Denpasar (Antara Bali) - Tari Legong Wali yang merupakan tari kreasi baru perpaduan empat kesenian pengiring upacara agama Hindu di Pulau Dewata, pentas perdana dalam ajang Pesta Kesenian Bali ke-39, di Taman Budaya Denpasar, Selasa.

"Jadi beberapa tari Wali (tari sakral) menjadi satu dan bisa dilihat dalam Legong ini," kata Ni Wayan Ria Andayani, pencipta tari Legong Wali, di sela-sela penampilan Sanggar Narada Gita dalam ajang PKB tersebut di Kalangan (panggung) Ayodya, Taman Budaya Denpasar.

Sanggar Narada Gita merupakan duta Kabupaten Badung yang membawakan sejumlah tabuh Semara Pagulingan dan dua tarian yakni tari Legong Wali dan tari kreasi Gitanjali.

Ria mengemukakan, tari Legong Wali adalah perpaduan empat jenis tari sakral yakni tari Sanghyang, Rejang, Wayang dan Topeng. "Selama ini, keempat tari tersebut ditarikan secara terpisah kalau di pura. Itulah yang mendasari saya mengangkat keempat tari Wali menjadi satu tarian," ucapnya.

Menurut mahasiswa Institut Seni Indonesia Denpasar itu, garapan tarinya tersebut baru pertama kali dipentaskan lewat ajang PKB dan memang khusus digarap untuk kepentingan pesta kesenian tahunan itu.

"Kalau memungkinkan, harapan saya ke depannya tarian ini juga bisa dipentaskan untuk `ngayah` di pura," ujar Ria yang juga Wakil Koordinator Sanggar Narada Gita itu.

Untuk persiapan pentas di Taman Budaya Denpasar ini, keempat penari yang membawakan Legong Wali dilatih selama sebulan, sedangkan latihan tabuh untuk sejumlah judul tetabuhan sudah dilakukan sejak Maret 2017.

"Lewat pementasan sanggar kami, kami berharap bagaimana masyarakat Bali itu juga turut aktif untuk mengembangkan kesenian dan budaya Bali," katanya.

Di sisi lain, pada pementasan yang diseksikan penonton PKB itu juga dibawakan sejumlah garapan gending tetabuhan Semara Pagulingan seperti gending berjudul Langsing Tuban, Gegenggongan, But Yeh, dan Batu Meyeh.

Khusus mengenai gending Gegenggongan merupakan karya yang direkonstruksi kembali melalui rekaman Bali 1928. Gending yang merupakan karya dari seniman I Wayan Lotring ini, sebelumnya sudah sangat jarang dimainkan oleh masyarakat Bali.

"Semoga ke depannya karya ini tetap eksis dan menjadi inspirasi untuk karya musik baru," kata Ria. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017