Mangupura (Antara Bali) - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung, Bali, Gede Putra Suteja, mengatakan data terakhir yang dihimpunnya mencatat jumlah penderita yang diduga terserang meningitis streptococcus suis (MSS) atau meningitis babi mencapai 42 kasus.
"Ini data terakhir yang kita terima dari RSUD dan puskesmas, karena sebelumnya hanya tercatat 36 kasus yang ditemukan di daerah itu," kata Kadiskes Badung Gede Putra Sutedja saat dihubungi di Mangupura, Senin.
Saat ini, 42 pasien yang diduga terjangkit MSS itu menjalani perawatan di RSUD Mangusada sebanyak 20 kasus, RSUD Wangaya Denpasar satu kasus dan pasien rawat jalan di rumah masing-masing yang menjalani observasi pihak puskesmas/tim KBS sebanyak 21 kasus.
Pada Minggu (12/3), pihaknya memang mencatat kasus MSS di daerah itu mencapai 36 kasus yakni 14 pasien dirawat di RSUD Mangusada, satu pasien dirawat di RSUD Wangaya Denpasar dan 21 kasus sedang menjalani rawat jalan di rumah masing-masing.
"Kita sudah melakukan langkah-langkah cepat untuk menangani kasus ini agar tidak kembali mewabah dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Kabupaten Badung, khususnya di lokasi penemuan kasus di Desa Sibang Gede dan Desa Sibang Kaja," katanya.
Pihaknya juga telah melakukan sosialisasi kepada puskesmas disejumlah tempat di daerah itu agar kasus ini dapat ditekan. "Selain sosialisasi, kita juga melakukan penyelidikan epidemiologi terkait penyebaran wabah ini," ujar Putra Suteja.
Gede Putra juga mengaku (menklaim) telah melakukan pemantauan atau kunjungan kerumah-rumah penderita yang diduga "suspect" MSS ini. "Kami juga telah berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali untuk penanganan wabah penyakit ini," ujarnya.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, kata dia, ia mengimbau masyarakat untuk membeli daging babi di tempat resmi sehingga memastikan daging babi yang dipotong adalah sehat.
Pihaknya juga mengingatkan masyaratak untuk mengolah daging babi agar memastikan tangan tidak luka atau tutup luka dengan baik, karena penularan penyakit ini dapat terjadi melalui vektor darah.
"Apabila di sekitar kita ada peternak babi yang memiliki babi yang sakit, saya memohon agar menginformasikan kepada pemilik hewan itu agar tidak jangan menjual kepada pengepul daging babi untuk mencegah penularan penyakit itu," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Ini data terakhir yang kita terima dari RSUD dan puskesmas, karena sebelumnya hanya tercatat 36 kasus yang ditemukan di daerah itu," kata Kadiskes Badung Gede Putra Sutedja saat dihubungi di Mangupura, Senin.
Saat ini, 42 pasien yang diduga terjangkit MSS itu menjalani perawatan di RSUD Mangusada sebanyak 20 kasus, RSUD Wangaya Denpasar satu kasus dan pasien rawat jalan di rumah masing-masing yang menjalani observasi pihak puskesmas/tim KBS sebanyak 21 kasus.
Pada Minggu (12/3), pihaknya memang mencatat kasus MSS di daerah itu mencapai 36 kasus yakni 14 pasien dirawat di RSUD Mangusada, satu pasien dirawat di RSUD Wangaya Denpasar dan 21 kasus sedang menjalani rawat jalan di rumah masing-masing.
"Kita sudah melakukan langkah-langkah cepat untuk menangani kasus ini agar tidak kembali mewabah dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Kabupaten Badung, khususnya di lokasi penemuan kasus di Desa Sibang Gede dan Desa Sibang Kaja," katanya.
Pihaknya juga telah melakukan sosialisasi kepada puskesmas disejumlah tempat di daerah itu agar kasus ini dapat ditekan. "Selain sosialisasi, kita juga melakukan penyelidikan epidemiologi terkait penyebaran wabah ini," ujar Putra Suteja.
Gede Putra juga mengaku (menklaim) telah melakukan pemantauan atau kunjungan kerumah-rumah penderita yang diduga "suspect" MSS ini. "Kami juga telah berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali untuk penanganan wabah penyakit ini," ujarnya.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, kata dia, ia mengimbau masyarakat untuk membeli daging babi di tempat resmi sehingga memastikan daging babi yang dipotong adalah sehat.
Pihaknya juga mengingatkan masyaratak untuk mengolah daging babi agar memastikan tangan tidak luka atau tutup luka dengan baik, karena penularan penyakit ini dapat terjadi melalui vektor darah.
"Apabila di sekitar kita ada peternak babi yang memiliki babi yang sakit, saya memohon agar menginformasikan kepada pemilik hewan itu agar tidak jangan menjual kepada pengepul daging babi untuk mencegah penularan penyakit itu," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017