Tabanan (Antara Bali) - Pondok Pesantren Bali Bina Insani mempraktikan toleransi antarumat beragama di Tabanan Bali pada saat negara asing masih berbicara toleransi hanya sebagai ide dan cita-cita.
"Toleransi beragama di pesantren ini adalah fakta. Ada 16 guru beragama Hindu di sini di mana mayoritas muridnya beragama Islam. Di Madrasah Aliyah 50 persen Hindu, sedangkan 50 persen itu Islam," Ketua Yayasan Bali Bina Insani La Royba Ketut Imanudin Jamal dalam acara kunjungan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bersama delegasi BDF IX di Pondok Pesantren Bali Bina Insani, Tabanan, Jumat.
Ia mengatakan pesantren ini tidak mengedepankan perbedaan melainkan persamaan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Hal itu dapat dilihat bagaimana penggemukan sapi milik pondok dikelola oleh umat Hindu.
Selain itu ia mengharapkan negara-negara yang mengikuti Bali Democracy Forum ke-9 dapat bekerja sama dengan lembaganya.
"Pengirimam guru bahasa Inggris dan Arab mohon dikirimkan ke kami," ujar dia.
Ia menegaskan bahwa pondok pesantren tidak mengenal kekerasan dan terorisme.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mengaku bangga dengan keberadaan Pondok Pondok Pesantren Bali Bina Insani di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas beragama Hindu.
"Kita juga sangat bangga dapat mempertahankan kerukunan antarumat beragama di wilayah ini," kata dia.
Ia mengharapkan keharmonisan antar umat beragama yang terjalin di Tabanan dapat menyebar di seluruh Bali.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi bersama dengan peserta Bali Democracy Forum (BDF) ke-9 mengunjungi Pondok Pesantren Bali Bina Insani di Kabupaten Tabanan, Bali, Jumat.
Dalam kunjungan tersebut Menteri Retno bersama dengan para peserta BDF ke - 9 menyaksikan tarian tadisional Bunga Sandat Tabanan, Hadrah, dan Gamelan yang dipentaskan oleh para santriwan maupun santriwati pondok pesantren Bali Bina Insani.
"Dalam pelaksanaan hari kedua BDF IX, kami mengajak para peserta berkunjung ke pondok ini untuk menperlihatkan di lapangan pada level masyarakat, bagaimana kebersamaan toleransi itu berjalan di masyarakat," ujar Retno LP Marsudi di sela-sela kunjungan ke Pondok Pesantren Bali Bina Insani, Tabanan, Bali, Jumat.
Ia mengatakan bahwa di tengah-tengah kehidupan masyarakat Hindu di Tabanan, ada satu pondok pesantren yang hidup dengan nyaman dan bisa berinteraksi tanpa gangguan apapun dengan masyarakat di sekitarnya.
"Gurunya juga berasal dari latar belakang agama yang berbeda, jadi ini betul betul satu contoh bagaimana perbedaan ini dirayakan, serta menjadi modal untuk membangun," kata dia. (WDY)