Gianyar (Antara Bali) - Bank Indonesia ikut menjaga suplai beras di Provinsi Bali dengan meningkatkan produktivitas hasil panen pada salah satu klaster padi percontohan di Subak Getas, Kabupaten Gianyar seluas 7,5 hektare.
"Kami sifatnya hanya memfasilitasi dalam konteks untuk ketersediaan suplai bahan makanan, salah satunya beras," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana ditemui usai panen padi di Subak Getas, Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Jumat.
Menurut dia, beras merupakan salah satu komoditas yang kerap berkontribusi terhadap inflasi di Bali yang termasuk dalam kelompok "volatile food" atau bahan makanan yang rentan terjadi kenaikan harga.
Dengan mengenalkan metode pertanian organik dan intensifikasi pertanian atau SRI dan pupuk organik MA-11, BI berhasil meningkatkan hasil panen kelompok tani pada Subak Getas dari awalnya sebelum bank sentral itu terlibat hanya lima ton per hektare.
Pada panen pertama berhasil mendapatkan tujuh ton per hektare dan pada panen kedua ini telah dipanen mencapai 10 ton per hektare.
Umur padi saat dipanen juga lebih cepat yakni berusia 100 hari dibandingkan menggunakan cara konvensional yang membutuhkan 125 hari baru bisa dipanen.
Panen tersebut, bank sentral tersebut juga memberikan bantuan berupa alat panen padi yang memudahkan petani dalam memanen dari cara manual menjadi lebih praktis dan cepat.
BI, lanjut dia, dalam pengembangan program ketahanan pangan di Provinsi Bali tahun 2016 membuat 13 demplot dan klaster yang tersebar di enam kabupaten.
Komoditas yang dikembangkan adalah kopi, bawang merah, cabai merah, padi dan sapi bali dengan pola mengarah organik.
Selain itu, dengan perlakuan semi-organik, ekosistem alami pertanian kini kembali hidup dengan munculnya kembali hewan yang membantu penyuburan tanah di antaranya cacing tanah dan kodok.
"Meski belum sepenuhnya organik tetapi sudah mulai muncul hewan tanah yang menjaga keseimbangan dan terjaga, pertanian maju, produktivitas maju dan inflasi terkendali, itu tujuannya," imbuh Causa. (ADT)