Jakarta (Antara Bali) - Sebanyak 100 wanita Indonesia yang tinggal di
Australia menjadi penerus perjuangan pahlawan nasional RA Kartini
melalui prestasi yang ditorehkan mereka.
"Kini banyak muncul Kartini-Kartini baru yang telah berhasil
menunjukkan prestasi yang luar biasa di berbagai bidang, sehingga turut
mengharumkan nama dan bangsa Indonesia di masyarakat Australia,"
demikian siaran pers KBRI di Canberra yang diterima di Jakarta, Sabtu
(9/4) malam.
Sebanyak 100 wanita telah menghadiri diskusi yang diselenggarakan
oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Canberra bertajuk "Peran Aktual
Wanita dan Ibu saat ini terhadap Keluarga, Lingkungan dan Bangsa" dalam
merayakan Hari Kartini.
Para peserta berasal dari beragam profesi, seperti diplomat, peneliti, dosen, pebisnis, seniman hingga mahasiswi.
Topik pada acara tersebut membahas sekitar peran wanita/ibu dalam
mendidik anak, tantangan menjaga keseimbangan antara karir, studi dan
keluarga, peran diplomat wanita Indonesia, hingga kontribusi wanita
dalam mencetak generasi muda yang berpendidikan.
Beberapa wanita yang menjadi "Kartini baru" di Negeri Kanguru,
antara lain Sitti Maeshuri Patahuddin yang menjadi Doktor bidang
Matematika dan peneliti di Universitas Canberra yang dipercaya Bank
Dunia untuk mengembangkan metode pengajaran Matematika di Indonesia agar
lebih menarik.
Selain itu, Dr Ines Atmosukarto juga menorehkan prestasi menjadi
seorang peneliti mikrobiologi di Australian National University (ANU).
Ada juga Astari M Daenuwy, diplomat wanita Indonesia yang pernah
menjadi Staf Khusus kantor presiden sekaligus interpreter bahasa Inggris
untuk mantan Ibu Negara Ani Yudhoyono. Astari kini tengah merampungkan
program PhD-nya di ANU.
Kemudian Butet Manurung, penerima Asia Noble Prize yakni Ramon
Magsaysay Award tahun 2014, yang memiliki dedikasi besar dalam membuka
wawasan bagi anak-anak di pedalaman Sumatera.
Ada pula Mayada Hansnata, seorang dosen di Universitas Canberra di
bidang ekonomi juga termasuk Kartini baru pada acara tersebut.
Acara itu juga menghadirkan Betsy Phillips yang selama ini sangat
aktif mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia, serta Indri Wilkey,
aktivis Muslim di Canberra yang juga penulis berbagai masakan Indonesia.
Kedutaan menilai, kendati telah lama bermukim di luar negeri,
kesemua contoh wanita Indonesia yang sangat maju ini tetap dapat
mempertahankan identitas diri dan bangga menjadi wanita Indonesia.
Ketua DWP KBRI Canberra Nino Nadjib Riphat mengatakan acara itu
digelar dalam rangka memperkuat dan memperluas motivasi, peran maupun
eksistensi wanita Indonesia, termasuk yang berada di Australia.
"Meski sudah lama bermukim di luar negeri, termasuk Australia,
wanita-wanita Indonesia diharapkan untuk terus mempertahankan konsep dan
jati diri, agama, budaya, hati hingga nilai-nilai moral secara kuat,"
ujar Nino.
Hal itu berguna untuk bertahan dalam berbagai tantangan serta dapat
terus maju dan mempromosikan pembentukan kepribadian tangguh kepada
generasi mendatang dan lingkungan terdekat maupun wanita-wanita lain di
Indonesia.
Nino yang juga berprofesi sebagai penulis dan peneliti ini
mengatakan bahwa wanita Indonesia harus terus mewarisi semangat Kartini,
yakni tidak hanya menerima nasib dan pasif, melainkan berperan aktif
memberikan kontribusi riil, baik untuk keluarga, lingkungan dan negara.
Kegiatan DWP KBRI Canberra juga aktif dalam mempromosikan peran dan
hak-hak wanita Indonesia melalui sejumlah aktivitas, mulai dari
diskusi, pelatihan, kunjungan ke berbagai instansi terkait di Australia
di antaranya menyosialisasikan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga
kepada WNI di Negeri Kanguru. (WDY)
Seratus Wanita Jadi Penerus Kartini di Australia
Minggu, 10 April 2016 7:43 WIB