Nusa Penida (Antara Bali) - Aktivitas penyeberangan pascaambruknya Jembatan Kuning yang menghubungkan Pulau Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali menggunakan moda sampan.
"Hal itu sangat merepotkan masyarakat, terutama anak-anak sekolah yang harus menyeberang, termasuk bagi yang menggunakan sepeda motor," kata Putu Manik, seorang guru di SMA Wisata Darma di Lembongan, Rabu.
Ia mengatakan, penyeberangan semakin ruwet tidak seperti sedia kala waktu lewat jalur darat menggunakan Jembatana Kuning yang sering dijuluki jembatan cinta dengan bentangan 150 meter lembar enam meter.
Penyeberangan bagi masyarakat setempat termasuk pelajar secara cuma-cuma, sementara masyarakat luar daerah itu termasuk wisatawan dalam dan luar negeri diketnakan Rp5.000 per orang serta kendaraan sepeda motor bervariasi Rp20.000-Rp25.000 per unit.
Tokoh masyarakat (Prajuru) setempat mengintrusikan hal tersebut, mengingat kondisi masih berduka dan darurat. Pelajar dari Nusa Ceningan yang sekolah di Nusa Lembongan, baik SMP maupun SMA sekitar 100 orang.
"Untuk itu siswa harus berangkat lebih pagi karena menyeberang dengan perahu membutuhkan waktu, mereka juga harus membuka sepatu agar tidak basah saat naik ke atas perahu," ujar Putu Manik.
Sementara siswa mengikuti jam pelajaran di sekolah seperti biasa, namun untuk sementara belum bisa melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik, karena kondisi sekolah masih berduka, setelah kehilangan seorang guru di SMA Wisata Darma I Putu Ardiana, dalam musibah putusnnya Jembatan Kuning.
Guru tersebut merupakan salah seorang dari delapan korban tewas akibat amruknya jembatan kuning.
Sementara salah seorang penyedia jasa penyeberangan perahu Wayan Wika mengaku menyeberangkan warga dengan jumlah yang mengalami peningkatan tajam. Setidaknya dari pagi hingga siang hari, bisa mengangkut 15 kali dengan kapasitas rata-rata delapan orang.
Ia hanya memasang tarif untuk wisatwan saja, sedangkan warga lokal dan pelajar saat ini diberikan gratis. Pihaknya biasanya hanya mengangkut satu sampai dua kali wisatawan yang hendak menyelam.
Perbekel Desa Lembongan I Ketut Gede Arjaya mengharapkan kepada jasa penyedia perahu untuk memberikan pelayanan cuma-cuma kepada siswa. Namun, pihaknya masih cemas jika hanya menggunakan perahu tersebut, khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sebab perahu memang rentan oleng jika diterjang gelombang.
Pihaknya juga sudah menggelar rapat internal mencari solusi yang lebih jitu. Diputuskan menggunakan perahu shuttle boat yang berbentuk labih panjang ketimbang perahu.
Karena tidak ada anggaran kedaruratan di desa, Arjaya menyodorkan solusi tersebut kepada Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta ketika turun ke lokasi ambruknya Jembatan Kuning tersebut.
"Kami mohon pemerintah bisa membantu hal tersebut, ditafsir harganya di bawah Rp 200 juta/unit," harapnya.
Bupati Suwirta mengatakan, pihaknya sudah menampung usulan pengadaan "shuttle boat" tersebut, nantinya akan berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Bali. Kondisi darurat perahu tersebut bisa dialokasikan. (WDY)
Aktivitas Penyeberangan Gunakan Sampan
Rabu, 19 Oktober 2016 15:54 WIB