Denpasar (Antara Bali) - Anggota DPRD Bali mendesak pemerintah untuk mengecek keberadaan Bendungan Titab Ularan di Kabupaten Buleleng, karena sejak musim hujan bendungan tersebut terjadi longsong dan retak.
"Saya berharap kepada pemerintah untuk melakukan mengawasan dan mengecek keberadaan Bendungan Titab yang saat ini mengkhawatirkan warga setelah terjadi keretakan di kawasan itu," kata anggota Komisi III DPRD Bali Ketut Kariyasa Adnyana di Denpasar, Sabtu.
Ia mengharapkan pengawasan dan pengecekan oleh pemerintah dan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida selaku pengelola bendungan dalam upaya memberi jaminan kepada warga masyarakat bahwa keberadaan Bendungan Titab Ularan tersebut kondisinya masih aman.
"Jaminan dari pemerintah dan BWS terhadap bendungan tersebut menjadi acuan dari masyarakat sekitar. Sebab jika itu sampai tanggulnya jebol, maka desa yang ada dibawahnya akan terkena musibah," ucap politikus asal Desa Busungbiu.
Kariyasa Adnyana mengaku dirinya sempat melihat lokasi yang jebol tersebut. Karena akses menuju jalan bendungan terbesar di Bali itu juga ada yang longsor.
"Apa lokasinya itu karena tanah urug atau bagaimana, sehingga saat hujan deras terjadi jebol. Saya juga tidak mengerti soal itu. Karena hal tersebut menyangkut teknis," ujarnya.
Selain itu, kata politikus PDIP ini, bendungan yang dialiri dengan air, baru sekitar 30 persen dari semua sumber mata air, dan sisanya masih dilepas ke sungai dengan alasan dari pihak penjaga bendungan karena airnya masih untuk mengairi sawah (subak).
"Semestinya air dari beberapa sungai yang akan menggaliri irigasi sudah bisa ditampung sedikitnya 70 persen. Namun entah pertimbangan apa dari petugas bendungan, sehingga bendungan itu baru dialiri air sekitar 30 persen," katanya.
Bendungan Titab terletak di Desa Ularan dan Desa Ringdikit Kecamatan Seririt serta Desa Busungbiu, Desa Telaga dan Desa Titab, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng. Selain itu, bendungan yang dibangun dengan dana APBN ini bisa mengairi irigasi Saba Puluran(sawah) seluas 17.948,2 hektare, dan meningkatkan intensitas tanaman dari 169 persen menjadi 275 persen.
Hal lain adalah bisa memenuhi air bersih sebesar 350 liter per detik untuk tiga kecamatan yaitu Seririt, Banjar, dan Busungbiu. Keuntungan lain adalah bisa membangkitkan tenaga listrik sebesar 1,5 MW yang akan digunakan selain untuk kepentingan sendiri juga untuk penerangan jalan dan masyarakat sekitar bendungan. (WDY)