Jakarta (Antara Bali) - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi
Pudjiastuti, mencemaskan nasib ratusan ribu anak buah kapal (ABK)
berkewarganegaraan Inonesia yang belum terdaftar secara resmi dan hidup
sebagai budak di berbagai kawasan perairan dunia.
"Kami perkirakan ABK warga negara Indonesia sekitar 300.000 orang
tidak terdaftar," kata Pudjiastuti, dalam acara diskusi yang digelar
oleh UNDP-Rappler Indonesia, di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, ratusan ribu ABK Indonesia yang tidak terdaftar secara
legal itu diperbudak dan disuruh kerja dengan sangat keras di dalam
industri penangkapan ikan global, serta bila mereka tidak mau dibuang
akan ke laut.
Dia memaparkan, orang Indonesia yang dipekerjakan sebagai ABK antara
lain di Laut Bering dan perairan Afrika sehingga diharapkan berbagai
pihak termasuk anak muda bisa memiliki kepedulian yang khusus untuk
meneliti hal tersebut.
Selain itu, kata dia, ada sekitar 700.000
orang yang menjadi kru dalam aktivitas "illegal fishing" atau
penangkapan ikan secara ilegal di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut,
diperkirakan yang terbesar berasal dari Indonesia.
Selain itu, ujar dia, diakui memang bahwa ekspor komoditas kelautan
dan perikanan memang mengalami penurunan tetapi Susi mengingatkan bahwa
untuk tingkat impor ikan dari luar negeri juga mengalami penurunan.
Sebelumnya, KKP menegaskan, pihaknya akan terus memberantas
aktivitas ketenagakerjaan yang menyerupai perbudakan di sektor
perikanan, dan memastikan agar perusahaan terkait menghindarinya.
"Ini
bahaya untuk produk (perikanan) Indonesia di dunia. Ini sudah jadi
perhatian dunia, perbudakan jelas diekspos di Benjina," kata
Pudjiastuti. (WDY)
Susi Pudjiastuti Cemaskan Ratusan Ribu ABK Indonesia Jadi Budak
Kamis, 29 September 2016 17:13 WIB