Denpasar (Antara Bali) - Perwakilan PT Telkom Yanto Setyawan mengatakan Provinsi Bali menjadi salah satu daerah percontohan di Indonesia untuk penerapan jaringan "Smart City".
"Lewat jaringan Smart City yang dibangun, nantinya akan memberikan manfaat berupa 10 titik akses point yang dapat dipergunakan secara bebas oleh masyarakat, dan lokasinya bisa ditentukan di daerah-daerah fasilitas publik," kata Yanto saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta, di Denpasar, Senin.
Khusus untuk Provinsi Bali, terpilih Kota Denpasar dan Kabupaten Badung untuk penerapan jaringan "Kota Pintar" itu, bersama dengan 71 kota lainnya di Tanah Air.
Terkait dengan teknologi informasi saat ini yang lebih banyak dimanfaatkan dalam layanan media sosial, menurut dia, juga bisa bisa diatasi melalui jaringan tersebut melalui aplikasi analisa yang bisa memberikan informasi bagi pemerintah terkait opini-opini yang sedang menjadi tren yang dibahas di media sosial.
"Dengan jaringan tersebut, Telkom pun akan bekerja sama dengan perpustakaan-perpustakaan daerah, sebagai tempat untuk mengakses 1.000 buku digital milik Telkom bagi masyarakat," ujar Yanto.
Tak hanya itu, lanjut dia, jaringan tersebut pun ke depannya akan menjadi wadah Komunitas Smart City Nusantara, yang didalamnya beranggotakan dari berbagai daerah Smart City dan memungkinkan mereka bisa berbagi informasi tentang daerahnya, buku digital pun akan diunggah, serta kemudahan lainnya yang intinya bermanfaat bagi penyebaran informasi di Indonesia yang berbasis teknologi informasi.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan rencana tersebut sebagai peluang bagus bagi Pulau Dewata.
"Ini peluang agar kita bisa mengambil manfaat dari kemajuan era digital. Instansi publik harus bisa mengikuti kemajuan teknologi dan harus efisien. Dengan adanya jaringan ini, yang sudah merasa hebat sekarang, saat bisa mengakses informasi, akhirnya jadi tahu mungkin saja daerah lain memiliki inovasi yang lebih baik," ujarnya.
Di sisi lain, ucap Pastika, kemajuan teknologi harus bisa mendukung pemasaran akomodasi pariwisata di Bali. Tetapi diingatkan bahwa sisi pemasaran yang terlalu bebas terutama melalui aplikasi media sosial memungkinkan terjadi transaksi yang tidak menghasilkan pendapatan bagi daerah.
Dia mencontohkan aplikasi yang memungkinkan para penggunanya bisa berbagi tempat hunian sementara, bagi pengguna aplikasi lainnya yang sedang berwisata ke daerah si pemilik hunian. Tentunya tempat hunian tersebut tidak dikenakan pajak.
"Sekarang ini dengan kemajuan teknologi bisa memasarkan akomodasi pariwisata dengan bebas, dan mungkin saja tidak bisa dikenakan pajak. Harusnya dengan ada orang dagang, dibantu fasilitas pemasaran dan tetap ada pemasukan bagi pemerintah daerah," ucapnya.
Pembangunan jaringan pun diharapkannya bisa segera walaupun secara bertahap, sehingga pencanangan kota-kota di Bali sebagai "Smart City" bisa segera terealisasi.
Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra yang turut mendampingi Gubernur Pastika turut melaporkan instansi yang dipimpinnya sudah mulai menerapkan SMS Centre yang bekerja sama dengan salah satu provider telekomunikasi untuk menyerap informasi dari masyarakat. Hal itu sebagai bentuk dukungan program "Smart City".
Kepala Biro Pemerintahan Setda Provinsi Bali, Jayadi Jaya pun mengungkapkan hal serupa. Dia mengatakan instansinya sudah menjalin kerja sama untuk pemasangan 148 titik penguat sinyal dengan salah satu provider telekomunikasi. (WDY)
