Singaraja (Antara Bali) - Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Bali, melibatkan kalangan peneliti asal Belanda guna mengembangkan Gedong Kirtya yang merupakan gedung lontar tertua di Pulau Dewata.
"Kami sudah berkomunikasi dengan para peneliti dari universitas di Belanda untuk mengembangkan gedung yang menampung aset pustaka tertua di Bali itu," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Putu Tastra Wijaya, di Singaraja, Senin.
Ia mengatakan, para peneliti berasal dari berbagai universitas di negeri kincir angin itu sangat tertarik dengan peninggalan lontar-lontar yang ada di Gedong Kirtya,
Gedong Kirtya memang dibangun ketika zaman penjajahan Belanda di Indonesia, dimana Buleleng khususnya Kota Singaraja ketika itu sempat menjadi pusat pemerintahan Sunda Kecil meliputi wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Oleh karena itu, kata dia, Gedong Kirtya memiliki sejarah erat dengan Negara Belanda jika dikaitkan dengan sejarah masa lampau penjajahan negeri itu di Nusantara.
Tastra berpendapat, ketertibatan peneliti asing dan penggiat budaya luar merupakan hal positif untuk pengembangan Gedong Kirtya kedepannya.
"Saya sudah berkomunikasi dan mereka sangat antusias dan memang gedong kirtya menyimpan berbagai jenis warisan lontar yang bernilai sejarah tinggi," papar dia.
Tastra juga mengungkapkan, pengembangan Gedong Kirtya memang melibatkan berbagai jenis elemen masyarakat mulai dari perguruan tinggi, peneliti, budayawan dan juga masyarakat luas.
"Rencana kami juga akan melibatkan berbagai perguruan tinggi yang ada di Buleleng. Kami selama ini sudah menjalin komunikasi dengan beberapa perguruan tinggi lokal Buleleng," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kami sudah berkomunikasi dengan para peneliti dari universitas di Belanda untuk mengembangkan gedung yang menampung aset pustaka tertua di Bali itu," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Putu Tastra Wijaya, di Singaraja, Senin.
Ia mengatakan, para peneliti berasal dari berbagai universitas di negeri kincir angin itu sangat tertarik dengan peninggalan lontar-lontar yang ada di Gedong Kirtya,
Gedong Kirtya memang dibangun ketika zaman penjajahan Belanda di Indonesia, dimana Buleleng khususnya Kota Singaraja ketika itu sempat menjadi pusat pemerintahan Sunda Kecil meliputi wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Oleh karena itu, kata dia, Gedong Kirtya memiliki sejarah erat dengan Negara Belanda jika dikaitkan dengan sejarah masa lampau penjajahan negeri itu di Nusantara.
Tastra berpendapat, ketertibatan peneliti asing dan penggiat budaya luar merupakan hal positif untuk pengembangan Gedong Kirtya kedepannya.
"Saya sudah berkomunikasi dan mereka sangat antusias dan memang gedong kirtya menyimpan berbagai jenis warisan lontar yang bernilai sejarah tinggi," papar dia.
Tastra juga mengungkapkan, pengembangan Gedong Kirtya memang melibatkan berbagai jenis elemen masyarakat mulai dari perguruan tinggi, peneliti, budayawan dan juga masyarakat luas.
"Rencana kami juga akan melibatkan berbagai perguruan tinggi yang ada di Buleleng. Kami selama ini sudah menjalin komunikasi dengan beberapa perguruan tinggi lokal Buleleng," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017