur, tongkol, minyak goreng, bayam dan sawi hijau.
Jika diurutkan dari deflasi tertinggi, maka Kota Singaraja menempati urutan ke-15 dari 38 kota yang mengalami deflasi di Indonesia, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017