Jakarta (Antara Bali) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 16 poin menjadi
Rp13.338 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.322 per dolar AS.
"Dolar AS bergerak menguat terhadap rupiah, diperkirakan mata uang
Amerika Serikat itu masih menekan rupiah pada pekan ini menyusul
sentimen dari Yunani masih beredar," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga
Cipta di Jakarta, Rabu.
Apalagi, lanjut dia, jika hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal
(FOMC) pada pekan ini memberikan tanda kenaikan suku bunga AS (Fed fund
rate) maka tekanan mata uang rupiah bisa terus berlanjut. "Pertemuan FOMC diperkirakan membangkitkan isu kenaikan suku bunga the Fed," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, tekanan nilai tukar rupiah tidak
akan terlalu signifikan menyusul Bank Indonesia yang akan melakukan
intervensi. Sejauh ini, Bank Indonesia telah menggunakan devisa dalam
rangka stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya guna
mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Cadangan devisa Indonesia periode Juni tercatat turun menyusul intervensi rupiah yang rutin dilakukan BI," katanya.
Dalam data Bank Indonesia tercatat posisi cadangan devisa Indonesia
akhir Juni 2015 tercatat sebesar 108 miliar dolar AS turun 2,8 miliar
dolar AS dari posisi akhir Mei 2015 sebesar 110,8 miliar dolar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan
bahwa Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung
ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi
Indonesia ke depan. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa per akhir Juni
2015 masih cukup membiayai 7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar
kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. (WDY)
Rupiah Melemah Menjadi Rp13.338 per Dolar
Rabu, 8 Juli 2015 13:34 WIB