Tarakan, Kaltara, (Antara Bali) - Tim Pengawas Pembangunan Perbatasan
DPR RI menyatakan kehadiran negara di wilayah perbatasan Kalimantan
dengan Malaysia belum optimal sehingga perkembangan wilayah itu belum
signifikan.
Tim Pengawas (Timwas) Pembangunan Perbatasan DPR RI menyampaikan
keprihatinannya terkait penanganan perbatasan dalam pertemuan dengan
jajaran Pemerintah Kalimantan Utara di Tarakan, Kalimantan Utara, Sabtu
pagi.
Timwas berada di Kalimantan Utara (Kaltara) sejak Kamis (24/11)
untuk memantau langsung pembangunan perbatasan, menelusuri persoalan dan
mengamati kehidupan masyarakat perbatasan.
Ketua Tim Pengawas Pembangunan Perbatasan DPR RI Fahri Hamzah
bersama anggota tim juga melihat pembangunan infrastruktur jalan serta
jembatan.
Fahri didampingi anggota timwas, yaitu Arteria Dahlan (PDIP), Agung
Widyantoro (Golkar), Hetifah Syaifudian (Golkar) dan Alvin Hakim Toha
(PKB). Rombongan juga didamping tim dari Badan Nasional Pembangunan
Perbatasan (BNPP).
Fahri Hamzah menegaskan, perlu koordinasi yang lebih baik dan fokus
lagi dalam menangani perbatasan. Komitmen pemerintah bersama jajaran
terkait dalam pembangunan perbatasan harus lebih ditingkatkan dan
langsung melaksanakan langkah-langkah nyata yang diperlukan.
Dari kunjungan tiga hari, dia menyampaikan tiga hal. Pertama, perlu
penguatan regulasi terkait percepatan pembangunan perbatasan. Kedua,
memperkuat kelembagaan.
Agar BNPP lebih kuat, maka di masa mendatang perlu ditingkatkan
menjadi lembaga yang memiliki kewenangan eksekusi kebijakan secara
langsung. Artinya ada kementerian percepatan pembangunan perbatasan
seperti kementerian desa.
Dengan kelembagaan yang memiliki kewenangan mengeksekusi kebijakan
dan berada di bawah presiden, maka diharapkan perkembangan pembangunan
perbatasan akan bisa dipercepat dan fokus.
Ketiga, pemerintah perlu segera menyikapi usul pembentukan daerah
otonom baru (DOB) untuk wilayah perbatasan, seperti usul pembentukan
Kabupaten Bumi Dayak (Kabudaya) Perbatasan.
Arteria menyatakan, DOB merupakan hak masyarakat untuk
mengusulkannya. Untuk Kaltara, pemerintah perlu segera menindaklanjuti
usulan DOB agar rentang kendali pemerintahan, percepatan pembangunan dan
pelayanan publik bisa dirasakan masyarakat.
"Kami sudah menelusuri wilayah dan melihat aktivitas kehidupan masyarakat," katanya.
Kehidupan masyarakat perbatasan masih memprihatinkan. Potensi
wilayahnya sangat besar, namun masyarakat kesulitan memasarkan hasil
perkebunan.
"Negara belum hadir dalam kehidupan masyarakat perbatasan," katanya.
Hetifah mengemukakan, percepatan dan perhatian serius pemerintah
melalui kebijakan yang strategis dan fokus akan mampu membangkitkan
semangat serta optimistis masyarakat. (WDY)
Timwas: Kehadiran Negara Belum Optimal di Perbatasan
Sabtu, 26 November 2016 14:34 WIB