"Kami yakin apa yang kami kerjakan membuat planet ini sedikit membaik," kata peneliti utama Susan Solomon, ahli kimia atmosfer pada Massachussetts Institute of Technology (MIT) seperti dikutip dari laman LiveScience.
Pengukuran lubang ozon beberapa waktu lalu mengungkapkan kerusakan berkurang sekitar 4 juta kilometer persegi atau setara dengan setengah luas Amerika Serikat, sejak 2000.
Para ilmuwan memperkirakan perbaikan ini akibat menurunnya chlorofluorocarbons (CFCs), senyawa kimia yang banyak ditemukan pada aerosol dan lemari es, yang telah dilarang di seluruh dunia sejak Protokol Montreal pada 1987 untuk memperbaiki lubang di ozon.
Lubang di lapisan ozon ditemukan pada 2000 karena para ilmuwan menemukan total ozon di atas Antartika menurun.
Sejak saat itu, penipisan terus diukur mengikuti metode Oktober karena kondisi lubang di ozon musiman dan ada kondisi tertentu dibutuhkan klorin untuk menyerap molekul.
Diane Ivy, peneliti MIT yang juga berpartisipasi dalam penelitian ini, menjelaskan interaksi klorin dapat merusak ozon hanya jika ada cahaya dan atmosfer cukup dingin sehingga dapat membentuk awan stratosfer kutub.
Awan menjadi tempat terjadi reaksi klorin ini.
Penipisian ozon tiap tahun tejadi pada akhir Agustus karena Antartika mengalami musim dingin dan lubang ozon terbentuk sempurna pada awal Oktober.
Para peneliti akan mempelajari efek klorin terhadap ozon dengan memantau tingkat ozon pada September.
"Oktober juga juga subjek berbagai faktor, seperti perubahan kecil meteorologi. September waktu yang baik untuk melihat karena jumlah klorin terkontrol dan lubang terbentuk pada saat itu," kata Solomon.
Meski begitu, perjalanan untuk menyembuhkan lubah ozon masih lama karena molekul yang menipiskan lapisan ozon berumur panjang dan menurut taksiran para peneliti butuh beberapa dekade lagi hingga benar-benar baik.
"Kita tidak akan kembali ke kondisi sebelum ada lubang ozon sampai 40 tahun ke depan," kata Douglas Kinnison, salah satu anggota tim National Center for Atmospheric Research.
Tetapi, perbaikan lubang ozon berfluktuasi tiap tahun antara lain akibat aktivitas gunung api. Erupsi menghasilkan sulfur dioksida yang dapat membentuk aerosol di stratosfer sehingga mengakibatkan penipisan ozon.
Seperti erupsi Gunung Calbuco di Chili April 2015 yang berdampak sangat besar pada lubang ozon tahun lalu. (WDY)
Penerjemah: Natisha Andarningtyas