Mangupura (Antara Bali) - Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Badung, Bali A.A Ngurah Ketut Nadi Putra memprihatinkan kondisi perekonomian para peternak babi dan penggelut usaha kuliner daging hewan tersebut mengalami sepi pembeli.
"Akibat isu penyakit meningitis streptococcus suis (MSS) atau meningitis babi ini, banyak pedagang daging ini mengaku sepi pembeli," kata Ketua Komisi IV DPRD Badung Nadi Putra saat ditemui di Gedung DPRD Badung, Jumat.
Ia menerima aspirasi dari para pedagang dan penggelut usaha kuliner babi guling di daerah itu bahwa akibat isu penyakit pada hewan itu, banyak masyarakat di Pulau Dewata khususnya di Badung takut mengkonsumsi daging tersebut.
Nadi Putra yang juga didampingi anggota dewan Komisi IV DPRD Badung I Made Reta dan Ni L.G.S Mediastuti menegaskan, apabila isu ini terus berkembang tanpa adanya sosialisasi dari dinas terkait dikhawatirkan tradisi masyarakat Hindu di Bali yang biasanya memelihara babi akan pudar.
"Saya sangat prihatin terhadap peternak babi, pedagang (babi potong dan pedagang babi guling), karena dengan adanya isu ini terjadi penurunan omzet penjualan," katanya.
Ia mengharapkan, media dapat meredam dan tidak membesar - besarkan isu penyakit ini karena sejak dahulu masyarakat Bali sudah sejak lama memelihara babi. Namun, kenapa virus ini baru saat ini bisa terjadi.
Selain itu, pihaknya juga mengkhawatrikan di tengah ekonomi masyarakat yang sulit saat ini akan berdampak pada pendapatan pedagang daging babi sehingga hal ini perlu kita tekan agar masyarakat tidak khawatir mengkonsumsi daging babi.
"Masyarakat tidak perlu khawatir mengkonsumsi daging babi saat Hari Raya Galungan dan Kuningan nanti, karena dari hasil pemeriksaan darah pada daging babi ini sudah dinyatakan negatif," katanya.
Ia mengharapkan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung dan Dinas Peternakan, Kesehatan Hewan Provinsi Bali lebih intensif turun ke lapangan untuk menyosialisasikan upaya ini dan mendata jumlah kelompok peternak yang ada di Badung.
"Hal lain yang harus dilakukan untuk menekan dan mendeteksi kasus ini dengan melakukan sidak pasar," katanya.
Ia menerangkan, untuk pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menyosialisasikan kepada peternak babi untuk menjaga kebersihan kandangnya dan memeriksa kondisi kesehatan hewan peliharaannya itu secara berkala.
"Kami juga meminta kepada dinas tekait untuk menjelaskan hasil pemeriksaan laboratorium daging babi itu agar mengurangi trauma kepada masyarakat," katanya.
Pihaknya juga mengimbauan kepada pedagang dan peternak babi tidak melakukan kecurangan atau memotong dan menjual daging babi yang sakit.
"Kita akan membuat sanksi aturan untuk peternak dan penjual babi yang nakal atau menjual babi sakit," katanya. (WDY)