Negara (Antara Bali) - Dinas Peternakan, Kehutanan Dan Kelautan Pemkab Jembrana kesulitan mencegah penyelundupan sapi di wilayah pantai Desa Sumbersari, Kecamatan Melaya dan Desa Cupel, Kecamatan Negara, karena terbentur pembuktian.
Kabid Peternakan Dinas Peternakan, Kehutanan dan Kelautan (PKL) Jembrana Nyoman Suastika saat ditemui di Negara, Rabu mengatakan, selama sapi masih berada di darat pihaknya tidak memiliki bukti jika sudah terjadi penyelundupan.
"Sapi-sapi itu bisa dikategorikan penyelundupan jika sudah berada di laut," katanya.
Suastika mengaku, pihaknya sudah melakukan berbagai cara untuk mencegah penyelundupan sapi bali menuju ke Jawa tersebut. Ia beberapakali mengintai di lokasi, namun anehnya meski sudah menyamar, penyelundup sepertinya tahu kalau tengah diawasi petugas.
Karena itu, meski Suastika melihat di kebun pinggir pantai ada sekitar 30 ekor sapi, dirinya tidak bisa mengambil tindakan.
"Kami juga pernah menempatkan petugas selama 24 jam untuk jangka waktu beberapa hari. Tapi selama petugas kami ada di sana, tidak melihat adanya sapi yang diselundupkan," ujarnya.
Bahkan, ia pernah mengikuti truk pengangkut sapi dari Pasar Bringkit yang diduga akan diselundupan lewat Jembrana.
Namun, sesampainya di Pantai Sumbersari saat sapi-sapi itu diturunkan pemilik mengaku akan membagikan kepada warga untuk diternakkan.
"Memang susah membuktikannya, kalaupun kami melihat sapi-sapi itu sudah di laut akan kesulitan juga menangkapnya," kata Suastika.
Karena ada indikasi pelanggaran hukum, menurut Suastika, pihaknya sudah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan pencegahan.
"Mencegah penyelundupan sapi memang harus dilakukan secara terpadu oleh semua instansi terkait," ujarnya.
Sementara sumber ANTARA di kalangan pedagang sapi mengaku tidak heran jika operasi yang dilakukan petugas selalu tidak mendapatkan hasil.
Menurut salah seorang pedagang sapi, nyaris setiap kali operasi akan dilakukan sudah bocor ke pihak penyelundup.
"Saya tidak tahu siapa yang memberitahu mereka, yang jelas setiap akan ada operasi mereka tahu dan langsung tiarap," kata pedagang ini.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
Kabid Peternakan Dinas Peternakan, Kehutanan dan Kelautan (PKL) Jembrana Nyoman Suastika saat ditemui di Negara, Rabu mengatakan, selama sapi masih berada di darat pihaknya tidak memiliki bukti jika sudah terjadi penyelundupan.
"Sapi-sapi itu bisa dikategorikan penyelundupan jika sudah berada di laut," katanya.
Suastika mengaku, pihaknya sudah melakukan berbagai cara untuk mencegah penyelundupan sapi bali menuju ke Jawa tersebut. Ia beberapakali mengintai di lokasi, namun anehnya meski sudah menyamar, penyelundup sepertinya tahu kalau tengah diawasi petugas.
Karena itu, meski Suastika melihat di kebun pinggir pantai ada sekitar 30 ekor sapi, dirinya tidak bisa mengambil tindakan.
"Kami juga pernah menempatkan petugas selama 24 jam untuk jangka waktu beberapa hari. Tapi selama petugas kami ada di sana, tidak melihat adanya sapi yang diselundupkan," ujarnya.
Bahkan, ia pernah mengikuti truk pengangkut sapi dari Pasar Bringkit yang diduga akan diselundupan lewat Jembrana.
Namun, sesampainya di Pantai Sumbersari saat sapi-sapi itu diturunkan pemilik mengaku akan membagikan kepada warga untuk diternakkan.
"Memang susah membuktikannya, kalaupun kami melihat sapi-sapi itu sudah di laut akan kesulitan juga menangkapnya," kata Suastika.
Karena ada indikasi pelanggaran hukum, menurut Suastika, pihaknya sudah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan pencegahan.
"Mencegah penyelundupan sapi memang harus dilakukan secara terpadu oleh semua instansi terkait," ujarnya.
Sementara sumber ANTARA di kalangan pedagang sapi mengaku tidak heran jika operasi yang dilakukan petugas selalu tidak mendapatkan hasil.
Menurut salah seorang pedagang sapi, nyaris setiap kali operasi akan dilakukan sudah bocor ke pihak penyelundup.
"Saya tidak tahu siapa yang memberitahu mereka, yang jelas setiap akan ada operasi mereka tahu dan langsung tiarap," kata pedagang ini.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011