Negara (Antara Bali) - Kebun Raya Jembrana, yang rencananya akan mulai dibangun dengan lahan seluas 5,8 hektare, difokuskan untuk pengembangan tanaman obat serta tumbuhan untuk kebutuhan upacara keagamaan.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Pengembangan Kawasan Konservasi Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Joko Ridho Witono, saat pemaparan master plan kebun raya tersebut di Negara, Senin.
Ia mengatakan, tema dan jenis tanaman di kebun yang berada satu areal dengan Pura Jagatnatha itu dipilih berdasarkan analisis yang dilakukan tim lembaganya.
"Analisis itu meliputi kondisi tanah, air, sosial budaya masyarakat serta tanaman asli Kabupaten Jembrana. Dari analisa tersebut, kami menganggap kebun raya ini cocok dengan tanaman jenis obat-obatan dan untuk kebutuhan upacara keagamaan," katanya dalam pemaparan yang dihadiri Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan, Wakil Ketua DPRD I Kade Dharma Susila serta pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Selain itu, menurutnya, posisi lahan yang berada di pusat kota juga strategis untuk menarik pengunjung baik masyarakat lokal, maupun warga luar daerah.
"Bali merupakan destinasi pariwisata nasional, dan Kabupaten Jembrana merupakan daerah penghubung yang sering dilintasi wisatawan dari Jawa. Dengan posisi kebun raya yang tidak jauh dari jalan raya Denpasar - Gilimanuk, akan menjadi daya tarik mereka untuk berkunjung," ujarnya.
Ia mengungkapkan, Bali memiliki kekayaan jenis tumbuhan untuk obat maupun kebutuhan upacara keagamaan, yang harus dijaga kelestariannya.
Selain tanaman lokal, ia mengatakan, kebun raya dengan maskot pohon kwanitan yang merupakan tanaman asli Kabupaten Jembrana, juga akan ditambah dengan jenis tanaman dari luar daerah untuk melengkapinya.
Dengan dilengkapi konsep pendidikan, ia optimis, kebun raya ini juga membawa dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat lokal yang ingin mengembangkan tanaman sejenis.
"Kebun raya ini juga menjadi wahana bagi pelajar untuk mempelajari berbagai jenis tumbuhan obat, serta dilengkapi dengan toko cinderamata, kantin serta jalan yang hanya bisa dilalui pejalan kaki," katanya.
Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan mengatakan, pembangunan kebun raya ini harus direalisasikan, apalagi pihaknya sudah menandatangani MoU dengan LIPI.
Ia juga mendukung konsep kebun raya yang fokus dengan tanaman obat dan kebutuhan upacara keagamaan, karena cocok dengan karakteristik masyarakat Bali.
"Masyarakat Bali setiap hari melakukan upacara keagamaan dan membutuhan jenis tanaman tertentu. Contoh yang paling sederhana adalah kelapa yang juga digunakan untuk upacara. Kami ingin kebun raya ini memiliki koleksi lengkap berbagai jenis kelapa," katanya.(GBI)