Jakarta (Antara Bali) - Sebanyak 19 mahasiswa Indonesia yang tinggal di
Prefektur Kumamoto, Jepang dievakuasi ke Fukuoka menyusul terjadinya
gempa bumi berkekuatan 7 skala Richter pada Sabtu (16/4) yang melanda
kota itu.
Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo
Alinda M Zain dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta,
Kamis menyatakan melihat situasi di Kumamoto yg kurang kondusif, sejak
Selasa, (19/4) KBRI telah melakukan evakuasi 19 mahasiswa ke Fukuoka.
Tindakan ini dipimpin langsung oleh Koordinasi Fungsi (Atase)
Protokol dan Konsuler KBRI Tokyo yang hadir di Kumamoto bekerja sama
dengan Konsulat Jenderal RI di Osaka.
"Evakuasi warga juga ada yang ditujukan ke Hiroshima dan ke Tokyo," kata Alinda.
Atase Protokol dan Konsuler KBRI Tokyo masih berada di Kumamoto untuk memimpin proses perlindungan WNI.
Alinda mengatakan sistem manajemen bencana di Jepang sudah sangat
baik. Penanganan seluruh warga, baik orang Jepang maupun warga asing
diperlakukan sama sehingga tidak mungkin terjadi penelantaran warga yg
terkena musibah
Saat tim KBRI tiba di Kumamoto, mahasiswa Indonesia dan warga
negara Indonesia lainnya sudah berada di shelter-shelter yg disediakan
kampus dan pemerintah lokal Kuyakuso,
Dia menegaskan di Kumamoto, jumlah mahasiswa Indonesia bukan 320 orang, tetapi sekitar 60 orang saja.
"Dengan begitu, info yang mengatakan jumlah tersebut 320 orang,
tidak akurat dan tidak dapat dipertanggungjawabkan," katanya.
Tim KBRI Tokyo adalah tim bantuan kedutaan dari negara ASEAN yang
paling awal yang berhasil tiba di Kumamoto, yaitu Sabtu siang (16/4).
Saat itu, Bandara Kumamoto masih ditutup akibat gempa dan Kereta Api
Shinkansen pun juga tidak beroperasi.
Melalui Bandara Fukuoka, Tim KBRI Tokyo berhasil menembus rintangan
dan dapat mencapai Kumamoto untuk membantu WNI dan Warga Jepang yang
menjadi korban, katanya.
KBRI Tokyo sudah menjalin kontak dengan korban di Kumamoto sejak
hari pertama terjadinya gempa melalui Persatuan Pelajar Indonesia (PPI)
Kumamoto dan Ketua Fumiku (Persaudaraan Muslim Kumamoto) dan profesor
Jepang yang mengajar di Universitas Kumamoto.
Untuk komunikasi dengan WNI di Jepang, sejak tahun 2010 KBRI Tokyo
memiliki "hotline" yang siaga 24 jam yang semakin disebarluaskan lagi ke
WNI di terutama di daerah bencana. Setiap perangkat telepon seluler
Indonesia yang tiba di Jepang maka nomor Hotline KBRI Tokyo akan
langsung masuk ke perangkat itu.
Sementara itu, lima warga negara Indonesia (WNI) korban gempa
Kumamoto yang dievakuasi telah tiba Tokyo, Rabu (20/4) pukul 23.35
waktu setempat.
Mereka disambut langsung oleh Duta Besar RI untuk Jepang Yusron
Ihza Mahendra beserta staf di KBRI Tokyo, kata siaran pers KBRI di
Jepang yang diterima di Jakarta, Rabu (20/4) malam.
Menurut siaran pers itu, kelima korban yang dievakuasi itu dalam
keadaan sehat, walaupun kelelahan akibat situasi di daerah gempa dan
perjalanan jauh Kumamoto-Tokyo.
"Kami telah menyiapkan tempat penampungan sementara bagi
kawan-kawan yang dievakuasi ke Tokyo ini. Lokasinya berdekatan dengan
KBRI Tokyo guna memudahkan penanganan," kata Yusron.
Kelima warga atau mahasiswa Indonesia yang memilih evakuasi ke
Tokyo adalah Dita Primaoktasa, Fatin Adriati, Muhammad Fikri Ramadhana,
Bondan Suwandi, dan Harry Susanto. (WDY)
19 Mahasiswa Indonesia Dievakuasi ke Fukuoka
Kamis, 21 April 2016 11:12 WIB