Denpasar (Antara Bali) - Seorang tokoh budayawan Bali Gusti Agung Ngurah Harta mengaku prihatin dengan oknum Direktur Narkoba Polda Bali Kombes Pol Franky Parapat yang melakukan pelanggaran hukum.
"Saya prihatin terhadap institusi Polri yang dicederai dengan oknum anggotanya. Bahkan sedang gencar-gencarnya memberantas narkoba, justru oknum tersebut melakukan pelanggaran hukum, Sehingga oknum tersebut terpaksa jabatannya dicopot oleh Kapolda Bali Irjen Pol Sugeng Priyanto," kata Ngurah Harta di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan seharusnya setiap anggota kepolisian hendaknya sesuai slogannya "Mengayomi dan Melindungi Masyarakat", dan bukan sebaliknya melalukan pemerasan maupun pelanggaran terhadap masyarakat yang semestinya dilayani.
Menurut tokoh yang akrab disapa Ngurah Harta itu, polisi semestinya jadi guru untuk masyarakat di jalan dan di luar rumah, karena aparat polisi di lapangan seharusnya mendidik masyarakat dengan baik.
Ia memandang selama ini banyak oknum polisi kerap mengambil langkah yang tidak tepat dan tidak menjalankan fungsi serta kinerjanya dengan baik.
"Kami ingin polisi kembali menjalankan fungsinya jadi polisi yang sebenarnya. Polisi harusnya jadi gurunya masyarakat, bukan menjebak dan mencari-cari kesalahan. Polisi harusnya melindungi masyarakat. Kesannya di masyarakat, polisi selama ini jauh dari kesan mengayomi dan melindungi," ucapnya.
Ia mengatakan jika selama ini banyak pelanggaran yang dilakukan oknum polisi di masyarakat, tetapi polisi diam saja, seolah tutup mata saja. Dan Ketika masyarakat meminta bantuan dan menelepon pihak kepolisian sering diam serta responnya sangat lambat. Hal semacam itulah sering membuat warga sangat kecewa dengan pihak kepolisian.
"Kapan polisi mendidik masyarakat dengan baik? Yang ada banyak oknum polisi malah melakukan perbuatan tercela. Hendaknya pihak kepolisian berbenah total dengan menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik. Kalau saja pihak kepolisian melakukan fungsinya dengan baik dan benar maka tindak kejahatan dan pelanggaran akan sangat minim di masyarakat," ujar Ngurah Harta yang juga Penisepuh Perguruan Sandi Murti itu.
Ngurah Harta lebih lanjut mengatakan selama ini fungsi Reskrim baik narkoba dan kriminal tidak jalan, sehingga banyak tindak kejahatan dan peredaran narkoba di Bali. Parahnya lagi, banyak oknum polisi selama ini dibawah kendali investor dan bandar narkoba sehingga Bali saat ini sudah dalam posisi gawat narkoba.
"Banyak sekali polisi tidak menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan benar. Padahal pejabat baik, gubernur, bupati dan wali kota tugasnya melayani masyarakat bukan untuk dilayani. Ini pemerintahan modern harusnya melayani, kalau zaman kerajaan bolehlah dilayani," ujarnya.
Ngurah Harta meminta Kapolda Bali Irjen Pol Sugeng Priyanto meminta lebih serius mengawasi dan berani menindak tegas anak buahnya dil apangan yang melakukan pelanggaran dan pungutan liar (pungli).
Menurutnya, kejahatan tidak akan tuntas kalau polisi tidak total menjalankan fungsinya sebenarnya.
Polisi harusnya mulai pemberantasan dari diri sendiri. Jangan sampai kasus yang melibatkan anak buahnya diringankan dan dilenyapkan. Apalagi tangkap narkoba malah diperas, hal itu akan membuat kejahatan tidak pernah beres. Indonesia makin lama makin mundur karena kebobrokan oknum aparat yang tidak melaksanakan fungsinya dengan benar. Sekali pun oknum polisi harus diberi sanksi tegas. Bila perbuatannya berat harus dipecat.
"Coba Pak Kapolda sekali-kali menyamar menjadi sopir dan bawa mobil ke daerah Kintamani (Bangli), Payangan, Tegalalang (Gianyar), disana banyak oknum polisi berkeliaran lakukan pungli angkutan pariwisata. Polisi sering tidak tegas, peras sana sini dan mencari-cari kesalahan masyarakat agar dapat uang. Tolong janganlah polisi ikut menjadi penjahat dan jalankan kewajiban negara sebagai polisi," ucapnya.
Ngurah Harta mengatakan dalam ajaran agama Hindu sudah diajarkan untuk mendapatkan kekayaan dan kekuasaan hendaknya dengan jalan Dharma. Seperti ajaran Bung Karno, boleh cita-cita setinggi langit, namun keinginan dan cita-cita itu harus dilandasi dengan kebaikan, karena itulah sebenarnya "moksa" dan kebahagiaan yang sangat abadi. (WDY)
Tokoh Budayawan Bali Prihatin Institusi Polri
Jumat, 23 September 2016 23:29 WIB